PRESIDEN SOEHARTO DAN REAGAN AKAN MEMBAHAS MASALAH REGIONAL DAN INTERNASIONAL

PRESIDEN SOEHARTO DAN REAGAN AKAN MEMBAHAS MASALAH REGIONAL DAN INTERNASIONAL

Presiden Soeharto dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan resmi dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan di Gedung Putih, Washington, hari Selasa, selama lebih kurang satu setengah jam yang merupakan puncak acara dari kunjungan kepala negara Indonesia itu di Amerika.

Presiden yang tiba di Greenbrier, Minggu sore waktu setempat (Senin dini hari pukul 02.30 WIB) dari Spanyol, akan berada di wilayah Amerika hingga 15 Oktober.

Di Greenbrier, sebuah kota peristirahatan di Negara bagian West Virginia, Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta Menteri Wijoyo Nitisastro, Menlu Mochtar Kusumaatmaja dan Mensesneg Sudharmono disertai isteri masing-masing akan beristirahat dua malam setelah melakukan kunjungan kenegaraan di Spanyol empat hari tanggal 7 – 10 Oktober.

Presiden dan rombongan meninggalkan Granada menuju Amerika Serikat hari Minggu dengan pesawat Garuda DC-10 yang memakan waktu penerbangan sembilan setengah jam.

Hari Senin 11 Oktober merupakan hari libur resmi di Amerika karena rakyat negeri ini memperingati penemuan benua itu oleh Christopher Columbus lebih kurang 490 tahun lalu ("Columbus Day").

Presiden Soeharto akan memulai kunjungan kenegaraannya tanggal 12 Oktober Selasa di mana dia akan disambut oleh Presiden Reagan dalam suatu upacara resmi di Gedung Putih.

Dari Greenbrier, Presiden akan menggunakan pesawat kepresidenan AS sebuah DC-9 menuju pangkalan udara militer Andrews di Washington dan dengan helikopter terbang ke Washington Monument Grounds.

Tamu negara yang mewakili lebih kurang 157 juta rakyat Indonesia itu akan disambut di situ oleh Menlu George P. Shultz sebelum tiba di Blair House. Blair adalah semacam wisma negara di mana tamu resmi pemerintah AS bermalam.

Tepat pukul 10.00 waktu setempat (pukul 21.00 WIB) upacara penyambutan resmi kenegaraan itu mulai dilakukan. Seluruh hari Selasa itu merupakan acara yang sangat padat, karena begitu selesai upacara penyambutan yang agak unik itu, Presiden Soeharto akan langsung mengadakan pembicaraan resmi dengan Ronald Reagan di Oval Office, Gedung Putih.

Peranan Indonesia

Sementara itu seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS hari Senin mengatakan, ”Kunjungan itu melambangkan dan menekankan betapa pentingnya kami melihat peranan yang dimainkan Indonesia tidak hanya di kawasan Asia Tenggara melainkan juga di dunia”.

“Presiden Soeharto dan Presiden Ronald Reagan akan membahas masalah­masalah utama regional dan internasional dan membicarakan hubungan yang sangat baik antara kedua negara," katanya.

Dia menyatakan, kunjungan pemimpin Indonesia itu mencerminkan arti penting yang diletakkan AS pada persahabatannya Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Dia menekankan bahwa Menteri Luar Negeri AS George Shultz, baru-baru ini telah menemui para menteri luar negeri negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, yakni Indonesia, Thailand, Singapura, Pilipina dan Malaysia, di Perserikatan Bangsa Bangsa.

Dia menggambarkan hubungan persahabatan AS dengan ASEAN rekan dagang AS terbesar kelima sebagai ”dinamis dan senantiasa berkembang”.

Para pejabat pemerintahan mengatakan, AS akan mendukung permintaan Indonesia akan pesawat pesawat terbang dan kapal-kapal patroli untuk membantu mencegah Angkatan Laut Soviet mengancam jalur-jalur pengapalan minyak dari Timur Tengah ke sekutu sekutu AS di Asia.

Bantuan militer AS untuk Indonesia tahun 1982 berjumlah US $ 40 juta dan pemerintah AS diminta untuk memberikan bantuan US $ 50juta untuk tahun 1983, kata pejabat tinggi kepada para wartawan.

"Kami melihat Indonesia sebagai negeri yang punya harapan cerah di dunia", katanya seraya menambahkan, AS akan terus mendukung usaha yang bertujuan mengamankan semua negara ASEAN.

Gaya AS

Kalau penyambutan resmi tamu-tamu negara di beberapa negara biasanya dilakukan di pelabuhan udara, maka di Amerika sambutan resmi diadakan di Gedung Putih.

Dalam menyambut Presiden Soeharto, juga hadir Wakil Presiden George Bush dan Nyonya, Menlu Shultz dan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Vessey.

Upacara resmi penyambutan Presiden RI itu dimulai dengan musik kehormatan dan dilanjutkan dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lagu kebangsaan AS Pada saatitu pula dibunyikan 21 kali dentuman meriam kehormatan. Setelah itu barisan musik berpakaian tradisional berdefile.

Kemudian Presiden Reagan maupun Presiden Scenario akan menghadapi ke arah para wartawan untuk memberikan sambutannya sebelum melanjutkan acara berikutnya.

Di sinilah letak keunikan gaya penyambutan Amerika yang dikenal sebagai negara pencinta demokrasi, demikian laporan wartawan "Antara".

Dubes Hasnan Habib

Amerika Serikat akan tetap merupakan salah satu sumber penting bagi Indonesia, baik sumber modal, teknologi maupun pembangunan, demikian penegasan Dubes RI untuk AS Hasnan Habib dalam wawancara yang disiarkan melalui TVRI Selasa malam.

Sebagai contoh dia mengemukakan bahwa sejak tahun 1966 Amerika senantiasa memberi bantuan dalam pembangunan dan stabilitas di Indonesia, baik secara bilateral ataupun melalui badan badan dunia seperti Bank Dunia dan dana moneter internasional.

Sejak Juni 1966 dikatakan, Amerika sudah memberi bantuan lebih dari US $ 3 miliar, sementara itu investasi di bidang minyak saja mencapai lebih daripada US$ 700 juta.

Menurut Hasnan Habib, Presiden Ronald Reagan dan pemimpin pemimpin Amerika Serikat sangat antusias menunggu kedatangan Presiden Soeharto untuk yang ke tiga kalinya ke negeri itu, karena Presiden dinilai sebagai salah satu Kepala Negara yang sangat senior serta telah memimpin bangsa Indonesia selama 16 tahun.

Pengangguran

Namun demikian, menurut Hasnan Habib, rakyat Amerika Serikat sekarang ini sangat ditekan oleh pengangguran yang sudah mencapai 10 persen dan resesi yang sudah merupakan depresi.

Dikatakan bahwa perhatian rakyat Amerika sekarang ini sedang pula tertuju pada pemilihan anggota anggota kongres dan senat di mana Presiden Ronald Reagan juga turun langsung berkampanye untuk memenangkan kandidat-kandidat dari partai Republik.

Mengenai masalah masalah yang dibicarakan oleh kedua kepala Pemerintahan, Hasnan Habib mengatakan, dia tidak ingin berspekulasi tentang apa saja yang akan dibicarakan.

Tapi, diingatkan bahwa hubungan kedua negara adalah baik dan mesra, sungguh pun demikian tidak berarti kedua negara tidak mempunyai perbedaan pendapat terhadap masalah masalah di dunia.

Perbedaan pendapat dimaksud, menurut Dubes ini, menyangkut negosiasi global tentang tata ekonomi dunia baru di mana Amerika tidak begitu antusias, sebaliknya Indonesia sangat menginginkan.

Begitu pun di bidang komoditas, seperti masalah timah, karet, kopi dan tekstil perlu pula pertemuan pendapat.

"Ini adalah kesempatan yang baik untuk menjelaskan pendapat masing-masing tentang berbagai masalah dunia yang ada," demikian Hasnan Habib mengomentari pembicaraan kedua Kepala Pemerintahan. (RA)

Washington, Merdeka

Sumber : MERDEKA (13/10/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 864-867.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.