KEPADA MASYARAKAT INDONESIA DI SPANYOL
PRESIDEN JELASKAN LANGKAH2 PENCAPAIAN MASYARAKAT ADIL MAKMUR
Pemerintah Spanyol Diminta Jelaskan Soal Timor – Timur
Kepada Portugal
Minggu pagi waktu setempat, Presiden Soeharto bertolak dari kota Granada menuju Amerika Serikat, mengakhiri kunjungan selama 4 hari di Spanyol. Tempat pertama yang dituju ialah Greenboro di Virginia Barat.
Kemudian dengan pesawat kepresidenan DC 10 Garuda, Presiden melanjutkan perjalanan ke Greenbrier, 200 Km sebelah barat Washington DC.
Memberikan wejangan kepada masyarakat Indonesia di Madrid, Jumat malam pukul 20.00 waktu setempat (Sabtu pk. 02.00 WIB), Presiden mengatakan bahwa keputusan-keputusan MPR yang akan datang, sangat penting karena menyangkut halhal yang sangat asasi serta akan membawa perubahan.
Diungkapkan oleh Kepala Negara, Sidang Umum MPR 1983 yad, akan menentukan GBHN untuk lima tahun mendatang sebagai kelanjutan GBHN sebelumnya.
Menurut GBHN yang sekarang, sebagaimana terumuskan dalam Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang, landasan menuju masyarakat, adil makmur berdasarkan Pancasila ialah pengembangan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat.
Landasan itu akan tercapai setelah lima sampai enam Repelita. Menurut Presiden, dalam Repelita IV yang akan datang, betul-betul diusahakan tercapainya kerangka landasan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, sehingga dalam Repelita V tinggal memantapkan kerangka itu dan pada Repelita VI Indonesia sudah dapat tinggal landas untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.
"Sekarang ini selalu ditanyakan, mana wujud masyarakat adil makmur yang berdasarkan Pancasila itu," kata Presiden yang kemudian dilanjutkannya, "Dalam GBHN ditentukan bahwa landasannya saja baru bisa dicapai setelah lima sampai enam Repelita. Kita harus benar-benar berusaha dan bekerja keras, ulet, kalau perlu mengorbankan apa saja yang diperlukan, untuk menyukseskan tahapan-tahapan perjuangan dan pembangunan kita."
Dengan ketekunan serta keuletan, bangsa Indonesia pasti secara bertahap akan mendekati dan sampai pada masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila. "Itu tidak tergantung pada dubes, menteri dan saya, tetapi seluruh rakyat Indonesia," kata Presiden.
Kerja sama dengan Spanyol
Pada awal wejangannya Presiden menjelaskan, maksud kunjungannya ke Spanyol sebagai kunjungan balasan kenegaraan untuk meningkatkan kerja sama.
Kerja sama antara Indonesia dan Spanyol, antara lain dalam proyek kilang minyak hidrokraker, proyek pesawat terbang Casa Nurtanio, pabrik semen, pembangunan hotel di Nusa Dua (Bali), dan proyck baja di Cilegon semuanya menelan investasi lebih dari dua miliar dolar Amerika.
Proyek hidrokraker di Dumai menelan investasi lebih kurang 1,2 miliar dolar AS, proyek baja lebih kurang 800 juta dolar, dan pabrik semen menelan 350 juta dolar.
Proyek-proyek itu nanti akan bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Proyek hidrokraker, misalnya, akan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan minyak kerosedan solar. Demikian pula proyek baja tipis yang penting untuk industri kendaraan bermotor.
Pabrik pesawat terbang Nurtanio yang bekerja sama dengan Casa, menurut Presiden, bukan hanya untuk memproduksi pesawat untuk kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk negara-negara di Asia, terutama Asia Tenggara.
Nurtanio jika dibanding dengan Casa memang masih kalah dalam usia. Nurtanio baru berumur enam tahun, sedangkan Casa sudah lebih kurang 60 tahun.
Namun Nurtanio kini telah mempekerjakan 7.000 pekerja, sedangkan Casa lebih kurang 8.900 pekerja. Bahkan, dengan kemungkinan perkembangan Nurtanio, di masa depan diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 15-20.000 tenaga kerja.
Nurtanio kini sudah bisa membuat komponen-komponen untuk helikopter Bolkow dan Puma. Direncanakan untuk menghasilkan komponen helikopter jenis Bell dan Sikorsky.
Proyek pariwisata yang dilakukan dengan kerja sama antara swasta Spanyol dan swasta Indonesia di Nusa Dua (Bali), merupakan usaha pengembangan Industri pariwisata sebagai upaya peningkatan pendapatan devisa di luar ekspor minyak.
Sebelum bertemu dengan masyarakat Indonesia di Madrid, Presiden terlebih dahulu melihat maket model penyulingan minyak hidrokraker.
Persoalan Timor Timur
Dalam pembicaraan resmi dengan pemimpin pemerintah Spanyol selama di Madrid, Presiden sempat menjelaskan integrasi Timor Timur dengan Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara Sudharmono SH, dalam keterangannya kepada pers di Madrid, Jumat petang, menyatakan, Presiden minta kepada pemerintah Spanyol untuk menjelaskan duduk soal Timor Timur berintegrasi kepada Indonesia, kepada pihak Portugal.
Ini untuk kepentingan Portugal sendiri. Kalau perlu mereka (Portugal) melihat sendiri perkembangan di Timor-Timur yang telah dibangun dalam waktu delapan tahun ini.
”Dengan demikian mereka bisa melihat perbandingannya dengan penjajahan yang mereka lakukan selama beratus-ratus tahun," kata Mensesneg. Pihak Spanyol menanggapi baik penjelasan dan himbauan itu.
Kerja sama Ekonomi dan Kebudayaan
Menteri Kordinator Ekuin Widjojo Nitisastro pada hari Jumat juga mengadakan pembicaraan dengan Wakil Perdana Menteri/Menteri Ekonomi dan Perdagangan Spanyol, Jose Garcia Dien. Dari pembicaraan itu terdapat kesepakatan, kedua negara akan berusaha mendorong peningkatan kerja sama bidang ekonomi.
Dewasa ini, Spanyol memang banyak mengadakan hubungan kerja sama ekonomi dengan negara Amerika Latin. Namun sekarang negara itu juga melihat Indonesia sebagai negara di Asia yang berpotensi besar untuk jalinan hubungan kerja sama ekonomi.
Ekspor Spanyol ke Indonesia sebelum tahun 1981 tidak banyak, dibandingkan dengan ekspor tradisional Indonesia ke negara itu. Tetapi tahun lalu, ekspor Spanyol ke Indonesia jauh lebih besar daripada ekspor Indonesia, karena Spanyol banyak mengekspor mesin dan peralatan keperluan proyek hidrokraker Dumai di Riau pabrik semen, dan pembangunan di Nusa Dua (Bali).
Indonesia ingin melakukan diversifikasi dalam hubungan ekonominya dengan negara-negara Eropa, a.I. Spanyol. Untuk mengimbangi neraca perdagangan Indonesia-Spanyol sekarang ini, kedua pemerintah sepakat menempuh langkahlangkah menuju peningkatan ekspor Indonesia.
Untuk itu, kedua pihak sepakat mengidentifikasikan barang-barang Indonesia yang dijual di pasaran Spanyol.
"Pihak Spanyol sanggup mengusahakan agar kamar dagang dan industri mereka mengirim misi pembelian dan bukan misi penjualan ke Indonesia," kata Widjojo.
Dengan misi yang menjajaki pembelian barang di Indonesia itu, mereka akan tahu, barang apa saja yang cocok di pasaran Spanyol.
"Kalau mereka mendapat proyek di Indonesia, kami juga ingin menjual barang kami ke Spanyol," kata Menteri.
Menteri luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja petang itu juga mengatakan kemungkinan peningkatan kerja sama di bidang kebudayaan kedua negara. Hal itu merupakan hasil penemuannya dengan Menlu Spanyol, Jose Pedro Perez Liorca.
Pihak Spanyol menginginkan ada perjanjian kerja sama dalam bidang kebudayaan. Tetapi, menurut Mochtar, tanpa perjanjian pun kerja sama dibidang ini bisa dilakukan antara kedua negara.
Pihak Spanyol juga mengemukakan keinginannya agar bahasa itu dapat diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Pabrik Pesawat
Hari Jumat itu acara Presiden juga dipadati dengan kunjungan kerja ke pabrik pesawat terbang Casa, yang terletak 20 km dari kota Madrid. Presiden disambut pimpinan Casa, Enri que Guzman.
Dalam sambutan selamat datang, Enrique Guzman menyatakan bahwa kerja sama yang erat antara Casa dan Nurtanio dalam merakit pesawat Casa tipe CN 235 berjalan lancar.
Pesawat Casa CN 235 itu dibuat bersama, masing-masing oleh pabrik Nurtanio di Bandung 4 buah dan di pabrik Casa di Perafe 4 buah. Direncanakan CN 235 yang pertama akan muncul 1 Oktober 1983.
Casa CN 135 itu dirancang bersama oleh para ahli Indonesia dan Spanyol. Pesawat jenis itu mampu membawa 35-40 penumpang.
Selama di pabrik, Presiden, Ibu Tien Soeharto, dan rombongan sempat meninjau hanggar perakitan dan demonstrasi terbang pesawat latih Casa 101.
Hadiah Komodo
Sepasang komodo diserahkan Presiden Soeharto kepada Wali kota Madrid, Enri que Tierno Galvan, untuk dimanfaatkan bagi keperluan kebun binatang di kota yang berpenduduk 4 juta jiwa itu.
Penyerahan itu dilakukan ketika Presiden dijamu Wali kota dalam kunjungan resmi ke kota itu. Penyerahan itu disaksikan oleh Ketua Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia, Harsono RM.
Dalam sambutan resmi pada resepsi yang diselenggarakan Wali kota Madrid, Presiden menyatakan kekagumannya atas keindahan kota Madrid yang secara serasi mengungkapkan perpaduan antara kebudayaan tradisional dan modern. Hal itu menunjukkan terpeliharanya kebesaran masa lampau dan juga pemenuhan keperluan masa depan.
Kepada Masyarakat Madrid
Presiden menyampaikan salam dari 157 juta rakyat Indonesia, serta menyampaikan harapan peningkatan kerja sama antara Ibu kota Spanyol dan Ibu kota Indonesia.
Wali kota Madrid dalam sambutannya berbahasa Spanyol menyatakan terima kasih atas hadiah itu. Sebagai balasan, ia menyampaikan kunci balai kota yang berukir indah sebagai kenang-kenangan kepada Presiden.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Kebun Binatang se-Indonesia, Harsono RM, yang datang ke Madrid membawa komodo itu mengatakan penyerahan itu merupakan diplomasi satwa yang melambangkan persahabatan antar-bangsa yang cinta damai. Dalam kegiatan diplomasi satwa ini perhimpunan selalu berusaha ikut berperan secara aktif.
Penyerahan dilakukan secara simbolik dalam upacara yang penuh tradisi Spanyol.
Berangkat ke Amerika
Sebelum meninggalkan Madrid menuju Granada, Sabtu pagi, Presiden mengunjungi museum El Prado yang memiliki koleksi lukisan raja-raja Spanyol yag indah dan mahal nilainya.
Sebelum menuju bandar udara Barajas, Presiden berpamitan kepada Raja dan Ratu Spanyol di Istana Zarzuella, dan kemudian dilepas dalam upacara kenegaraan.
Di Granada, hari Sabtu, Presiden meninjau bangunan-bangunan indah bekas peninggalan raja-raja Arab yang pernah menduduki daerah ini lebih kurang 780 tahun yang lalu.
Di kota itu, Presiden menyaksikan kesenian yang terkenal ke seluruh dunia, yaitu tari Flamenco. (RA)
…
Madrid, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (11/10/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 854-859.