PRESIDEN, JANGAN ADA DIANTARA KITA BERLINDUNG DIBALIK DEMOKRASI UNTUK TIMBULKAN KEONARAN [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto memperingatkan, agar jangan ada diantara kita yang berlindung dibalik demokrasi untuk menimbulkan keonaran, atau bertameng hukum untuk menyelinapkan tujuan-tujuan lain yang tersembunyi, atau dengan dalih menegakkan kehidupan konstitusionil akan tetapi bertujuan untuk merombak UUD ’45.
Apabila ini terjadi, maka stabilisasi nasional akan goncang, kelangsungan hidup negara akan terancam dan pembangunan akan terbengkalai.
“Peristiwa 15 Januari” di Jakarta mempunyai latar belakang dan tujuan yang menjurus kearah itu, kata Presiden Soeharto dalam pidatonya pada upacara pelantikan Jenderal TNI Surono menjadi Wapangab dan Letjen TNI Makmun Murod menjadi KSAD di Istana Negara, Jum’at pagi.
Kepala Negara memintakan, agar “Peristiwa 15 Januari” yang merupakan lembaran hitam dalam sejarah orde baru harus segera diselesaikan dan tidak dibiarkan berlarut2, dan harus dicegah jangan sampai terulang timbul kembali.
“Menjunjung tinggi dan menyelamatkan UUD adalah kewajiban dan tanggung jawab Presiden. Dan melaksanakan pembangunan adalah tugas pokok yang diberikan oleh MPR kepada Mandatarisnya”.
Karena peristiwa 15 Januari jelas membahayakan tatanan tertib kehidupan bangsa dan negara kita berdasarkan UUD ’45, dan karena peristiwa itu jelas membahayakan pula kelangsungan pembangunan segala tindakan kewajiban dan tanggungjawab pula kelangsungan pembangunan, maka adalah kewajiban dan tanggungjawab, saya untuk mengambil segala tindakan yang perlu dan yang dibenarkan konstitusi dan hukum guna menghilangkan sumber dan mencegah kemungkinan terulangnya kembali peristiwa2 desktruktif seperti itu dimasa datang”, demikian Presiden.
“Dalam rangka inilah saya meminta kepada ABRI, alat2 keamanan negara lainnya, seluruh aparatur pemerintah dan rakyat untuk tetap waspada”, katanya menambahkan.
“Akan tetapi”, kata Kepala Negara, “kewaspadaan tidak berarti timbulnya saling curiga dan saling tidak percaya, yang malah mungkin akan meredam ketegangan2 sosial baru dalam bentuk lain”.
Komunikasi Timbal Balik yang Terbuka dan Jujur
“Sebaliknya kita harus makin melancarkan komunikasi timbal balik yang terbuka dan jujur, karena dari sinilah akan tumbuh saling mengerti, saling mempercayai, kreativitas timbal-balik yang kritik sehat dan membangun yang disertai dengan tanggungjawab demi tercapainya perbaikan bersama.”
Karena tujuannya adalah perbaikan bersama, maka kritik bukan hanya menunjukkan apa yang salah, tetapi sudah seharusnya disertai dengan menunjukkan apa yang salah, tetapi sudah seharusnya disertai dengan menunjukkan jalan lain yang benar dan lebih baik serta dilakukan dengan cara2 yang tertib.
Keterampilan dan Kepemimpinan
Presiden menilai, bahwa kedua perwira tinggi yang dilantiknya itu masing2 telah menunjukkan keterampilan keprajuritan dan kepemimpinan yang tinggi di masa lalu, Ketrampilan keprajuritan dalam arti luas, baik sebagai perwira dilapangan maupun staf, telah dikembangkannya sejak dari kesatuan2 yang kecil.
DIKATAKAN, bahwa ketrampilan dan kepemimpinan adalah unsur2 yang sangat diperlukan oleh bangsa yang membangun agar pembangunan masyarakat yang dicita citakan itu berhasil.
Dengan ketrampilan kita akan mampu menyelesaikan tugas 2 yang dibebankan dipundak kita yang mudah ataupun yang kita akan dapat menunjukkan arah yang tepat dan menimbulkan gairah yang tinggi dan terus menerus kepada yang dipimpin dalam melaksanakan tugas2nya khususnya tugas pembangunan.
“Ketrampilan dan kepemimpinan ini kita perlukan dalam segala bidang dan pada semua tingkatkan, mulai dari lingkungan yang kecil sampai kepada lingkungan luas yang meliputi seluruh gerak pembangunan bangsa “. Demikian Presiden Soeharto. (DTS)
SUMBER : ANTARA (10/5/1974)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 435-436.