PRESIDEN BUKA KONGRES NASIONAL II FBSI:
BURUH JANGAN HANYA DIANGGAP FAKTOR PRODUKSI
Presiden Soeharto mengingatkan, betapa pun pentingnya suatu produksi dan laba bagi perusahaan, tidak boleh memerosotkan martabat kaum buruh sehingga menjadi bagian dari mesin produksi.
Dalam pidato pada pembukaan Kongres Nasional II FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia) di Istana Negara, har ini, Presiden juga mengingatkan agar para pengusaha tetap menghargai kedudukan dan peranan buruh dalam perusahaan.
Buruh adalah manusia, jadi tidak boleh hanya dianggap sebagai salah satu faktor produksi saja.
Bila semua pihak memahami dan saling menghargai peran masing-masing, kata Presiden akan terciptalah suasana yang bakal memantapkan perkembangan industri dan produksi kita.
“Pembangunan akan sulit dilakukan tanpa ikut sertanya kaum buruh,” kata Kepala Negara. Sedang sebagian besar masyarakat kita terdiri dari kaum buruh.
Diingatkan pula, makin maju pembangunan akan semakin banyak barang hasil industri dan jasa yang kita hasilkan, berarti akan semakin bertambah pula jumlah buruh.
Bela Kaum Buruh
Diingatkan oleh Presiden, tugas dan kewajiban organisasi buruh adalah memperjuangkan serta membela nasib kaum buruh secara wajar dan adil, dengan mengarahkan serta membekali kaum buruh pengetahuan dan ketrampilan sebagai kekuatan pembangunan masyarakat.
Karenanya, organisasi buruh seperti FBSI harus ikut meningkatkan pengetahuan kaum buruh, termasuk pengetahuan mengenai organisasi buruh itu sendiri.
“Setelah kongres, FBSI harus meningkatkan bimbingannya kepada kaum buruh, sehingga menjadi suatu kekuatan pembangunan yang tangguh dan dapat diandalkan,” kata Presiden.
Presiden juga menyatakan sangat menaruh perhatian khusus terhadap apa-apa yang diadakan FBSI, karena apa yang diputuskan dan tidak diputuskan dalam kongres, serta apa yang dilakukan dan tidak dilakukan buruh Indonesia dalam kurun waktu tertentu, akan mempengaruhi kehidupan bangsa yang sedang membangun dalam kurun waktu tersebut.
Sebelumnya, secara singkat Menteri Tenaga kerja Sudomo kepada Kepala Negara melaporkan, kongres FBSI yang akan berlangsung hingga tanggal 30 Nopember mendatang, diikuti oleh sekitar 350 peserta baik dari pusat maupun daerah.
Dibuka Kembali
Sementara, dari arena kongres yang diselenggarakan di Pondok Haji Pondok Gede dilaporkan, setelah para peserta pada pagi hari mengikuti pembukaan di Istana Negara, mereka kemudian bersama-sama menuju ke tempat kongres.
Akan tetapi di Pondok Haji, secara tiba-tiba acara yang telah disusun oleh panitia penyelenggara mendadak diubah. Sekitar pukul 14.00, diadakan upacara pembukaan kongres FBSI kembali oleh Ketua Umum DPP FBSI Agus Sudono.
Acara pembukaan tersebut selain mendengarkan pidato pembukaan Ketua Umum, diisi juga dengan acara mengheningkan cipta menyanyikan lagu Indonesia Raya koor oleh DPD FBSl DKl, laporan panitia penyelenggara dan pidato dari kaum buruh luar negeri, yang tidak ada dalam mata acara kongres.
Yang menyampaikan laporan panitia penyelenggara adalah Arief Sumadji selaku sekretaris OC (organizing comittee), bukan oleh John DP. Simamora selaku ketua OC. Dari luar negeri antara lain pidato disampaikan oleh buruh dari Jepang, Singapura, ILO, AAFLI, ICFTU dan lain-lain.
Dari penambahan mata acara ini, banyak peserta, terutama dari daerah yang nampak kebingungan. “Kalau kongresnya sudah dibuka oleh Presiden, lalu sekarang ini pembukaan apa lagi?” tanya seorang peserta dari Kalimantan Timur.
Akibat penambahan acara ini, dua mata acara pokok, yakni pengesyahan jadwal acara dan tata tertib kongres tertunda.
Menurut pengamatan Merdaka, tidak seluruh peserta mau hadir dalam acara tambahan ini. Terutama tokoh-tokoh tua FBSI tampak meninggalkan ruangan pertemuan. “Sungguh memuakkan,” tutur seorang di antaranya.
Sementara pihak panitia penyelenggara mengaku kebobolan, karena banyak yang tidak diundang, hadir pula di pondok haji. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (27/11/1985)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 82-84.