PRESIDEN RESMIKAN PABRIK SEMEN PT. TRIDAYA MANUNGGAL PERKASA, EKSPOR NON MIGAS HARUS MENJADI TEKAD NASIONAL

PRESIDEN RESMIKAN PABRIK SEMEN PT. TRIDAYA MANUNGGAL PERKASA, EKSPOR NON MIGAS HARUS MENJADI TEKAD NASIONAL

Presiden Soeharto menegaskan, peningkatan ekspor non migas harus menjadi tekad nasional karena ketergantungan kepada ekspor minyak dan gas bumi mengandung kerawanan-kerawanan jangka panjang.

Untuk itu perlu kerja keras yang terpadu dari kita semua, baik di kalangan Pemerintah maupun dari kalangan dunia swasta, kata Presiden Soeharto pada upacara peresmian pabrik semen PT. Tridaya Manunggal Perkara di Palimanan, Cirebon Rabu kemarin.

Kepala Negara mengungkapkan, ekspor perlu ditingkatkan agar kita dapat terus mempertahankan laju pertumbuhan sektor industri yang tinggi, pertumbuhan kesempatan kerja, maupun peningkatan sumbangan yang cukup tinggi dari sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi kita.

“Peningkatan pertumbuhan sektor industri ini merupakan bagian yang penting dari usaha kita untuk makin menyeimbangkan struktur ekonomi yang berdaya tahan, kuat dan sehat,” tambah Presiden.

Tentang industri semen, Presiden mengatakan dengan kapasitas nasional terpasang akhir tahun ini sejumlah 17,4 juta ton setiap tahun, maka harus dikembangkan pasaran di dalam negeri dan ekspor, karena Indonesia memasuki tahap ekspor secara teratur.

Usaha untuk mengembangkan pasaran ini sangat penting. Sebab tidak ada gunanya kita membangun industri semen yang memerlukan investasi, besar, jika hasilnya tidak dapat dijual.

Dikatakan, penggunaan semen dalam negeri harus digalakkan. Keperluan semen dalam negeri cukup besar sejalan dengan meningkatkan kegiatan pembangunan di tahun-tahun mendatang.

Hampir tidak ada satu pembangunan fisik pun yang tidak menggunakan semen seperti pembangunan bendungan besar, jembatan, bangunan bertingkat, gedung-gedung, rumah-rumah dan lain-lainnya. Sekarang kita mulai membangun jalan raya dengan menggunakan semen.

Dengan meningkatnya penggunaan semen di dalam negeri, maka industri semen kita akan mempunyai landasan yang lebih kukuh untuk melayani pasaran luar negeri.

Sebaliknya, keberhasilan mengekspor hasil industri juga akan mendorong penumbuhan industri yang bersangkutan. Itulah sebabnya, maka cabang-cabang industri yang berhasil melaksanakan program-program ekspornya dalam tahun 1984 yang lalu telah mengalami pertumbuhan yang cukup mantap.

Pengembangan Ekspor

Kepala Negara mengatakan, dengan meningkatnya efisiensi, kita mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ekspor barang-barang hasil industri.

Yang akan dikembangkan untuk ekspor ialah: industri yang memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki dari sektor pertanian, kehutanan, lautan, pertambangan, termasuk industri padat modal seperti industri semen, pupuk dan sebagainya.

Juga dikembangkan industri padat karya, industri permesinan dan elektronika. Peningkatan ekspor hasil industri itu untuk meningkatkan ekspor non migas dan melepaskan ketergantungan kepada ekspor migas.

Presiden Soeharto mengharapkan agar pabrik semen Tridaya Manunggal Perkasa dapal mendorong tumbuhnya industri hilir dan usaha-usaha di bidang di daerah Cirebon tersebut. Dengan demikian terciptalah kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta akan makin mempercepat perkembangan daerah.

Industri Hilir

Menteri Perindustrian Ir.Hartarto dalam sambutannya mengatakan kegiatan pembangunan industri semen selain menunjang pembangunan juga memberikan keterkaitan sangat luas, antara lain dengan pengembangan industri hilir yaitu industri tegel, industri asbes semen, industri pipa beton, industri ready mixed concrete, industri tiang-tiang listrik dari beton, industri bantalan kereta api dan lain-lain.

Dengan selesainya pabrik semen Cirebon dengan Cibinong dengan kapasitas terpasang 1.200.000 ton per tahun, maka jumlah kapasitas terpasang pada akhir tahun 1985 akan menjadi 17.410.000 ton per tahun.

Dengan akan selesainya perluasan pabrik-pabrik PT Semen Tonasa III dengan kapasitas 590.000 ton per tahun, PT. Perkasa Inti Abadi dan PT Perkasa Abadi Mulia yang berkapasitaas terpasang masing-masing 1.500.000 ton per tahun yang terletak di Cibinong, serta PT Semen Padang

Proyek Indarung III B dengan kapasitas terpasang 600.000 ton per tahun. “Dengan pengembangan industri semen tersebut, maka Indonesia telah mampu untuk memenuhi kebutuhan semen di dalam negeri dan melakukan progres ekspor secara teratur,” kata Menteri Hartarto.

Modal Dan Teknologi Dalam Negeri

Dalam laporannya Komisaris Utama PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement, Sukamdani S. Gitosardjono mengatakan, dalam pembangunan proyek semen tersebut mengalami hambatan-hambatan yang diatasi dengan penggantian partner usaha dari perusahaan asing (Swiss) yaitu Holderbank Financiere Glaris Ltd dengan status PMA kepada status PMDN.

Hal tersebut sesuai dengan petunjuk Presiden bahwa kemampuan permodalan maupun penguasaan teknologi di dalam negeri harus dimanfaatkan secara maksimal.

Pabrik semen tersebut saham-sahamnya dimiliki bersama oleh Sahid Group (22,5 pCt), Indocemcnt Group (62,5 pCt) dan Metropolitan Development Group (15 pCt) yang dibangun dengan investasi sebesar Rp 235,6 milyar.

Dana dihimpun dari modal dasar sebesar Rp 63,7 milyar, modal pinjaman dalam negeri (Bapindo) sebesar Rp 75,3 milyar, pinjaman luar negeri (Marubeni) Rp 86,3 milyar dan pinjaman lain­lain sebesar Rp 10,3 milyar.

Lahan pabrik semen tersebut luas 462,82 hektar terdiri dari untuk pabrik dan kantor 214 hektar dan untuk cadangan bahan baku seluas 248,82 hektar. Dengan sumber enerji listrik dari PLN sebesar 15 megawat dengan cadangan genset dengan bahan bakar IDO (Industrial Diesel Oil).

Mulai April mendatang pabrik semen tersebut akan menggunakan Rimber energi gas alam dari daerah Mundu dengan kapasitas 17 MMCF per hari, dengan pemasangan pipa-pipa gas alam sepanjang 35 kilometer.

Sukamdani S. Gitosardjono melaporkan, waktu pembangunan diperkerjakan 4.150 sampai 4.400 orang termasuk diantaranya 150 sampai 400 orang tenaga kerja asing. Sesudah berproduksi pabrik menyerap tenaga kerja 450 sampai 550 orang termasuk 50 orang tenaga kerja asing.

Tentang pemasaran dikatakan, untuk dalam negeri 70 pCt di dalam Jawa, 20 pCt luar Jawa sedangkan 10 pCt sisanya untuk ekspor.

Sukamdani yang juga Ketua Umum KADIN Indonesia itu mengimbau rekan-rekan pengusaha lainnya untuk mendirikan pabrik-pabrik industri sehingga kita benar-benar akan menjadi negara industri yang tangguh yang didukung oleh sektor pertanian dan pertambangan yang kuat, apalagi banyaknya kekayaan alam yang menunggu tangan dan modal menggalinya.

Dalam kesempatan tersebut PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement menyerahkan kepada Presiden Soeharto hasil produksi sebesar 1.000 ton untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila sebesar 500 ton yang diterima langsung oleh Sekretaris Yayasan Mensesneg Sudharmono SH, sumbangan untuk pembangunan Jawa Barat sebesar 300 ton semen dan khusus untuk kabupaten Cirebon, kab. Kuningan serta Kotamadya Cirebon sebesar 200 ton.

Sebelumnya pada upacara yang sama Ibu Tien Soeharto menyerahkan bibit penghijauan kepada Direktur Utama PT Tridaya Manunggal Perkasa, Sudwikatmono sebagai tanda dimulainya penghijauan di lingkungan pabrik.

Presiden, Ibu Tien Soeharto serta sejumlah Menteri dan undangan lainnya melakukan keliling pabrik dengan kendaraan bus, kemudian Kepala Negara menandatangani kantong semen produksi perdana.

Upacara peresmian tersebut ditandai penekanan tombol sirene dan penanda tanganan prasasti oleh Presiden Soeharto.

Upacara berlangsung semerak diselingi pertunjukan kesenian khas daerah Jawa Barat, sementara itu para mahasiswa dan mahasiswi ITB serta Universitas Pajajaran Bandung juga memperlihatkan kebolehannya menghibur para hadirin dan undangan. (RA)

 

 

Cirebon, Pelita

Sumber : PELITA (28/02/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 118-122.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.