PRESIDEN SOEHARTO MENILAI SANGAT PENTING PEMUGARAN TEMPAT2 BERSEJARAH

PRESIDEN SOEHARTO MENILAI SANGAT PENTING PEMUGARAN TEMPAT2 BERSEJARAH [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto menilai sangat penting pemugaran tempat2 bersejarah yang merupakan pembangunan kejiwaan untuk mempertebal rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, dan setia kepada tujuan dan cita2 kemerdekaan.

Kepala Negara mengemukakan penilaiannya itu ketika meresmikan pembukaan Gedung Pancasila di Pejambon, Jakarta Selasa pagi. Gedung tsb yang pada tanggal 1 Juni, 30 tahun lalu tempat dicetuskannya Pancasila yang kemudian menjadi dasar dan falsafah negara kini telah selesai dipugar.

Presiden merasa sayang karena gedung dan ruangan bersejarah tempat dicetuskannya Pancasila tidak dapat dipugar seperti keadaannya semula mengingat banyak kejadian dan perobahan yang menimpa tempat bersejarah ini. Namun bagaimanapun juga, tempat ini sempat diselamatkan sebelum segalanya berobah atau lenyap sama sekali.

Pemugaran ruangan ini akan mempunyai arti yang lebih nyata lagi, karena ruangan bersejarah itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan tugas2 negara yang ada hubungannya dengan luar negeri, ialah akan digunakan sebagai tempat penandatanganan perjanjian2 antara Indonesia dengan negara2 luar negeri.

Presiden Soeharto dalarn kesempatan itu menganjurkan kepada masyarakat untuk memelihara dan memugar kembali tempat2 bersejarah, dengan tetap memperhitungkan kemampuan dan tidak mengada-ada.

Pupuk Terus Cita2 Kemerdekaan

Kepala negara menyerukan kembali agar semangat, tujuan dan cita2 kemerdekaan harus terus menerus dari generasi ke generasi dengan cara2 dan bahasa2 yang dapat dimengerti oleh generasi yang lebih baru.

”Tanpa itu apa yang dikatakan atau dianggap baik oleh generasi yang lebih dulu akan dirasakan asing oleh generasi yang lebih muda.”

Diingatkan, apabila cara2 generasi yang lebih tua keliru dalam meneruskan semangat, tujuan dan cita2 kemerdekaan serta pengalaman kepada generasi muda, maka ini berarti putusnya hubungan sejarah antara masa lampau dan masa datang.

“Ini terang merugikan pembangunan bangsa seterusnya, karena Indonesia mungkin tumbuh menjadi Indonesia yang lain dari apa yang menjadi semangat dan jiwanya ketika ia lahir dari kancah revolusi 30 tahun yang lalu.”

Warisi Benda2 dan Tulisan2 Bersejarah

Salah satu cara yang tepat untuk meneruskan pengalaman dan memelihara semangat, tujuan dan cita2 kemerdekaan, menurut Presiden dengan memelihara dan mewariskan benda2, tulisan2 dan tempat2 bersejarah kepada genersi2 yang akan datang. Malahan juga alam pikirannya.

Maha Patih Gajah Mada terang tidak dapat berbicara lagi dengan kita. Tetapi sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terus menggema dalam hati kita semua. Pembangunan candi Borobudur telah lama tiada, tetapi peninggalannya yang megah dan indah berbicara sendiri kepada kita betapa tinggi kebudayaan dan kemampuan membuat bangunan besar yang telah memiliki bangsa Indonesia ratusan tahun yang lalu.

Hikayat

Hikayat Hang Tuah selalu mendorong kita untuk kembali mengamngi semodera luas dalamjaman modern ini. Makam2 Diponegoro, Imam Bonjol, Kartini, Slamet Riyadi, para Pahlawan Revolusi, Arif Rahman Hakim, banyak menggugah pikiran kita mengenai pasang naik dan surut perjoangan yang sangat panjang itu. Rute gerilya Panglima Besar Sudirman mengingatkan lagi kepada perjoangan perang kemerdekaan.

Segala macam pikiran dan renungan banyak mencekam bangsa Indonesia apabila dengan khidmat memasuki Gedung Joang, di Menteng Raya 31, Gedung Kebangkitan Nasional di bekas gedung “Stovia” dan lain2. Pada peringatan HUT Kemerdekaan yang ke-30 kita makin banyak mengetahui tentang rumah sederhana di Rengasdengklok dengan semua peristiwa, pikiran2 dan orang2 yang terlibat dalam saat2 yang menentukan lahirnya Indonesia Merdeka.

Bangsa Indonesia Lahir oleh Sejarah

Presiden menyatakan, jika kita melihat sejarah ke belakang, jelas, bahwa bangsa Indonesia lahir oleh sejarah, pengalaman dan perjoangan yang panjang. Karena itu bangsa Indonesia lahir sebagai bangsa yang masak, harus tumbuh dengan kokoh, karena ia memiliki akar2 perjoangan yang dalam dan menyusuri sejarah ke belakang yang merupakan kekuatan di masa lampau dan datang, dengan pengalaman yang kreatif.

“Dalam rangka inilah saya menganggap penugasan tempat2 bersejarah sangat penting dan jelas merupakan bahagian daripada pembangunan bangsa Indonesia,” demikian Presiden Soeharto. (DTS)

Sumber: ANTARA (19/08/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 834-836.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.