SEMUA BANGSA HENDAKNYA SALING BANTU
Presiden Soeharto mengajak semua bangsa di dunia agar saling membantu demi terwujudnya kemajuan yang merata di seluruh dunia, tanpa terhalang oleh ideologi, sistem politik maupun sistem sosial yang dianut masing-masing.
“Hanya dengan cara demikian masyarakat-masyarakat dunia dapat saling membangun untuk memajukan dirinya masing-masing dan bersama-sama memajukan seluruh masyarakat dunia.”
Berbicara ketika membuka Kongres Produktivitas Sedunia ke-5 di Istana Negara Senin kemarin. Kepala Negara menegaskan, dunia yang masih penuh dengan pertentangan dan perpecahan seperti yang dirasakan sampai sekarang ini menyebabkan masyarakat-masyarakat dunia tidak dapat melaksanakan kegiatan pembangunan sosial ekonomi dengan baik.
Akibatnya, hilangnya waktu, kesempatan, dana, tenaga danpikiran untuk mewujudkan kemakmuran bersama bagi semua umat manusia.
“Karenanya, sekarang sudah tiba waktunya dan yang tidak boleh ditundatunda lagi, berkembang saling mengerti dan saling menghargai yang tulus antara semua masyarakat dunia dengan mengakui potensi-potensi positif yang dimiliki masing-masing bangsa,” kata Presiden.
Sebagai salah satu usaha mewujudkan semangat saling membantu tersebut, demikian Kepala Negara, yakni melalui Kongres Produktivitas Sedunia. Caranya dengan saling tukar pengetahuan dan pengalaman.
Tukar Pengetahuan
“Jika dunia kita masih penuh dengan berbagai jurang pemisah, maka jurang pemisah itu pun terdapat dalam bidang pengetahuan mengenai produktivitas dan cara-cara untuk meningkatkan produktivitas itu.”
Dalam hal ini, kata Presiden Soeharto, tukar pengetahuan dan pengalaman dalam kongres semacam ini merupakan usaha yang sangat positif untuk menjembatani jurang pemisah tadi.
Kongres Produktivitas ini dihadiri 350 peserta mewakili 25 negara, terdiri dari unsur pemerintah, pengusaha, pekerja, ilmuwan dan lembaga internasional.
Hadir pula Ketua Konfederasi Produktivitas Sedunia Dr. Martin T Tveit, wakil Dirjen ILO, Sekjen Organisasi Produktivitas Asia serta beberapa duta besar negara sahabat. Menteri Tenaga Kerja Sudomo melaporkan, kongres akan berlangsung sampai 16 April.
Pelaksanaan kongres ini menurut Sudomo, untuk mengisi momentum kampanye produktivitas nasional Indonesia yang dilancarkan Departemen
Tenaga Kerja serta untuk mengisi gerakan efisiensi nasional yang kini sedang gencar dilancarkan.
Kongres dilaksanakan Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI), Konfederasi Produktivitas Sedunia (WCFS), Dewan Produktivitas Nasional (Indonesia) dengan kerja sama dengan Depnaker.
Unsur Kemanusiaan
Menurut Presiden, masalah produktivitas oleh bangsa Indonesia diletakkan dalam kerangka pemikiran pembangunan nasional, yakni pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
“Sebabnya ialah, meletakkan masalah produktivitas di luar konteks masyarakat tampaknya keliru dan mungkin menimbulkan masalah-masalah yang justru menggagalkan usaha-usaha mencari tujuantujuan bersama.”
Dalam pada itu, kata Kepala Negara lebih lanjut, bangsa Indonesia menyadari bahwa pembangunan merupakan proses perubahan menuju kemajuan.
Karena itu Presiden Soeharto menilai tepat sekali tema kongres yakni Produktivitas Sebagai Kekuatan Penggerak Pembangunan Nasional dan Pembangunan Dunia.
Menurut Presiden, dengan hakikat pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, pembangunan Indonesia mempunyai nilai-nilai yang dianggap luhur yakni memanusiakan manusia.
Dalam hubungan ini, kata Kepala Negara, bangsa Indonesia tidak menganggap kerja hanya semata-mata sebagai unsur ekonomi, melainkan juga unsur kemanusiaan.
Kerja dipandang sebagai kesempatan untuk menaikkan harkat manusia, memberi kepercayaan pada diri sendiri dan mempertebal harga diri.
Karena itu pula, walaupun bersyukur bahwa negeri ini dianugerahi kekayaan sumber alam, namun andalan keberhasilan pembangunan nasional Indonesia bukanlah kekayaan alam yang berlimpah ruah, melainkan kualitas manusia Indonesia.
Menurut Presiden, pengalaman pembangunan bangsabangsa menunjukkan bahwa suatu bangsa akan berhasil jika bangsa yang bersangkutan dapat membangun sumber daya manusianya.
“Terlepas dari pandangan hidup, latar belakang budaya dan perkembangan sejarahnya, banyak bangsa-bangsa yang membuktikan diri dapat menjadi bangsa yang maju karena mereka dapat meningkatkan kualitas manusianya, kendati pun mereka tergolong miskin kekayaan alam,” ujar Kepala Negara.
Menurut Sudomo, dalam kongres ini untuk pertama kali akan dibagikan penghargaan produktivitas kepada empat tokoh yang mempunyai reputasi tingkat dunia. Juga akan dibahas kemungkinan didirikannya sebuah Akademi Produktivitas.
Pada penutupan kongres akan diumumkan suatu rumusan produktivitas yang akan disebut “Deklarasi Jakarta”. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (15/04/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 392-395.