PRESIDEN: JANGAN MENDEWAKAN MATERI[1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto mengingatkan bangsa Indonesia agar tidak lupa daratan dan mendewa-dewakan materi bila sudah berhasil. Rakyat tidak boleh sedikitpun mendewa-dewakan atau mengagung-agungkan materi. Bagi mereka yang sudah berhasil diingatkan supaya jangan lupa daratan dan mendewa-dewakan materi saja. Sebab ini bisa mengakibatkan mereka lupa terhadap hidup selanjutnya dan bekal hidup di akhirat nanti karena hanya menurun nafsu dunia, Kepala Negara mengatakan hari Jumat. Oleh karenanya para ulama mempunyai peranan penting dalam mencapai keseimbangan hidup antara lahir-batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat, Kepala Negara melanjutkan. Dalam kesempatan itu ia juga menyinggung tentang persatuan dan kesatuan yang bisa menjamin stabilitas nasional.
“Jangan mendewa-dewakan materi, karena jika hal itu sampai tetjadi masyarakat akan melupakan kehidupan yang berkaitan dengan akhlak,”kata Presiden di Istana Merdeka, Jumat saat bersilaturahmi dengan sekitar 78 ulama dari Jawa Barat.
Mendoakan
Para ulama pimpinan Pondok Pesantren (PP) Jawa Barat itu mendoakan Presiden Soeharto agar dapat memimpin dan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya. Mereka juga mengungkapkan keberhasilan Presiden Soeharto selama memimpin Orde Baru. Hadir KH Dyas Ruchiyat , KH Nur Anom Mubarok mewakili PP Surya laya, KH Otong Nawawi dari wilayah Banten, pimpinan PP Thariqatul Huda Pandeglang, serta KH Ahmad Mashuri pimpinan PP Attahiriyah Serang.
KH Abdullah Abbas sebagai wakil rombongan menjelaskan, para ulama Jabar telah merasakan-keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Orba sampai ke daerah-daerah terpencil. Hal ini terbukti dari meningkatnya pendapatan masyarakat, terciptanya stabilitas keamanan, meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, terciptanya kerukunan intern umat beragama dan antar umat beragama. Bahwa kepemimpinan Orba telah teruji oleh sejarah, perlu dilanjutkan dan dijaga keutuhannya. Stabilitas nasional yang tercipta selama ini, kepemimpinan Indonesia di forum internasional, bahkan yang terakhir keberanian Bapak Presiden mengunjungi saudara-saudara kita di Bosnia Herzegovina, merupakan bukti keberhasilan Orba yang Bapak pimpin, tutur Abdullah Abbas. Presiden Soeharto mengakui bahwa di samping keberhasilan Orba karena ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa, belum seluruhnya bisa dicapai, antara lain masih sekitar 20 juta rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Maka memberantas kemiskinan merupakan tantangan kita pada Pelita VI dan Pelita berikutnya. Mudah-mudahan dengan pengalaman yang ada ini, seluruh warga yang masih hidup di bawah garis kemiskinan bisa diangkat dengan program Inpres Desa Tertinggal (IDT) serta partisipasi para pengusaha. Bagi mereka yang belum terangkat ini, kalau imannya tidak kuat, bisa meninggalkan ketaqwaannya kepada Tuhan YME. Maka selain membangun material juga perlu membangun spiritual. Menurut Presiden, stabilitas nasional memungkinkan kita untuk membangun. Dengan pembangunan ada pertumbuhan, dan dengan pertumbuhan akan ada kemampuan memperbaiki taraf hidup. Sebab tanpa pertumbuhan tidak ada yang dibagi, padahal cita-cita kita menuju masyarakat yang adil dan makmur.
“Makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran. Kalau adil saja mudah ya toh, membagi kemelaratan bagi semuanya. Tapi makmumya itu, makmumya tidak bisa dicapai sekaligus,”tegasnya.
Sumber : SUARAPEMBARUAN ( 16/09/1995)
_______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 525-526.