PRESIDEN : NILAI-NILAI BUDAYA DARI LUAR HARUS DISARING[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto minta para ilmuwan terutama anggota Dewan Riset Nasional (DRN) untuk ikut menyaring nilai budaya luar negeri sebelum digunakan dalam memperkuat dan memperkaya budaya nasional.
“Saya minta Dewan Riset Nasionaljuga memperhatikan pengembangan ilmuilmu sosial dan kemanusiaan dari nilai-nilai Pancasila.” kata Presiden ketika melantik 165 anggota DRN di Istana Negara, Kamis.
Kepala Negara yang didampingi Wapres Try Sutrisno dan Ketua DRN, BJ Habibie menegaskan kembali, nilai-nilai dari luar negeri itu tidak boleh sama sekali merusak kepribadian bangsa Indonesia.
Kepada 165 ilmuwan baik dari kalangan akademi maupun praktisi, Kepala Negara mengingatkan, penelitian terhadap nilai-nilai asing itu amat penting, karena sebenarnya dalam hal nilai-nilai kehidupan, apa yang dimiliki bangsa Indonesia tidak kalah dibanding nilai luar negeri.
“Saya yakin apabila kita kembangkan sebaik-baiknya, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila tentu akan dapat menjawab berbagai tantangan yang akan kita hadapi di masa mendatang.” kata Presiden menegaskan.
Ke-165 anggota DRN yang dilantik itu terbagi dalam lima kelompok yaitu kebutuhan dasar manusia, sumber daya alam dan energi, industrialisasi, pertahanan dan keamanan serta kelompok sosial, ekonomi, falsafah, hukum dan perundangundangan.
Para tokoh DRN antara lain Astrid Susanto, Zakiah Darajat, Conny Semiawan, Shanti Pusponegoro, Mayjen TNJ Sintong Pandjaitan, Enggartiasto Lukita, Tanri Abeng, Azrul Azwar, Asri Rasad, Sangkot Marzuki, serta Achmad Kalla.
Nilai Kemanusiaan
Kepada para ilmuwan itu, Presiden Soeharto mengingatkan, sekalipun ilmu pengetahuan dan teknologi amat penting bagi pembangunan di tanah air, tetap diperlukan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Harus kita sadari bahwa tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita capai akan dapat menghilangkan nilai etik, moral dan spiritual.” katanya.
Pada acara yang juga dihadiri Ketua DPA Sudomo, Ketua MPR/DPR Wahono serta Wakil Ketua MPR/DPR Ismail Hassan Metareum, Kepala Negara juga menyebutkan bahwa tanpa nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab maka iptek justru memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sebelumnya, Ketua DRN Habibie melaporkan pemilihan para anggota DRN telah melalui proses yang ketat baik yang berasal dari kaum teoritisi maupun praktisi.
Habibie menyebutkan, 25 persen dari anggota DRN berasal dari dunia usaha mengingat semakin pentingnya peranan pengusaha dalam bidang riset.
Presiden dengan didampingi Wapres Try dan Habibie seusai acara pelantikan beramah-tamah dengan anggota DRN masa bakti 1994-1999 itu.
Sumber : ANTARA (29/12/1995)
___________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 774-776.