PRESIDEN: KEMAJEMUKAN TIDAK PERLU DIHILANGKAN [1]
Jatinangor, Sumedang, Antara
Presiden Soeharto mengatakan, kemajemukan pada Bangsa Indonesia tidak dapat dan tidak perlu dihilangkan, karena kemajemukan itu justru menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan.
“Sebaliknya, masyarakat juga perlu menyadari, bahwa untuk dapat hidup sebagai bangsa, kita telah bersatu, maka ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” kata Presiden di Jatinangor, Sumedang, Sabtu, ketika melantik 490 lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
Pada acara yang juga dihadiri Mensesneg Moerdiono dan sejumlah pejabat lainnya, Kepala Negara menegaskan, persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, sampai pada taraf tertentu, ditentukan oleh persatuan dan kesatuan pemimpinnya, yang juga amat majemuk.
Kepada para wisudawan, Presiden minta untuk memperhatikan dan menghormati berbagai tatanan sosial yang ada seperti desa, nagari dan kota, karena disana juga terdapat adat kebiasaan dan kepemimpinan yang juga perlu dihormati.
“Kita tidak boleh melupakan begitu saja tatanan yang paling dasar ini, sebab hal itu membawa dampak yang merugikan kehidupan kita,”kata Presiden.
Kepada wisudawan yang disebut Ahli Madya Pemerintahan, Kepala Negara juga menegaskan bahwa tugas jajaran pemerintahan adalah menge mban tugas konstitusional, yaitu melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia.
“Pemerintah bersama-sama seluruh jajarannya, melaksanakan tugasnya secara demokratis melalui persuasi, komunikasi, kewibawaan dan hukum,”kata Presiden pada acara yang komandan upacaranya Bupati Subang Oman Syahroni.
Pada kesempatan itu, Presiden mengemukakan pula bahwa tugas alumnus STPDN adalah selalu berada selangkah di depan dinamika masyarakat, agar tidak tertinggal dari masyarakat.
Sebelumnya, Mendagri Yogie SM, melaporkan STPDN merupakan penyatuan 20 Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di 20 propinsi.
Setiap tahun STPDN menerima 921 mahasiswa dan darijumlah tersebut 10 persen di antaranya wanita . (Faks-BDG-003/PU-29 /DN02- 4/09/93 23:34/RUl/ 23:40)
Sumber :ANTARA (04/09/1993)
____________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 728-729