PRESIDEN: PEMBANGUNAN TAK AKAN PERNAH SELESAI

PRESIDEN: PEMBANGUNAN TAK AKAN PERNAH SELESAI[1]

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soebarto mengemukakan, Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang tidak lama lagi akan berakhir telah berbasil membawa masyarakat dan bangsa kita ke tingkat yang lebih maju dalam berbagai bidang kebidupan. Tentu saja kita belum puas terbadap hasil-hasil pembangunan yang telah kita capai selama ini.

Sebab, ukuran kemajuan dan kesejahteraan akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Presiden mengemukakan hal itu pada peringatan Hari Kesatuan Gerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Senin pagi di Balai Sidang, Jakarta. Menurut Kepala Negara, sesuai dengan perkembangan zaman yang makin maju, kebutuhan manusia itu memang terus meningkat dan tambah aneka ragarnnya. Apa yang dahulu sudah terasa cukup, bisa saja kelak masih harus kita buat lebih baik.

“Apa yang dahulu kita belum perlukan, bisa pula sekarang menjadi keharusan. Karena itu, pembangunan tidak akan pernah selesai,”katanya.

Presiden mengakui, sejak semula titik-tolak pemikiran kita dalam membangun bangsa adalah pembangunan manusia. Kita berusaha membangun  manusia pembangunan ialah yang mampu mengembangkan dirinya. Kita semua harus ikut serta secara aktif dalam pembangunan bangsa .Itulah sebabnya mengapa kita memandang penting sekali peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia itu, seperti telah saya singgung tadi, ujar Kepala Negara, PKK mempunyai peranan yang lebih besar. Dengan meningkatkan kemampuan kaum wanita dan melibatkan mereka dalam kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga, PKK memainkan peranan penting dalam pembangunan masyarakat.

lbu Munadi

Pada awal sambutannya Presiden mengatakan, gerakan PKK bermula dari keinginan almarhumah Ibu Munadi, istri Gubemur Jawa Tengah untuk membantu masyarakat daerah Wonosobo yang sangat menderita akibat bencana alam. Ibu Munadi meminta bantuan dana kepada Pemerintah Pusat.

“Karena pada saat itu tidak ada persediaan dana, maka sebagai gantinya saya beri petunjuk agar masyarakat dibantu dengan meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kegiatan para ibu, misalnya dengan meningkatkan kepercayaan diri, memberikan pengetahuan ekonomi rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan yang belum cukup, melakukan gotong royong dengan jimpitan, menjadikan pekarangan sebagai pasar hidup dan apotik hidup, serta meningkat kan keterampilan untuk menambah penghasilan,”katanya .

Ringkasnya, lanjutnya, gerakan PKK merupakan kegiatan untuk menggali dan mengembangkan potensi kaum ibu untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. “Demikianlah gerakan ini mulai dilaksanakan secara intensif di Jawa Tengah. Dikatakan, sekarang PKK telah berkembang menjadi gerakan yang hidup di tengah-tengah masyarakat kita di seluruh Tanah Air, di desa-desa dan di kota-kota. “PKK adalah suatu gerakan yang jelas sasaran dan tujuannya. Yakni, peningkatan kesejahteraan keluarga. Karena itu, PKK mempunyai arti yang sangat penting dalam pembangunan bangsa kita,”kata Presiden.

Lencana

Sebelum memberikan amanat Presiden Soeharto menerima persembahan Lencana Agung Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari Ketua Umum Penggerak PKK Nyonya Yogie SM setelah sebelumnya memberikan laporan Ketua Panitia Penyelengg ara Nyonya Suryadi Sudirja dan Ketua Umum Penggerak PKK dilanjutkan penyerahan buku sejarah PKK kepada Presiden Soeharto sekaligus peluncuran buku itu. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Menteri Negara Peranan Wanita Mien Soegandhi.

Presiden Soeharto diangkat sebagai Bapak PKK karena jasa-jasa dan kebijaksanaannya sebagaimana diputuskan Rakernas IV PKK 1993 sekaligus menetapkan tanggal 27 Desember sebagai Hari PKK.

Acara puncak Hari PKK tersebut dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ibu Try Sutrisno serta, pejabat lembaga tertinggi dan tinggi negara, para menteri, anggota Kabinet Pembangunan VI, dan para perwakilan negara sahabat. (B-7/A-7)

Sumber :SUARAPEMBARUAN  (27/12/1993)

_____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 927-929.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.