PRESIDEN: MANFAATKAN KUD DALAM KUMPULKAN DANA ASURANSI KESEHATAN
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengusulkan agar dana bagi asuransi kesehatan bisa dikumpulkan melalui koperasi ataupun Koperasi Unit Desa (KUD), karena asuransi ini perlu dikembangkan hingga ke daerah pedesaan.
Usul pemanfaatan berbagai jalur bagi pengumpulan dana asuransi kesehatan itu dijelaskan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Asrul Azwar kepada wartawan sesudah melaporkan kepada Presiden Soeharto di Istana Negara, Rabu tentang Muktamar IDI di Surabaya baru-baru ini.
Pengurus baru ini antara lain terdiri atas Wakil Ketua Umum dr. Kartono Muhammad diantar oleh Menteri Kesehatan dr. Adhyatma. Pada kesempatan itu, pengurus IDI meminta kesediaan Presiden untuk membuka konperensi ilmiah para dokter Asia dan Oceania yang berlangsung di Jakarta pada bulan September.
Menkes Adhyatma mengatakan, asuransi kesehatan diperlukan untuk membantu orang-orang yang tidak mampu, sehingga pada akhirnya akan terjadi subsidi silang antara orang yang mampu dan tidak mampu.
Dikatakannya, hasil sensus tahun 1985 menunjukkan bahwa 8,3 persen dari bangsa Indonesia setiap saat bisa sakit sedangkan yang sehat 81,7 persen. Sensus sebelumnya menunjukan bahwa setiap saat sekitar 11 persen orang Indonesia dalam keadaan sakit. “Masak yang 81,7 persen (yang sehat) tidak bisa membantu yang lainnya,” kata Menkes ketika rnenekankan pentingnya pelaksanaan asuransi kesehatan.
“Pemeliharaan kesehatan makin lama akan makin mahal,” kata Wakil Ketua PB IDI, dr. Kartono menambahkan keterangan Menkes. Kartono yang sebelumnya memimpin IDI mengatakan, semakin mahalnya biaya pemeliharaan kesehatan antara lain disebabkan semakin canggihnya peralatan medis.
Sekalipun biaya semakin meningkat, namun Menkes yakin hal itu bisa ditanggulangi melalui asuransi kesehatan. Ia menunjuk antara lain biaya operasi jantung bagi pegawai negeri yang dibiayai melalui Askes yang sekarang namanya adalah Perum Husada Bakti.
Dokter Keluarga
Presiden Soeharto pada kesempatan itu juga meminta IDI agar ikut mengembangkan konsep dokter keluarga, KB Mandiri, serta upaya menurunkan tingkat kematian bayi.
Asrul Azwar mengatakan, jika konsep dokter keluarga ini bisa diterapkan maka biaya yang harus dikeluarkan sebuah keluarga untuk pengobatan misalnya bisa ditekan. “Dokter tidak hanya memeriksa organ tubuh, tapi juga keluarga pasien,” kata
Asrul ketika menjelaskan manfaat lain dari penerapan konsep dokter keluarga. Ia mengatakan, masalah yang sering timbul antara dokter dan pasien, misalnya dokter yang tidak mau membuka pintu rumahnya malam hari jika diketuk keluarga pasien disebabkan tidak saling kenalnya kedua pihak.
Sebelumnya Presiden menerima Menteri Parpostel Soesilo Soedarman. Namun hasil pembicaraan itu tidak diketahui.
Sumber : ANTARA (15/03/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 396.