PRESIDEN CANANGKAN BULAN BUKU NASIONAL: “PERKUAT BASIS PENDIDIKAN NASIONAL”[1]
Pontianak, Media Indonesia
Presiden Soeharto kernbali mengumandangkan seruan bahwa basis pendidikan bangsa harus diperkuat dan dipertinggi. Abad ke-21, bangsa Indonesia tak cukup hanya sekadar dapat bertahan hldup, tapi harus bisa tinggallandas, tegasnya.
Seman dan penegasan itu diungkapkan Pak Harto saat bangsa ini memperingati Hari Pendidikan Nasional yang kemarin dipusatkan di Gelanggang Olahraga mencanangkan Bulan Buku Nasional sekaligus meresmikan sejumlah proyek pembangunan senilai Rp 42,64 millar yang tersebar di Kotamadya Pontianak dan Kabupaten Ketapang.
Sebagai bangsa, kata Presiden mengingatkan, “Kita telah melakukan investasi yang sangat besar dalam bidang pendidikan sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia.” Menurut Pak Harto, pengalaman pembangunan semua negara dewasa ini membuktikan bahwa bukan lagi kekayaan alam, tapi justru kualitas manusialah yang menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. “Negara-negara yang kaya sumber daya alam tapi kualitas rakyatnya masih rendah, dapat dikalahkan oleh negara negara yang miskin sumber daya alam tapi mempunyai rakyat yang berkualitas tinggi,” ujar Kepala Negara memberi contoh.
“Itulah sebabnya kita perlu memperkuat dan mempertinggi basis pendidikan bangsa kita,” tegas Presiden seraya mengajak seluruh keluarga dan anggota masyarakat untuk melakukan gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara dan Wajib Belajar 9 Tahun.
Pak Harto mengingatkan bahwa daya saing suatu ban gsa dalam ekonomi dunia di masa datang, ditentukan oleh penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemahiran manajemen.
“Kita telah bertekad bahwa dalam abad ke-21 bangsa kita bukan hanya sekadar dapat hidup, tapi justru harus dapat tinggallandas. Kita bertekad untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan kita sendiri, sejajar dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain,”katanya .
Menghadap masa depan yang penuh dengan kompetisi, berkata Pak Harto: “Dunia pendidikan memikul tanggungjawab sejarah yang amat besar. Melalui pendidikan, kita mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi.”
Sahabat Keluarga
Kepala Negara pada kesempatan itu juga mengajak para orangtua untuk menjadikan buku sebagai sahabat keluarga dengan meluangkan waktu membaca buku. “Jadikanlah buku sebagai ungkapan kegembiraan pada peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan keluarga dan sahabat,” pinta Pak Harto.
Presiden juga mengajak para orangtua untuk membangun perpustakaan di dalam setiap keluarga dan setiap lingkungan, baik lingkungan permukirnan maupun lingkungan Menurut Kepala Negara, itulah cara terbaik untuk menciptakan masyarakat belajar, sebab keluarga adalah lembaga masyarakat terkecil yang pertama dan utama.
Kepala Negara mengemukakan ciri terpenting dari masyarakat belajar adalah tumbuhnya minat dan kegemaran membaca. “Dalam masyarakat yang gemar membaca ,peranan buku dan perpustakaan sangat penting dan akan makin penting. Kedudukan buku sama pentingnya dengan posisi guru dalam proses belajar mengajar”.
Dalam mencitakan masyarakat yang gemar membaca, Presiden Soeharto menambahkan, masyarakat perlu terus mendorong tumbuhnya minat baca melalui berbagai kegiatan kampanye. Sejalan dengan itu perlu didorong pertumbuhan dan perkembangan industri perbukuan, baik buku-buku karangan sendiri maupun buku-buku penting yang diterjemahkan dari bahasa asing, kata Kepala Negara. Pak Harto mengatakan hanya dengan tumbuh dan berkembangnya industri perbukuan yan kuat, bangsa Indonesia dapat mendukung perkembangan masyarakat belajar secara berkelanjutan. Presiden pun mengajak para orangtua, tokoh masyarakat, pengarang, penerbit, pemilik toko buku, redaktur media cetak dan elektronika, ulama dan tokoh agama lainnya, para pemimpin organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mendorong turnbuh dan meningkatnya minat baca. (AS/Mor)
Sumber :MEDIA INDONESIA (28/03/1995)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 574-576.