PRESIDEN: LEMAHNYA KEMAMPUAN TKW BUKAN BERSIFAT ALAMI

PRESIDEN: LEMAHNYA KEMAMPUAN TKW BUKAN BERSIFAT ALAMI

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengatakan, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja wanita (TKW), karena rendahnya mutu para pekerja bukanlah bersifat alami.

Masalah peningkatan kemampuan para wanita pekerja itu dikemukakan Kepala Negara di Istana Merdeka, Senin ketika membuka Temu Karya Nasional Pemantapan dan Pengembangan Kebijaksanaan serta Langkah-Langkah Peningkatan Peranan Tenaga Kerja Wanita.

“Tantangan dalam usaha meningkatkan peranan tenaga kerja wanita adalah usaha meningkatkan kemampuan mereka sehingga menjadi Jebih mandiri. Salah satu cara adalah memberikan kesempatan yang lebih luas guna meningkatkan pendidikan dan latihan bagi mereka,” kata Presiden.

Dalam acara yang dihadiri pula Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Sudharmono SH dan Ibu EN Sudharmono serta beberapa menteri, Presiden mengatakan peningkatan keterampilan para TKW itu perlu dilakukan karena semakin banyaknya wanita yang memasuki pasaran kerja.

Selama Repelita V ini, diperkirakan terdapat tambahan 12 juta orang pada jumlah angkatan kerja yang sebagian diantaranya adalah kaum wanita. Pertambahan jumlah TKW itu disebabkan makin meningkatnya aspirasi wanita untuk berperan serta dalam pembangunan.

“Namun, disana-sini seringkali masih dijumpai adanya perbedaan perlakuan terhadap tenaga kerja wanita, baik dalam penerimaan untuk bekerja, pengupahan, kesempatan memperoleh pendidikan dan seterusnya,” kata Kepala Negara.

 

Sektor Informal

Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto juga mengatakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan harapan para wanita pekerja adalah sektor informal.

“Hal ini mungkin disebabkan karena dewasa ini sektor informal belum banyak memerlukan tenaga kerja dengan kualifikasi yang tinggi. Namun tenaga kerja di sektor informal ini biasanya penghasilannya rendah, perlindungannya lemah dan tempat usahanya tak menentu,” kata Presiden.

Karena itu, menurut Presiden, pembinaan terhadap sektor informal juga perlu ditingkatkan sehingga mutu tenaga kerja yang mencari nafkah di sektor ini juga dapat terus bertambah.

Sebelumnya, Menteri Negara Urusan Peningkatan Peranan Wanita, Ny Sulasikin Murpratomo melaporkan, temu karya nasional ini yang diikuti sekitar 220 peserta akan berlangsung hingga 31 Juli.

Sulasikin mengatakan, pertemuan ini dilakukan karena upaya peningkatan peranan wanita masih menghadapi berbagai kendala, karena target yang ingin dicapai adalah peningkatan produktifitas kerja mereka.

Seusai membuka pertemuan ini, Kepala Negara yang didampingi Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ibu EN Sudharmono beramah tamah dengan beberapa peserta.

Sebelumnya, Presiden menerima Menteri Perindustrian Sudan, Tagelsir Mustafa Abdulsalam membicarakan persiapan kunjungan Presiden Omar Bashir ke Indonesia dalam waktu dekat. Presiden juga menerima Menpera Siswono Yudohusodo, namun tidak diketahui materi pertemuan itu.

 

 

Sumber : ANTARA (29/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 709-710.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.