PRESIDEN MINTA PETANI PAHAMI INSUS

PRESIDEN MINTA PETANI PAHAMI INSUS

Presiden Soeharto mengharapkan agar para petani benar-benar dapat memahami dan menyadari adanya Insus (lntensifikasi khusus) dengan panca usahannya, karena usaha tersebut akan memberikan keuntungan kepada petani dalam meningkatkan produksi, sekaligus pendapatnya.

Mengatakan hal itu di kampung Ciwaru, Desa Sumurgintung Kecamatan Pegaden, Subang, Jawa Barat sewaktu meninjau panen awal Insus, Kepala Negara menyatakan bahwa tanpa adanya tambahan produksi yang dilakukan berarti tidak akan ada penghasilan yang bisa diperoleh oleh para petani sehingga kebutuhan hidup sendiri sudah pasti tidak akan terpenuhi.

Oleh karenanya Presiden, intensifikasi khusus harus diyakini sekarang dan tidak perlu diragukan lagi, sebab insus telah memberi petunjuk membawa keuntungan kepada petani karena biaya produksi ternyata lebih rendah dari harga yang ditetapkan.

Kepala Negara mengatakan bahwa dalam pembangunan pertanian ini pelaksana utamanya adalah para petani sendiri sebab justeru merekalah yang memiliki tanah sebagai modal yang utama.

Untuk itu, kata Kepala Negara lagi, panca usaha padi yang terdiri dari teknik bercocok tanam pengaturan pengairan pemupukan, bibit unggul serta pemberantasan hama dan penyakit harus betul-betul dipahami. Sebab yang bertanam dan memungut hasilnya adalah para petani sendiri.

"Kalau hasilnya baik yang menikmati pertama-tama ‘kan kalian juga walaupun di samping itu masyarakat umum akan turut serta menikmatinya," ujar Presiden berdialog dengan diselingi tawa dan senyum.

Kepada para anggota Kontak Tani, selanjutnya Presiden Soeharto menekankan agar di samping meningkatkan produksi pertanian bagi dirinya sendiri juga bisa memberikan contoh bagi para anggota lainnya sehingga intensifikasi nantinya akan bisa berjalan dengan baik.

Selain itu, Kepala Negara di bagian lain penjelasannya mengatakan bahwa di samping intensifikasi maka unsur koperasi pun terus sangat mutlak diperlukan.

Pemerintah sendiri, kata presiden, dalam Pelita Ill ini telah menganggap mutlak adanya koperasi oleh karena itu agar waktunya jangan sampai terlambat, diminta kepada para petani agar dalam semua kegiatannya harus didukung dengan adanya koperasi.

"Dalam koperasi itu ada sarana-sarana yang dapat meminjamkan kredit yang diperlukan. Ini semua untuk petani dengan tujuan melindungi dari kaum lintah darat dan pengijon. Dan dengan adanya koperasi kalian akan bisa tertolong," ucap presiden.

Pada waktu sebelumnya Kepala Negara telah berkenaan meninjau lokasi-lokasi penangkar benih P3A (Persatuan Petani Pemakai Air) Mitra Cai serta saung tani dan perlengkapannya di Kampung Ciwaru.

Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto telah melakukan pemotongan pertama panen awal dengan menggunakan sabit (arit) yang hasilnya kemudian terus ditimbang.

Kepada para anggota Kontak Tani peserta Insus Harapan Jaya I dan II di Saung Tani, Kepala Negara melakukan dialog panjang tentang sekitar masalah peningkatan produksi pertanian di daerah tersebut.

"Manfaat apa yang kalian bisa peroleh dengan adanya Insus ini," tanya Presiden kepada seorang kontak tani.

"Kami menemui suatu kedamaian, Pak. Sebab dalam Insus ini kami bisa bergotong-royong, sehingga garapan sawah tidak terlambat, sementara dalam bibit kami juga menggunakan jenis yang sama yaitu IR 38," ucapnya.

"Bagaimana hasil panenannya ?" sela Presiden.

"Sangat berbeda, Pak. Dulu hasilnya cuma 5 ton yang masuk gudang, tetapi setelah ikut Insus, rata-rata kami dalam musim gadu tahun 1979 bisa menghasilkan 6 ton. Dan sekarang ini bisa meningkat lagi sekitar 7,5 ton rata-rata perhektar, "kata seorang petani.

"Bagus, sekarang bagaimana mengenai wereng?" tanya Presiden.

"Belum pernah terserang, Pak,"jawab petani.

”Berapa orang yang belum memakai VUTW?" tanyaPresiden lagi.

"Semua sudah pakai, dan tidak ada yang tidak Pak," katanya.

"Bagus, bila semua sudah pakai. Kalian juga harus ingat bahwa justru Rojolele dan sejenisnya walaupun rasanya enak, akan bisa mengkhianati para petani," ucap Kepala Negara.

"Oleh karena itu saya harapkan, jangan ada yang membandel pakai jenis lain selain VUTW. Bagi mereka yang tidak mengerti beri pandangan dan insyafkan sekaligus," pesan Presiden kepada para anggota Kontak Tani.

"Sekarang hagaimana peranan dari KUD?" tanya Kepala Negara lagi.

"Belum lancar, Pak," jawab kaum tani. Di Desa Pegadeh sendiri, menurut para petani belum ada satu KUD pun.

Mendengar hal ini Kepala Negara lebih lanjut mengatakan "KUD sebetulnya harus kalian kelola sendiri. Dan bila saudara-saudara belum dapat membereskan KUD, itu berarti saudara-saudara masih belum beres," ucap Presiden sambil tertawa.

”Terima kasih, Pak," jawab mereka hampir bersamaan.

Kepada Lurah M.Sukondo, dipesankan oleh Presiden Soeharto agar memberi pengertian kepada para petani untuk tidak melakukan tiga kali panenan dalam setahun.

"Cukup dua kali saja, sementara yang satu kali dipergunakan untuk usaha mina padi (pertanian dengan ikan). Sebab seperti halnya manusia tanah itu perlu istirahat kan?"

Sedangkan mengenai sarana produksi, lehih jauh Presiden mengharapkan bila dapat, para petani jangan mengharapkan dari pinjaman kredit. Presiden menyatakan kebanggaannya bila suatu waktu Bimas tidak ada di seluruh Jawa Barat ini, karena akan digantikan dengan Inmas di mana para petani sudah akan mampu sendiri.

Untuk itu, Presiden memberi pesan agar petani di daerah Subang harus giat bekerja dan berlaku jujur. Sebab berdasarkan pengalaman, kata Presiden, sambil tertawa, tidak sedikit petani yang nakal di mana akhirnya banyak di antaranya yang tidak mengemhalikan kredit Bimas sehingga Pemerintah rugi.

"Tinggalkan main gaple (judi), sehah saya dengar para petani banyak yang melakukan ini. ltu kalau kalian tidak mau jadi kere (melarat)," sela Kepala Negara sambil tertawa lagi.

Dalam dialog yang hampir memakan waktu tiga jam ini Presiden Soeharto didampingi oleh Menteri Pertanian Soedarsono, Menmud Urusan Produksi Pangan Akhmad Affandi, guhernur Aang Kunaefi dan Sekdalopbang Solichin GP dan Bupati setempat. (DTS)

Subang, Merdeka

Sember: MERDEKA (24/03/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 928-930.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.