PRESIDEN: GOLONGAN KAYA SUPAYA MENAHAN DIRI

PRESIDEN: GOLONGAN KAYA SUPAYA MENAHAN DIRI

 

 

Jakarta, Pelita

Presiden Soeharto mengingatkan, agar golongan berada di Indonesia bisa menahan diri untuk tidak terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi kekayaannya, yang menyebabkan timbulnya kecemburuan sosial.

“Tidak ada larangan bagi setiap orang Indonesia untuk menjadi kaya, kalua kekayaan itu diperoleh dari hasil kerja keras dan halal,” tegasnya ketika menerima DPP Real Estate Indonesia (REI) di Bina Graha, Rabu pagi.

Kepada pengurus IJPP REI yang dipimpin ketua umumnya, Moh. S. Hidayat, Kepala Negara minta agar mereka pun tidak merangsang golongan berada tanpa batas yang memungkinkan golongan itu akan mengkonsumsikan kekayaannya.

Ketua Umum REI menyampaikan landasan berpikir DPP REI khususnya dalam bidang pembangunan perumahan, yakni disadari bahwa lingkungan pemukiman yang kurang memiliki wawasan bisa bedampak negatif, terutama kemungkinan timbulnya kesenjangan dan kecemburuan sosial.

Karenanya, kata Hidayat, pembangunan perumahan yang akan dilakukan di masa mendatang akan berorientasi pada wawasan lingkungan dan menekankan pada pembangunan rumah sederhana.

Menurutnya, dalam Pelita V ini anggota REI dituntut untuk menurut target pembangunan perumahan minimal sebanyak 330 ribu dari 450 ribu yang ditargetkan pemerintah. Oleh sebab itu, anggota REI sepakat untuk memprioritaskan pembangunan rumah sederhana dan mencoba seminim mungkin, bahkan kalau bisa menahan diri untuk tidak membangun rumah supra mewah.

Pada pertemuan itu Kepala Negara merninta REI untuk berperan dalam pembangunan kawasan industri dan harapan itu disanggupi oleh anggota DPP REI untuk melaksanakannya.

 

Langkah

Menjawab pertanyaan mengenai langkah yang akan ditempuh DPP REI hasil Munas REI VI, disebutkan antara lain untuk memperbesar rasio pembangunan perumahan yang pada Pelita IV dicapai perbandingan 1:5:14, yakni satu rumah mewah, lima rumah sederhana dan empat belas rumah sederhana. Sedangkan sebelumnya rasio itu adalah 1:3:6.

Ketua Umum itu mengakui adanya citra masyarakat terhadap REI yang menganggap organisasi itu hanya mementingkan pembangunan rumah-rumah mewah dan menengah. Padahal, katanya, dari 866 anggota REI yang aktif di Indonesia, 95 persen diantaranya melakukan pembangunan rumah sederhana.

Berkaitan dengan pembangunan berwawasan lingkungan, Presiden Soeharto meminta REI untuk memperhatikan masalah itu dan masalah hukum, terutama di daerah, sehingga tidak ada tanah produktif bagi pertanian dan pangan digunakan untuk pemukiman.

Anggota REI kemarin menyatakan kesiapannya untuk turut membangun rumah­rumah vertikal khususnya di kota besar. Selain melaporkan hasil munas, Ketua Umum REI memperkenalkan pula susunan DPP Persatuan Pengusaha REI periode 1989-1992 kepada Presiden Soeharto.

 

 

Sumber : PELITA (30/11/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 935-936.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.