PRESIDEN: PENDUDUK DESA LEBIH CEPAT BEBASKAN DIRI DARI KEMISKINAN

PRESIDEN: PENDUDUK DESA LEBIH CEPAT BEBASKAN DIRI DARI KEMISKINAN

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengatakan bahwa penduduk desa lebih cepat membebaskan diri dari kemiskinan dibandingkan dengan penduduk kota.

Dalam pidato di depan Sidang Paripurna DPR yang mengawali Masa Persidangan 1989/1990 di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Rabu, Kepala Negara mengatakan selama 11 tahun sejak 1976 penduduk desa yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun dari 40,4 persen menjadi 20,1 persen.

“Sementara itu dalam masa yang sama, penduduk kota yang berhasil membebaskan diri dari garis kemiskinan menurun dari 38,8 persen menjadi 20,1 persen,” kata Presiden.

Dijelaskan, jumlah orang miskin di daerah pedesaan menurun dari 44,2 juta orang menjadi 20,3 juta orang, sedangkan jumlah orang miskin di perkotaan belum menunjukan penurunan yang berarti.

Menurut Presiden, sejak 1981 bahkan ada sedikit peningkatan jumlah orang miskin di daerah perkotaan karena proses urbanisasi.

Untuk itu Presiden mengingatkan, khususnya kepada penduduk di pedesaan, bahwa kehidupan di kota belum tentu lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di desa yang dewasa ini semakin bertambah maju.

Berbagai proyek Inpres, pembangunan pertanian, gerakan PKK, pendidikan dan sebagainya telah berhasil mengangkat kehidupan masyarakat di desa, kata Presiden.

Garis kemiskinan Kepala Negara dalam pidatonya juga menjelaskan bahwa batas garis kemiskinan yang dipakai adalah besarnya pengeluaran guna mencukupi kebutuhan gizi sebanyak 2.100 kalori setiap hari untuk setiap orang, ditambah pengeluaran minimum untuk beberapa kebutuhan pokok di luar makanan.

Pengeluaran tersebut antara lain biaya perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan angkutan, sehingga setiap keluarga yang pengeluarannya di bawah batas tersebut termasuk golongan penduduk miskin.

Berdasarkan ukuran tersebut, hasil Sensus Ekonomi Nasional tahun 1976 menyatakan, empat diantara 10 penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan, kata Presiden.

Tahun 1987 keadaannya menjadi lebih baik, karena penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan turun, dari empat diantara 10 menjadi kurang dari dua di antara 10.

“lni berarti dalam kurun waktu 11 tahun tidak kurang dari 24 juta orang telah berhasil mengangkat dirinya dari garis kemiskinan,” kata Presiden.

“Kesemuanya itu memberikan jawaban bahwa pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan, seperti cita-cita kemerdekaan yang diamantkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar dan digariskan oleh GBHN,” demikian Presiden.

 

 

Sumber : ANTARA(16/08/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 931-932.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.