PRESIDEN: KEMISKINAN TERKAIT ERAT DENGAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP[1]
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto menegaskan, masalah kemiskinan erat kaitannya dengan kerusakan dan perusakan lingkungan hidup. Sebab, akar masalah kerniskinan adalah sumber daya yang terbatas dan lingkungan hidup yang tidak memadai atau tidak terkelola secara baik.
Penegasan tersebut disampaikan Presiden pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Merdeka, Sabtu (5/6). Dalam acara peringatan yang bertema
“Kemiskinan dan Lingkungan Hidup” itu, Kepala Negara menyerahkanya penghargaan Kalpataru kepada tujuh tokoh masyarakat, kelompok tani dan kelompok adat yang terpilih dari 124 calon yang diajukan.
Di samping itu juga diserahkan penghargaan Adipura kepada 58 kota terbersih tahun 1993 yang tersebar di seluruh Indonesia, yang meliputi kota sedang sampai kota raya. Penghargaan lain juga diberikan kepada kota yang berhasil rnenyusun Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Terbaik 1993.
Presiden Soeharto menyatakan, kemiskinan akan menyebabkan, merosotnya kualitas tahan yang produktif, turunnya mutu dan kuantitas air serta mengancam ketersediaan sumber energi. Akar kerniskinan adalah kurangnya kemampuan atau pilihan untuk mengatasi sumber daya yang terbatas itu.
Karena itulah, pemerintah terus berusaha mengatasi rnasalah kemiskinan sehingga Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan terus berkurang. “Kita harus melaksanakan kebijaksanaan yang tepat untuk membantu mereka sehingga dapat mengatasi masalah lingkungan dan memperluas pilihan daya upaya untuk kebutuhan hidup dan sumber pencaharian,” kata Presiden.
Cepat Berubah
Pada acara yang juga dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wapres Try Sutrisno dan Ibu Tuti Sutrisrto, Ketua Mahkamah Agung Purwoto Ganda Subrata, dan sejumlah pejabat lainnya. Presiden selanjutnya mengatakan, sumber daya alam ditanah air masih mampu memberikan dukungan terhadap pembangunan, namun di lain pihak harus disadari bahwa keadaan yang baik ini akan cepat berubah bila pembangunan mengabaikan kelestarian lingkungan.
“Kita perlu belajar dari pengalaman pahit yang diderita bangsa-bangsa di negara maju agar tidak terulang masalah serupa akibat meniru pola pembangunan negara. Industri tersebut,” kata Presiden. “Negara maju belum berhasil secara tuntas memecahkan masalah lingkungan yang rnereka hadapi seperti hujan asam, pembuangan limbah berbahaya, beracun.”
Negara maju mengalami kerusakan dan kematian hutan, misalnya yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara. Di sana juga terjadi semakin meluasnya gurun, banjir, dan berbagai bentuk bencana lainnya . “Kesemuanya itu rnerupakan akibat dari pembangunan yang kurang berwawasan lingkungan, sehingga tatanan lingkungan rusak oleh tangan-tangan manusia,” kata Presiden.
Ketika menyinggung perkembangan di tanah air, Kepala Negara menyampaikan rasa gembiranya karena kesadaran tentang lingkungan terus bertambah besar. Tidak sedikit anggota masyarakat yang berprakarsa mengadakan perintisan, penyelamatan, dan pembinaan terhadap lingkungan.
“Saya berharap mudah-mudahan kepeloporan mereka iniakan makin memacu kesadaran masyarakat kita untuk terus menerus menangani masalah-masalah lingkungan,” kata Presiden.
Kepala Negara juga berbicara tentang penghargaan kepada sejumlah pemerintah daerah yang bersama masyarakatnya berhasil menciptakan kota yang bersih dan nyaman sehingga patut mendapat penghargaan Adipura. Penghargaan inidiharapkan akan mampu mendorong Pemda lain untuk bersama masyarakatnya menciptakan lingkungan kota yang bersih, nyaman, dan asri.
Perintis Lingkungan
Sebelumnya, Menteri Negara Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja melaporkan bahwa salah seorang pemenang hadiah kelompok “Perintis Lingkungan” adalah Faturrahman dari Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sejak tahun 1980 membuat terowongan air sepanjang 2.135 meter.
Faturrahman terpaksa menjual 15 sapinya untuk membiayai pembuatan terowongan selama 11 tahun itu. Torowongan ini mampu mengairi areal sawah 215 hektar. Selama 11 tahun itu, ia bekerja delapan jam tiap hari dengan menggunakan peralatan sederhana.
Sarwono juga melaporkan bahwa kota yang memenangkan hadiah Adipura antara lain adalah Cirebon, Jakarta Pusat, Bukittinggi, Pariaman, dan Kudus. Sementara itu yang mendapat penghargaan karena berhasil menyusun Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup adalah Jabar, Jateng, dan DKl Jakarta.
Menteri mengatakan, para penerima hadiah Kalpataru perlu diberi pohon untuk ditanam di daerah masing-masing, sehingga program menumbuhkan satu juta pohon dapat cepat terealisasi.
“Jadi jangan hanya diberi plakat atau tanda penghargaan saja,” kata Sarwono di kediamannya di Jakarta, Sabtu malam saat beramah tamah dengan para penerima penghargaan Kalpataru. Piala Adipura dan pemegang Iomba karya tulis mengenal lingkungan. Menurut Sarwono, dengan pemberian pohon, mereka semakin perduli dan mencintai kelestarian lingkungan disekitarnya.
Ia memberi contoh bahwa kalau hanya diberi plakat, itu akan mudah dilupakan. Secara kelakar, ia mengatakan, sejak ia menjadi menteri sampai sekarang, koleksi penghargaan yang diterimanya kini menumpuk dirumahnya sampai tiga meter kubik.
Pada bagian lain Sarwono menegaskan, upaya melestarikan lingkungan hidup bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tapi juga menuntut peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk turut menjaga dan memeliharanya. Lingkungan hidup, menurut dia, merupakan bidang yang sangat luas dan kaya. “Keleluasaan dan kekayaan lingkungan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia harus dipelihara bersama-sama, yang bisa diwujudkan dalam gerakan melestarikannya,” katanya.
NKLD sebagai Kiat
Dalam gerakan melestarikan lingkungan hidup menurut Smwono terdapat dua pemikiran yang berkembang yakni, soal normatif yang mengkaitkan pada pemikiran boleh atau tidak boleh memanfaatkan lingkungan secara berlebihan dari soal manajemen yang masih dibutuhkan dalam upaya pelestarian lingkungan karena ada pihak-pihak yang tidak mau menyadari arti pentingnya lingkungan bagi kehidupan.
Untuk itu, lanjut Sarwono, kebijaksanaan mengenai Neraca Kependudukan dan Lingkungan Daerah (NKLD) yang merupakan kiat manajemen masing-masing pemerintah daerah untuk menyeimbangkan antara tingkat laju kependudukan dan luas lingkup lingkungan, harus tetap diteruskan.
Selain itu, perlu penyebaran informasi yang seluas-luasnya tentang kesadaran memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. “Di sinilah peran dan fungsi pers sangat dibutuhkan,”katanya.
Selain para penerima penghargaan Kalpataru , pialaAdipura dan pemenang lomba karya tulis, hadir pada acara ramah tamah itu kepala pemerintah daerah yang mempunyai predikat NKLD terbaik yakni Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kepada mereka diserahkan plakat oleh Meneg LH. Sarwono juga menyerahkan pengh argaan berupa plakat dan sertifikat tanda penghargaan kepada tiga wartawan yang dinilai terbaik dalam menulis dan membantu meny ebarkan informasi mengenai lingkungan hidup di media massanya, antara lain LKBN Antara, Kompas, dan Surabaya Post. (ato)
Sumber :PELITA (7/06/1993)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 372-375.