PRESIDEN KE SENEGAL DAN PRANCIS

PRESIDEN KE SENEGAL DAN PRANCIS[1]

Jakarta, Angkatan Bersenjata

PRESIDEN Soeharto Kamis ini dengan pesawat khusus DC-10 Garuda bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta ke Senegal dan Prancis untuk melakukan kunjungan resmi di kedua negara itu.

Presiden didampingi oleh Ibu Tien Soeharto, Menko Ekuin/Wasbang Radius Prawiro, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono dan Dubes Nana Sutresna.

Di Dakar ibukota Senegal Presiden menghadiri KTT III Kelompok 15 dari 2 1 sampai 23 November. Di masa lampau KTT I K-15 berlangsung di Kualalumpur, Malaysia 1-3 Juni 1990, KTT II di Caracas, Venezuela, 27-29November 1991.

Berdirinya K-15 disepakati dalam KTT IX GNB di Beograd 1989. Dalam K-15 berkumpul tokoh utama negara-negara berkembang yang diharapkan bisa menjadi semacam motor penggerak pembangunan dan kerjasama antara negara­ negara berkembang,  baik dalam membangun negara sendiri maupun dalam menghadapi situasi ekonomi internasional yang berdampak jauh pada ekonorni negara­ negara berkembang. K-15 merupakan organisasi para kepala negara yang tiap tahun secara bergantian mengadakan KTT di negara-negara K-15.

Kegiatan utama K-15 adalah menggalakkan kerjasama Selatan-Selatan di bidang ekonomi, perdagangan, teknologi dan kebudayaan. K-15 berupaya pula menyusun konsep-konsep untuk menghadapi Kelompok Utara (G-7) namun tidak bersifat konfrontatif.

Senegal yang luasnya 196.722 kilometer persegi berpenduduk 7.704.000, lebih dari 90% dari jumlah itu beragama Islam. Jadi sama dengan Indonesia, mayoritas penduduk Senegal juga beragama Islam. Senegal menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi. Negara itu memang lama dijajah Prancis setelah berakhirnya penjajahan Portugal. Senegal menjadi negara merdeka tahun 1959. Presiden pertama negara itu adalah pemikir dan pengarang Leopold Sedar Senghor, sahabat Bung Hatta waktu menuntut ilmu dan beljuang di Eropa selama dasawarsa 1920. Presiden Senegal yang sekarang adalah Abdou Diouf yang September lalu turut menyemarakk:an KTT X GNB di Jakarta.

Senegal adalah negara yang stabil dan maju di Afrika. Waktu menerima surat kepercayaan Dubes Senegal untuk Indonesia, Aladji Amadou Thiam di Istana Merdeka Selasa lalu, Presiden Soeharto memuji kestabilan dan kemajuan Senegal dan berharap agar Senegal mewujudkan kestabilan dan kemajuan pula di kawasan Afrika Barat. Senegal berhasil menuanrumahi KTT VI OKI di Dakar Desember 1991 dan berperanan aktif dalam organisasi Persatuan Afrika dan Organisasi Kerjasama Ekonomi Afrika Barat. Berdasar bobot Senegal dalam percaturan politik internasional itu Senegal wajarjadi  tuan rumah KTT  III K-15, kata Presiden.

Setelah menghadiri KTT III K-15 itu Presiden terbang dari Dakar ke Paris untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Mitterand, 24 Nopember. Yang akan dibicarakan dengan Presiden Prancis itu adalah masalah demokratisasi PBB yang dikemukakan Presiden Soeharto ketika membuka KTT GNB di Jakarta September lalu yang kemudian menjadi salah satu hasil penting KTT itu. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB di New York 24 September 1992 Presiden bahkan mengusulkan negara-negara yang patut jadi anggota tetap DK-PBB. Prancis terkenal oleh sikapnya yang progresif terhadap negara-negara berkembang, dan karena itu perjuangan Ketua GNB yang berat untuk mendemokratisasikan PBB tentu mendapat dukungan Prancis yang bersama Jerman menjadi pemuka ME yang sedang menyiapkan Pasar Tunggal Eropa yang akan beroperasi mulai 1 Januari 1993. Akibat ketegangan Prancis dengan AS tentang subsidi pertanian, AS telah memberlakukan tarif hukuman (punitive tariff) 200% bagi hasil-hasil pertanian Prancis yang masuk ke AS. Kalau Prancis membalas dengan sikap yang sama kerasnya akan timbul perang dagang antara kedua negara yang akibat negatifnya akan dirasakan pula oleh menyelesaikannya di meja perundingan. Presiden Soeharto tentu akan mendapat penjelasan tangan pertama dari Presiden Mitterand tentang ini, juga tentang kemudahan memasuki PTE nanti demi kelancaran masuknya komoditi Indonesia ke PTE dengan 340 juta konsumen itu.

Pokok-pokok lain yang akan dibicarakan dengan Presiden Mitterand adalah meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral Indonesia-Prancis, penjelasan tentang KTT X GNB terutama “Pesan Jakarta”, kelanjutan dialog Utara-Selatan secara konstruktif dan masalah energi serta lingkungan hidup.

Sumber: ANGKATAN BERSENJATA(19/11/1992)

 _____________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 462-464.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.