PRESIDEN: LAKUKAN PENELITIAN MANFAAT SAMPINGAN BENDUNGAN PALASARI
Denpasar, Antara
Presiden Soeharto mengingatkan untuk melakukan penelitian secara dini terhadap manfaat sampingan dari berfungsinya Bendungan Palasari, 95 km barat Denpasar, disamping manfaat utamanya mengairi sawah seluas 1.300 hektar sepanjang tahun.
“Jika 100 hektar luas genangan air itu dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan, jenis ikan apa yang cocok agar bisa memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat sekitamya,” ucap Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Radinal Moochtar menirukan pesan Kepala Negara ketika meninjau bendungan tersebut hari Rabu.
Ia mengatakan, Presiden memberikan beberapa altematif terhadap fungsi ganda bendungan raksasa yang dibangun dengan bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar Rp 7,9 miliar.
Altematif tersebut antara lain mendukung pengembangan sektor pariwisata seperti wisata air maupun meningkatkan produksi perikanan yang mampu mempercepat upaya mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Radinal Moochtar mengatakan, kepala negara juga memberikan petunjuk agar melakukan langkah-langkah yang tepat hingga Mei 1989, sebelum bendungan yang digarap selama tiga tahun itu berfungsi.
Dengan demikian langkah tersebut diharapkan mampu memberikan angin segar bagi kehidupan masyarakat kabupaten Jembrana, daerah ujung barat pulau Bali, disamping menjaga kelestarian swasembada pangan.
Radinal Moochtar berpendapat untuk memberikan dampak ganda dari bendungan Palasari tersebut perlu adanya pekerjaan tambahan dan penyempumaan, sehingga kedua kepentingan saling mendukung.
Kontraktor yang mengerjakan pembangunan fisik ini sanggup melakukan pengerjaan tambahan sesuai batas-batas kemampuan dan pelaksanaannya lebih lanjut dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat.
Sejak Pelita I
Wakil Gubernur Bali, I Dewa Gde Oka mengatakan, pembangunan Bendungan Palasari sebagai salah satu altematif mengatasi kekeringan terhadap area sawah seluas 1.300 hektar itu direncanakan sejak Pelita pertama namun baru bisa terealisasi pembangunannya sejak tahun 1986.
Dengan berfungsinya bendungan awal Mei 1989 yang dinanti-nantikan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat setempat mengharapkan mampu meningkatkan produksi pangan, karena seluruh area bakal mampu ditanami dua kali padi dan sekali palawija. Sebelumnya hanya merupakan tanah non produktif
Upaya tersebut sekaligus mampu mengatasi kekeringan yang hanya terjadi sepanjang tahun sekaligus berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan maupun terjadinya erosi.
Namun kehadiran proyek permanen yang mampu menampung air 10 juta m3 diharapkan mampu menghindari kekeringan maupun musibah erosi. Hal ini perlu diimbangi dengan melestarikan kawasan hutan di sekitamya, disamping keikutsertaan masyarakat menjaga dan memelihara seluruh bangunan bendungan.
Pimpinan proyek irigasi Bali, Ir. Purwoko melaporkan, pengisian air terhadap bendungan bakal dimulai akhir Januari 1989 sebesar 33 persen dari seluruh kapasitas 10 juta m3.
Kemudian disusul bulan berikutnya secara bertahap hingga penuh sampai pertengahan Mei tahun depan untuk selanjutnya disalurkan ke area pertanian yang kini sedang dilakukan pencetakan sawah baru di atas area seluas 700 hektar.
Sedangkan 600 hektar lainnya sudah dalam bentuk sawah, namun selama ini pengairannya tergantung dari air hujan sehingga satu tahun hanya sekali. panen dan itu pun sering gagal karena dalam pertumbuhannya mengalami musim kemarau.
Menteri PU Radinal Moochtar sekaligus mengkomandokan pengurugan tanah dalam proses penyelesaian yang keseluruhannya membutuhkan 575.000 m3 yang terdiri dari 389.000 m3 batu, 54.700 m3 pasir dan 131.300 m3 tanah timbunan.
Seusai peninjauan bendungan Palasari itu Menteri PU didampingi rombongan melanjutkan kunjungan kerja ke Jawa Timur.
Sumber : ANTARA (21/12/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 583-585.