PRESIDEN : JANGAN SAMPAI ADA PERTIKAIAN IDEOLOGIS

PRESIDEN :

JANGAN SAMPAI ADA PERTIKAIAN IDEOLOGIS

 

 

Presiden Soeharto berpesan, dalam pelaksanaan pembangunan:

“jangan sampai terjadi bentrokan dan percekcokan antar warga negara karena perbedaan ideologi. Di negara manapun, pembangunan tidak akan dapat dilaksanakan apabila warganya masih menghadapi pertikaian ideologis.”

Berbicara di depan peserta Rakernas II KNPI yang berkunjung ke peternakan Tapos, hari Minggu, Presiden mengatakan, “Kita tidak mau seperti itu. Lebih-lebih setelah bangsa Indonesia mencapai tahap tinggal landas, mampu membangun dengan kekuatan sendiri.”

Dikatakannya, sebagai bangsa Indonesia ingin maju dan berkembang melalui pembangunan. “Namun pembangunan harus dilaksanakan dengan penuh kesabaran, seperti kesabaran kita dalam proses mencapai kesepakatan nasional untuk menetapkan Pancasila satu-satunya asas. Bagaimana tidak sabar, Pancasila yang diterima sebagai dasar negara sejak Proklamasi, baru 40 tahun kemudian diterima sebagai satu-satunya asas. Atau 20 tahun sejak Orde Baru berniat melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen,” kata Presiden menegaskan.

Proses berjangka panjang itu memang harus ditempuh karena pengambilan keputusan tidak diandalkan kekuatan tetapi musyawarah yang demokratis.

Keputusan tentang asas Pancasila adalah keputusan bulat rakyat Indonesia. Karenanya siapa pun yang benar-benar merasa hidup di bumi Indonesia sebagai warga negara Indonesia hendaknya menghormati UUD 1945 serta menerima Pancasila satu-satunya asas yang telah diputuskan oleh para wakil rakyat dengan segala kesenangan hati.

“Mereka yang tidak mau menerima, ya sebaiknya jangan mengaku orang Indonesia. Itu boleh saja”, ucap Presiden.

Presiden juga mengingatkan, kesepakatan untuk menerima Pancasila satu-satunya asas bukan kehendak satu pihak untuk mematikan yang lain, tetapi benar-benar merupakan upaya menyusun kerangka landasan pembangunan politik yang dapat menghindarkan percekcokan ideologis yang menghambat pembangunan.

Ketika memberikan tanggapan terhadap laporan hasil Rakernas yang disampaikan Ketua Umum DPP KNPI, Ir. Abdullah Puteh, Presiden menyatakan penghargaan terhadap KNPI yang menitik beratkan pembangunan pedesaan, pertanian dan angkatan kerja dalam programnya.

Presiden mengingatkan, meskipun masyarakat pedesaan masih dalam taraf sederhana dalam pemikiran, namun berdasarkan pengalaman, mereka mampu diajak menerapkan teknologi tinggi dalam pertanian asalkan diberikan bimbingan melalui proyek percontohan.

Masyarakat petani pada umumnya, sulit menerima penjelasan teori, tetapi kalau diberi contoh konkret mereka dapat melaksanakannya.

Karenanya, kepada para kader pemuda, khususnya anggota KNPI terutama yang menyandang gelar kesarjanaan, Presiden berpesan hendaknya ilmu yang mereka miliki dilengkapi dengan kemampuan praktis, misalnya teknologi intensifikasi pertanian, petemakan, perikanan maupun kerajinan.

Secara khusus Presiden mengajak para pemuda untuk memelopori peningkatan gerakan koperasi, sebagai upaya, melaksanakan amanat UUD 1945. Apabila dikembangkan, koperasi akan menjadi kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang benar.

Dengan demikian, sedikit banyak koperasi memberikan sumbangan bagi upaya memecahkan problem angkatan kerja.

Dalam acara tanya jawab, Presiden menyatakan ia terkesan atas sikap beberapa utusan yang menyatakan akan menerapkan sistem Tapos untuk mengembangkan peternakan di daerah mereka.

Niatan itu dikemukakan oleh pimpinan KNPI dari Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur.

Presiden memberikan petunjuk, sistem Tapos dapat dilaksanakan cara kecil-kecilan dan sederhana.

Di Tapos tidak hanya diperkenalkan sistem yang canggih tetapi juga versi yang sederhana. Presiden juga menyatakan, peternakan Tapos terbuka untuk mereka yang bermaksud mengadakan studi dan penelitian.

Dalam pertemuan yang berlangsung santai, Presiden dengan penuh kesabaran memberikan penjelasan tentang seluk beluk pengelolaan peternakan Tapos.

Kepada pimpinan KNPI, Presiden menjelaskan bahwa tujuan peternakan adalah untuk meningkatkan mutu ternak lokal yang mengalami proses degenerasi dengan cara persilangan yang menggunakan bibit unggul. Ternak unggul yang dikembangkan di Tapos didatangkan dari berbagai tempat di dunia.

Begitu akrabnya suasana, sehingga ketentuan protokoler tidak berlaku. Para pemuda yang berusaha mendekat dan berwawancara dengan Presiden sempat menimbulkan adegan lucu.

Di tengah kerumunan dalam acara peninjauan keliling Pak Harto sempat terdesak dan tersikut. Namun Pak Harto dengan sabar, tersenyum, memaklumi tingkah para pemuda itu.

Pertemuan itu dihadiri pula sejumlah tokoh Dewan Pertimbangan Pemuda (alumni KNPI) antara lain David Napitupulu, Drs Zamroni, Drs Suryadi, Sofyan Wanandi, Drs Mahadi Sinambela, tokoh eksponen 66 Louis Wangge, dan Menpora dr. Abdul Gafur. (RA)

 

Bogor, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (24/03/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 395-397.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.