PRESIDEN JELASKAN POSISI INDONESIA [1]
Winspeare: Indonesia Perhatikan Keinginan Rakyat Timor-Timur
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menjelaskan semua posisi Indonesia dalam persoalan Timor Timur kepada utusan Khusus Selgen PBB untuk Timor Timur Vittorio Winspeare Guicciardi di Cendana, Jumat kemarin.
Presiden antara lain menegaskan Indonesia sama sekali tak punya ambisi atau niat berekspansi. Dan jika rakyat Timor Timur ingin berintegrasi, Indonesia memang membuka pintu. Tapi sampai sekarangpun Indonesia belum menerima integrasi mereka secara resmi, karena perlu disesuaikan lebih dahulu dengan Konstitusi RI. Yang penting Indonesia inginkan rakyat Timor Timur segera dapat menentukan nasibnya sendiri dalam suasana wajar, aman dan damai.
Hal itu diungkapkan Menlu Adam Malik selesai mendampingi Presiden menerima Winspeare dan setelah selesainya pembicaraan dengan Utusan Khusus itu di Deplu siang harinya.
“Dia tampak senang mendengar keterangan Presiden yang cukup jelas itu mengenai posisi Indonesia”, kata Menlu.
Keterangan Winspeare
Menjawab pertanyaan pers selesai pertemuannya dengan Adam Malik, Winspeare Guicciardi menyatakan pembicaraan tersebut sangat memuaskan baginya.
Ia mengatakan Menlu Adam Malik secara jelas menyimpulkan posisi-posisi Indonesia termasuk mengingatkan berbagai pertemuan yang telah diadakan pada masa-masa lalu antara Indonesia dengan Portugal dan antara partai-partai politik di Timor Timur sendiri.
Menurut Winspeare, pihak Indonesia menegaskan lagi “falsafah”nya tentang Timor Timur, yakni hanya akan memperhatikan keinginan-keinginan yang bebas dari rakyat Timor Timur. Dan untuk mencapai hal tersebut, diperlukan usaha-usaha untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban terlebih dulu (pacification), serta pengembangan kembali hubungan baik antara keluarga-keluarga masyarakat Timor Timur sendiri.
Tapi ia tidak menjelaskan apakah hanya memperhatikan keinginan rakyat itu berarti Indonesia menolak cara-cara penyelesaian Timor Timur yang lain seperti kehendak Portugal dan lain-lainnya.
Winspeare menambahkan, Pemerintah Indonesia juga menyatakan kesediaan memberi bantuan yang diperlukan bagi misinya. Dan dari Timor Timur nanti ia merencanakan kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan Menlu Adam Malik lagi. Ia belum bersedia mengemukakan berapa lama yang diperlukannya di Timor Timur nanti.
“Itu tergantung kemungkinan-kemungkinan teknisnya”, katanya.
Bukan Misi Propaganda
Ditanya apakah ia bermaksud menemui pihak Fretilin, Winspeare hanya mengatakan
”saya akan berusaha mengunjungi sebanyak tempat dan bertemu dengan sebanyak orang disana”.
Menyinggung mengapa ia “kurang sreg” bila diikuti wartawan dalam peninjauanya di Timor Timur nanti, Winspeare menegaskan bahwa misinya ini bukanlah misi pencari fakta (fact-finding mission).
“Tapi adalah misi dari Dewan Keamanan PBB, dan para anggotanya dari Sekretariat PBB. Ini bukanlah misi untuk propaganda atau misi hubungan masyarakat”, katanya tegas.
Mengenai apa kira-kira hasilnya nanti, diplomat senior PBB asal Italia itu hanya mengatakan “apapun hasilnya, harus diambil oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Dalam pertemuan di Deplu kemarin, ia disertai dua stafnya.
Sementara itu Menlu Adam Malik ditanya pers mengatakan, Winspeare hendaknya juga bertemu dengan Fretilin.
“Tapi Fretilin yang tahu persoalan. Kepada Winspeare telah saya beri nama-nama Fretilin di Dili, Atauro dan tempat-tempat lainnya”, katanya.
Mengenai soal penentuan masa depan Timor Timur, ia berpendapat hal itu bukan urusan misi Utusan Khusus Sekjen PBB, tapi urusan Panitia 28 di PBB nanti.
“Dan dalam persoalan ikut-campurnya Indonesia, kita tetap berpendirian yang ada disana bukanlah pasukan Indonesia, tapi sukarelawan Indonesia”.
Bukan Perang Kimia
Menlu Adam Malik membantah keras berita Radio Australia, bahwa dalam pertempuran melawan Fretilin, pihak Indonesia menggunakan senjata-senjata kimia.
“Bagaimana kita bisa memakai senjata itu. Kita kan tidak punya. Obat nyamuk memang ada, dan kalau itu dianggap sebagai senjata kimia memang benar. Disana memang banyak nyamuk. Sewaktu saya kesana juga bawa semprotan segala”, demikian tanggapan Adam Malik.
Ia tidak bersedia menanggapi kabar dari Fretilin yang menyatakan tidak bersedia menjamin keselamatan Winspeare Guicciardi, jika diplomat PBB ini melakukan tugasnya minggu depan. “Reuter” mengabarkan, ancaman Fretilin ini datang dari tokohnya bemama Alkatiri.
Beberapa hari yang lalu, Menlu memang menganjurkan agar team Winspeare nanti jangan mencoba keluar dari daerah-daerah yang telah dikuasai pemerintah Sementara Timor Timur, sebab situasi keamanannya belum terjamin. (DTS)
Sumber: KOMPAS (17/01/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 16-18.