PRESIDEN INTRUKSIKAN : PENINGKATAN KAPASITAS GILING PABRIK GULA SEGERA DIPENUHI  

PRESIDEN INSTRUKSIKAN :

PENINGKATAN KAPASITAS GILING PABRIK GULA SEGERA DIPENUHI

 

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menginstruksikan agar peningkatan kapasitas giling pabrik – pabrik gula di Jawa segera dipenuhi. Demikian pula dalam rangka merehabilitasi pabrik gula (PG) agar dipergunakan mesin produksi dalam negeri. Hal itu dikemukakan Kepala Negara ketika memimpin langsung sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekuin di Bina Graha hari Rabu.

Menteri Penerangan Harmoko kepada pers seusai sidang menjelaskan rencana peningkatan kapasitas giling tahap pertama itu meliputi beberapa PG di Pulau Jawa. Meliputi PTP XV/XVI yaitu di PG Mojosragen, Tasik Madu dan Jatibarang. PTP XXL, XXII yaitu di PG Ngadirojo, Pesantren, Lestari, dan Gempol Kerep, serta di PTP XXIV/XXV yaitu di PG Kedawung, Jatiroto dan Semboro.

Kapasitas giling tersebut akan ditingkatkan dari 33.750 ton gula per hari menjadi 42.500 ton gula per hari atau suatu kenaikan sebesar 8.750 ton gula per hari.

Selain itu juga akan dilakukan usaha peningkatan produktivitas pada area Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) I seluas 57.500 ha dengan sasaran mencapai produktivitas sebesar 10,72 ton hablur. Usaha yang sama juga akan dilakukan pada 23.000 ha TRI area sawah.

“Dengan usaha itu diharapkan produksi gula pada tahun 1988 akan mencapai sekitar 2.046 juta ton, termasuk produksi dari PG di luar Jawa,” kata Harmoko.

Kekeringan

Mengenai usaha peningkatan produksi tanaman pangan, dilaporkan pelaksanaan Opsus Jalur Pantura dan panduan supra insus yang sampai kini sudah direalisasikan 87 persen. Khusus realisasi tanam Jalur Pantura telah mencapai 192.375 ha atau 85 persen, di mana sebagian besar (67 persen) menggunakan padi varietas Cisadane.

Masih di bidang pertanian, Harmoko mengatakan pula mengenai intensitas serangan hama wereng coklat seluas 408 ha (tahun lalu 1.437 ha), virus tungro 343 ha (690 ha), dan hama tikus 4.505 ha (3.494 ha). Dari serangan itu, tanaman padi yang puso akibat wereng coklat seluas satu ha, akibat tungro 10 ha, dan akibat tikus dua ha.

Mengenai area tanaman padi yang terkena banjir atau genangan tercatat seluas 1.160 ha, dan palawija 355 ha. Sedangkan area padi yang mengalarni kekeringan seluas 5.467 ha dan palawija 2.173 ha. “Akibat banjir, genangan atau kekeringan itu tidak mempengaruhi produksi pangan kita,” ujar Harmoko.

Inflasi

Dalam sidang yang dihadiri Wapres Umar Wirahadikusumah, dilaporkan pula perkembangan moneter dan keuangan negara. Harmoko mengatakan, posisi jumlah uang beredar pada bulan Mei 1987 sebesar Rp 12.190 milyar.

Sedangkan indeks harga konsumen untuk bulan Juni 1987 tercatat adanya kenaikan atau inflasi sebesar 0,31 persen. Kenaikan itu disebabkan kenaikan indeks harga pada kelompok makanan (0,37 persen), perumahan (0,38), sandang (0,29) serta aneka barang dan jasa (0,17).

Dengan demikian, tingkat inflasi enam bulan pada tahun ini (Januari-Juni) mencapai 3,78 persen, lebih besar dari periode sama tahun lalu sebesar 3,13 persen. Sementara inflasi selama tiga bulan di tahun anggaran ini (April-Juni) mencapai 2,25 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 1,60 persen.

Mengenai neraca perdagangan, angka sementara untuk bulan April 1987 tercatat adanya surplus sebesar 135,6 juta dollar AS. Hal ini diperoleh dari besarnya ekspor yang mencapai 1.089,4 juta dollar AS dan impor sebesar 953,8 juta dollar AS.

Mantap

Di bidang perindustrian, dilaporkan pengadaan komoditi strategis seperti pupuk, semen, kertas, garam, minyak goreng, dan besi baja di mana pengadaan dan stoknya mantap.

Khusus pupuk, dilaporkan meningkatnya jumlah KUD yang melaksanakan penyaluran pupuk. Ketika program itu dilaksanakan mulai Oktober 1985 terdapat 85 KUD yang mengikutinya, sementara pada bulan Mei 1987 sudah tercatat sekitar 518 KUD. Program itu dilaksanakan di sekitar 17 propinsi Jawa dan luar Jawa.

Harmoko menambahkan dibidang industri perkapalan dilaporkan pula ekspor perdana sebuah ponton produksi PT Koja ke Malaysia yang bernilai 1,175 juta dollar AS. Juga disampaikan pelaksanaan restrukturisasi dan pengembangan jenis industri strategis seperti besi baja untuk meningkatkan daya saing.

Dalam sidang yang berlangsung tiga jam itu, dilaporkan pula pengembangan ternak babi untuk diekspor ke Singapura. Di wilayah dekat Singapura telah dikembangkan 3.902 ekor bibit babi. Sedangkan khusus di Pulau Bulan sampai Juni lalu telah diimpor 1.771 babi unggul. Ekspor pertama direncanakan mulai sekitar September sebesar 200-250 ekor per minggu. Jumlahnya secara bertahap akan terus meningkat hingga diperkirakan dapat mencapai 500.000 ekor pertahun. (LS)

 

 

Sumber: KOMPAS (02/07/1987)

 

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 479-481.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.