PRESIDEN PEREKONOMIAN RAKYAT TIMOR TIMUR PERLU DIPERKUAT

PRESIDEN PEREKONOMIAN RAKYAT TIMOR TIMUR PERLU DIPERKUAT

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto meminta kepada Gubernur Timor Timur agar berupaya memperkuat perekonomian rakyat dalam menghadapi suasana terbuka yang memungkinkan orang bebas masuk-keluar ke dan dari provinsi itu.

Gubernur Carrascalao mengungkapkan itu Rabu di Bina Graha, selesai diterima Kepala Negara. Secara khusus Presiden Soeharto memberi petunjuk agar Koperasi Unit Desa (KUD) diperkuat peranannya.

Dengan demikian diharapkan perekonomian Timor Timur akan lebih siap menghadapi pembukaan provinsi termuda, bekas jajahan Portugal itu.

Ditanya tentang kapan provinsinya terbuka sebagaimana 26 provinsi lainnya, Mario Viegas Carrascalao mengatakan, mudah-mudahan seperti yang diharapkan Mendagri Rudini, bahwa keterbukaan Timtim jadi hadiah Natal tahun ini.

Ditanya soal keamanan, Gubernur menandaskan kini tidak ada masalah. Ia menceritakan sering melakukan perjalanan ke daerah-daerah, malam hari bahkan tanpa persiapan sampai menginap di desa, namun tidak ada gangguan.

Mengenai pengacau, diakuinya memang masih ada, tetapi mereka tinggal di hutan-hutan dan jumlahnya sedikit sekali. Jumlah itu berdasarkan laporan sekitar 200 sampai 300 orang. “Mereka orang-orang keras kepala tinggal di hutan dan tidak satu kampung pun yang mereka kuasai,” kata Gubernur.

 

Kunjungan Presiden

Gubernur Timtim menghadap Presiden Soeharto untuk melaporkan kesiapan daerahnya menjelang kunjungan Presiden. Kepala Negara menurut rencana akan berkunjung ke Timtim pada 1 dan 2 November mendatang untuk membuka Munas Pramuka serta meresmikan berbagai proyek pembangunan termasuk Gereja Kathedral di Dilli yang merupakan gereja terbesar di Asia Tenggara. Proyek-proyek lain yang diresmikan antara lain jembatan, sekolah menengah, stadion olahraga, kantor bupati yang nilai seluruhnya sekitar Rp 6 milyar.

Mengenai sikap Portugal, Gubernur Carrascalao mengungkapkan, masyarakat Portugal sebenarnya tidak menentang integrasi Timtim dengan Indonesia. Namun Partai-partai politik di negara itu tetap menentang integrasi Timtim karena sikapnya itu dipakai sebagai alat politik.

Carrascalao memantau keadaan di Portugal itu dari hasil korespondensinya dengan banyak teman-temannya di Portugal. “Saya pernah tinggal selama 13 tahun di Portugal, oleh karena itu saya banyak tahu mengenai situasi di sana,” ujar Carrascalao.

Mengenai referendum yang dituntut oleh pemerintah Portugal sebagai persyaratan integrasi Timtim, menurut Carrascalao adalah hal yang mengherankan. Ia membandingkan dengan daerah bekas jajahan Portugal lainnya seperti Makao, yang ketika diintegrasikan dengan Cina tidak dimintakan persyaratan referendum.

“Tokoh­tokoh masyarakat di Timtim semua setuju daerahnya diintegrasikan dengan Indonesia, malah kalau kita tanya rakyat satu persatu mereka tidak mempunyai pendapat karena pendapat mereka telah disalurkan melalui tokoh atau kepala suku mereka,” ujar Carrascalao.

Carrascalao mengungkapkan, di Portugal kini disiarkan kabar bahwa Timtim sedang dilanda kelaparan.Kabar ini agak mengherankan karena tidak masuk akal. “Di Timtim tidak ada yang kelaparan,” ujar Carrascalao. Ia kemudian membandingkan, dulu produksi padi hanya 26.000 ton setahun sekarang sudah 38.000 ton. Produksi jagung yang merupakan makanan utama di Timtim dulu hanya 16.000 ton kini sudah 58.000 ton.

“Saya tahu persis keadaan dulu ketika Timtim masih di tangan Portugal, karena saya menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian,” ujar Carrascalao.

Isyu-isyu itu menurut Carrascalao sengaja dilontarkan di Portugal hanya demi kepentingan politik intern dalam negeri, bukan untuk tujuan membela rakyat Timtim.

 

Bahasa Portugal

GubernurTimtim menyatakan bahwa hampir semua penduduk di Timtim kini telah mampu berbahasa Indonesia. Bahasa Portugal yang dahulu populer, kini kurang disenangi karena penggunaannya terbatas. “Saya di rumah dengan istri saya masih menggunakan bahasa Portugal, tapi anak-anak saya tidak bisa dan mereka kurang menyukainya“ kata Carrascalao mengambil contoh keadaan di rumahnya untuk memberi gambaran umum di Timtim sekarang.

Di Timtim sekarang masih ada satu sekolah yang memberi pelajaran bahasa Portugal. Namun menurut pengamatan Carrascalao, pelajaran itu kurang disenangi karena pemakaiannya terbatas.

 

 

Sumber : SUARA KARYA (20/10/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 376-378.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.