PRESIDEN RESMIKAN GEDUNG PANCASILA : CITA2 KEMERDEKAAN TIDAK BOLEH BERUBAH [1]
Jakarta, Suara Karya
Tantangan dan masalah yang kita hadapi 30 tahun mendatang, sekarang dan 30 tahun yang lalu sudah barang tentu ber-beda2. Jawaban atas tantangan dan masalah tsb. memang berbeda, tetapi tujuan dan cita2 kemerdekaan jelas tidak boleh berobah. Bangsa yang meninggalkan cita2nya yang luhur adalah bangsa yang gagal. Demikian pidato Presiden Soeharto pada upacara peresmian pembukaan Gedung Pancasila, tanggal 19 Agustus yang lalu.
Sebagai tindak lanjut tujuan dan cita2 Kemerdekaan harus dipupuk terus menerus dari generasi ke generasi. Penyampaian tsb. sudah barang tentu dengan “bahasa” yang dimengerti oleh generasi yang lebih baru. Kalau penyampaian cita2 dan tujuan Kemerdekaan tsb. keliru, maka berarti terputusnya hubungan sejarah antar masa lampau dan mendatang. Kekeliruan tsb. juga akan merugikan pembangunan nasional karena Indonesia mungkin akan bertumbuh tidak sesuai dengan cita2 dan tujuan Kemerdekaan 30 tahun yang lalu.
Pemugaran: Pembangunan Bangsa
Pemugaran tempat2 bersejarah seperti Gedung Pancasila tsb. dinilainya sangat penting, karena merupakan bagian dari pembangunan Bangsa, sebagai pembangunan kejiwaan untuk mempertebal cinta kepada tanah air, setia kepada tujuan dan cita2 kemerdekaan. Seperti halnya Gedung Pancasila sendiri merupakan tempat pemimpin2 kita memikirkan dan melahirkan Pancasila.
Lebih lanjut, Presiden mengharapkan masyarakat, untuk mengamankan dan memugar kembali tempat2 yang bersejarah. Namun pembangunan dan pemugaran tsb. juga harus mengingat kemampuan kita dan tidak meng-ada2. Pembangunan ekonomi yang kita jalankan merupakan alat yang penting untuk meneruskan pembangunan Bangsa dalam arti yang luas.
Gedung Perjanjian
Selesai menyampaikan amanatnya, Presiden berkenan membuka selubung prasasti Gedung Pancasila, dan dilanjutkan dengan pengguntingan pita oleh Ibu Tien Soeharto. Dengan demikian, Gedung Pancasila diresmikan pemakaiannya. Gedung yang bersejarah tsb, selanjutnya tidak akan dipakai untuk kantor Deplu lagi, tetapi akan dipergunakan untuk tempat penandatanganan perjanjian2 dengan luar negeri.
Setelah pembukaan, Presiden ibu Tien Soeharto didampingi Wk. Presiden dihantar Menlu Adam Malik dan nyonya, memasuki ruangan untuk mengisi buku tamu.
Dalam peresmian pembukaan gedung Pancasila tsb. juga hadir bekas Menlu Indonesia seperti A. Subarjo, Moh. Roem, Sunaryo, Roeslan Abdul Gani, Moh. Hatta, Anak Agung Gede Agung, dan juga tokoh2 tua yang pernah “memanfaatkan” Gedung tsb. Untuk kepentingan Nusa dan Bangsa. (DTS)
Sumber: SUARA KARYA (20/08/1975)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 836-837.