PRESIDEN: PERJUANGAN DIPLOMASI–MILITER HARUS SALING lSI[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan perjuangan militer dan diplomasi, haruslah saling mengisi sehingga tidak boleh ada satu sektor ptm yang merasa lebih hebat atau paling mampu dalam menyelesaikan tugasnya.
“Semua bentuk perjuangan seperti militer, diplomasi, sosial ekonomi harus sating mengisi,” kata Kepala Negara di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis, ketika beramah tamah dengan eksponen petjuangan pembebasan Irian Barat.
Presiden yang pada saat perjuangan merebut Irian Barat menjadi Panglima Komando Mandala Siaga (Kolaga) mengatakan, sekarang ada yang mengaku -ngaku bahwa petjuangan diplomasilah yang mengakibatkan Irian Barat bisa bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Ada orang yang mengklaim bahwa karena perjuangan diplomasi, maka Irian Barat masuk ke Republik Indonesia. Ya boleh-boleh saja. Padahal perjuangan diplomasi selama 11 tahun tidak menghasilkan apa-apa,” kata Presiden yang didampingi Ibu Tien, Wapres Try dan Ibu Tuti Sutrisno.
Kemudian Kepala Negara berkata,”Setelah operasi militer,petjuangan diplomasi baru memberi hasil masuknya Irian Barat keNegara Kesatuan Republik Indonesia”. Sekalipun perjuangan militer telah mengakibatkan Irian Barat masuk ke dalam RI dan bembah menjadi Irian Jaya, Kepala Negara minta para eksponen pejuang ini untuk tidak menonjolkan diri.
Kolaga
Ketika menceritakan persiapan usaha ABRI merebut Irian Barat dari penjajah Belanda, Pak Harto mengatakan bahwa dirinya dilantik menjadi Panglima Kolaga pada Januari 1962 oleh Presiden Soekarno setelah Kolaga dibentuk 31 Desember 1961.
Bung Karno yang merupakan Panglima Tertinggi ABRI memerintahkan Panglima Kolaga untuk paling lambat mengibarkan Sang Saka Merah Putih tanggal l7 Agustus 1962. Yang menjadi hambatan adalah ABRI tidak mengetahui kekuatan lawan serta tidak adanya pasukan gabungan ABRI untuk melancarkan operasi gabungan. Karena itu, kata Presiden, kemudian disusun pimpinan Kolaga yang antara lain terdiri atas Sudomo dan Subono (ALRI), Leo Watimena (AURI) serta Achrnad Tahir. Achrnad Tahir yang sekarang menjadi Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) juga hadir pada acara ramah tamah ini.
Menurut Kepala Negara, pada saat pasukan gabungan ABRI siap melancarkan serangan, ternyata muncul perintah Presiden Soekamo agar operasi harus ditunda. Perintah Presiden Soekarno itu dikeluarkan karena Amerika Serikat berhasil menekan Belanda untuk menyerahkan Irian Barat lewat PBB. Menurut Presiden Soeharto, tekanan Washington itu dilalkukan karena mereka mengetahui bahwa ABRI telah siap melancarkan operasi besar-besaran untuk merebut Irian Barat. Kesiapan ABRI untuk berjuang mati-matian itu diketahui negara Barat yang mengirimkan kapal selam serta pesawat tempur untuk memantau gerakan ABRI.
Pada acara ramah tamah ini, Kepala Negara bercerita bahwa sekalipun ABRI sudah siap perang, peralatan mereka belumlah memadai. Pasukan Korps Komando (KKO- yang sekarang menjadi Korps Marinir) pada saat akan mendarat seharusnya dilengkapi pelampung.
“Saya sebenarnya hanya bercanda agar mereka merakit dua hingga empat kelapa agar bisa mendarat. Tetapi ternyata guyonan saya itu dilaksanakan dan kelapa itu kemudian dimakan. Akhirnya kelapanya habis ,” kata Kepala Negara.
Gubemur Irian Jaya Jacob Patippi yang menghadiri acara ramah tamah ini menyerahkan kartu asuransi kepada 10 eksponen pejuang Irian Barat dari PT (Pesero) Jasarahardja Putera. Para penerima kartu asuransi ini antara lain adalah Mayjen TNI (Purn) Syamsuddin yang menjadi ketua panitia peringatan masuknya Irian Barat 32 tahun lalu serta mantan Gubernur Irja Izaac Hindom. Para eksponen pejuang yang tergabung dalam Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Jaya yang bekerja sama dengan PT Asmansi Kerugian Jasarahardja Putera akan menutup asuransi kecelakaan diri.
BUMN di lingkungan Departemen Keuangan ini akan memberikan santunan yang bervariasi kepada para pejuang baik pada saat berobat dan meninggal mulai dari Rp250.000 hingga RpiO juta. Preminya berkisar Rp5000-Rp20 .000 perorang pertahun. (T.EU02/B/DN09/RB l/15/06/95 13:25)
Sumber: ANTARA(l5 /06/1995)
____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 429-431.