PRESIDEN: JANGAN HARAPKAN IMBALAN JIKA BANTU ORANG LAIN
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto meminta para remqja untuk tidak mengharapkan imbalan atau balas jasa apa pun jika telah membantu orang lain, namun sebaliknya jika telah menerima bantuan orang lain maka pertolongan itu jangan dilupakan.
Harapan itu disampaikan Kepala Negara di hadapan para anggota Palang Merah Remaja (PMR) setelah menyalakan lampu lampion di Jl Cendana, Rabu malam, suatu kegiatan yang diselenggarakan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam rangka ikut memperingati HUT Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Dunia yang ke-128.
Pada kesempatan itu, lbu Tien Soeharto juga menyalakan lampu lampion. Dua pelajar putri yang masih cilik menyerahkan lampu lampion itu masing-masing kepada Kepala Negara dan lbu Tien Soeharto.
“Kita harus membantu dengan segala keikhlasan, tanpa pamrih justru sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa segala bantuan yang kita berikan itu hanya semata-mata karena perintah Allah,” kata Presiden yang berbicara tanpa teks.
Presiden mengatakan jika para remaja memperoleh bantuan atau pertolongan dari orang lain maka uluran tangan itu sama sekali tidak boleh dilupakan.
Harapan itu disampaikan Kepala Negara karena para remaja merupakan generasi penerus di masa mendatang.
Alasan yang dikemukakan Presiden tentang sikap yang perlu dimiliki remaja jika memberikan bantuan atau sebaliknya, menerima bantuan, adalah karena manusia ditakdirkan sebagai mahluk sosial yang tidak mungkin hidup terpisah dari orang lain.
Setelah Presiden menyampaikan pesannya kepada anggota PMR, Ibu Tien meniup peluit tanda dimulainya iring-iringan dari depan kediaman Presiden ke Monas.
Dalam acara tersebut, Kepala Negara didampingi pula oleh Ketua Umum PMI Ibnu Sutowo, Ketua PMI Ch. Muas, Sekjen PMI Sutikno Lukitodisatro serta beberapa pengurus PMI lainnya.
Sumber : ANTARA (08/05/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 708-709.