PRESIDEN: SAYA BIBIT MUHAMMADIYAH 

PRESIDEN: SAYA BIBIT MUHAMMADIYAH [1]

Banda Aceh, Kompas

“Tanpa tedeng aling-aling, saya ini bibit Muhammadiyah yang ditanam di bumi Indonesia, dan Alhamdulillah memperoleh kepercayaan rakyat Indonesia untuk memimpin pembangunan nasional kita. Semoga apa yang saya lakukan tidak mengecewakan Muhammadiyah”. Hal ini dikemukakan Presiden Soeharto yang berpidato tanpa teks hari Kamis (6/7) ketika membuka Muktamar Ke-43 Muhammadiyah di Banda Aceh. Ucapan Presiden spontan mendapat sambutan hangat sekitar 15.000 pengunjung yan g memadati Stadion H. Dirmutala, Lampineung, tempat upacara pembukaan diselenggarakan , dan ribuan penggembira yang berada di luar stadion. Namun dalam pidato resminya Presiden Soeharto mengingatkan kepada semua pihak untuk memikirkan secara sungguh-sungguh arah yang harus ditempuh, agar dalam memasuki abad ke-21 yang tinggallima tahun lagi, bangsa Indonesia benar­ benarsiap.

Banyak Peluang

Pada abad ke-21 nanti, menurut Presiden, bangsa Indonesia akan hidup dalam zaman arus informasi yang sangat deras dan hampir-hampir tak terbendung. Itu berarti, pengaruh budaya luarjuga akan deras masuk ke masyarakat, melebihi dari yang sudah Ia menambahkan bahwa umat manusia sedang hidup dalam kekuatan-kekuatan dinamis. Tidak sedikit perkembangan baru yang harus dihadapi dan diatasi. Banyak pula peluang yang terbuka, namun tantangan yang menghadangjuga tidak sedikit.

Masuknya budaya luar, kata Presiden , oerakibat pada masuknya pula nilai-nilai yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa yang berdasarkan Pancasila dan sangat diwamai oleh ajaran agama. Jika hal ini tetjadi maka lini akan melemahkan ketahanan sosial budaya danjuga ketahanan nasional. Nilai-nilai dari luar itu dikatakan tak semuanya buruk, dan tak semuanya baik. Oleh karena itu yang penting dilakukan adalah pandai-pandai memanfaatkan budaya yang baik untuk memperkaya martabat kemanusiaan dan dengan penuh, kewaspadaan hams ditolak nilai-nilai lain yang merusak bangsa. Presiden menyebut Aceh sebagai bukti kearifan bangsa. Yaitu, mampu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai warisan budaya daerah yang ditinggal nenek moyang.”Hasilnya adalah ketahanan daerah yang patut kita banggakan bersama ,”ujarnya.

Kepala Negarajuga mengingatkan bahwa abad yang akan datang nanti akan ditandai oleh persaingan antarbangsa yang makin keras dan ketat. Pergaulan internasional masih diwarnai oleh ketidak seimbangan antara negara industri maju dengan negara berkembang. Negara-negara maju yang sangat kuat ekonomi serta penguasaan iptek, dapat membuat negara-negara berkembang tetap tertinggal di belakang. Berbagai tantangan itu menumt Kepala Negara akan mempengaruhi jalannya pembangunan nasional yang sudah memasuki tahap awal proses tinggallandas. Kemampuan untuk menjawab tantangan itu menentukan keberhasilan pembangunan selanjutnya. Sebaliknya, ketidakmampuan memberikanjawaban berakibat pada kegagalan pembangunan. Dalam menjawab tantangan abad yang akan datang itu, yang harus mendapat perhatian adalah tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa. “Pembangunan kita akan sulit bergerak maju lagi, jika bangsa kita terpecah belah,”kata Presiden Soeharto.

Tempat Khusus

Pada bagian lain amanatnya, Presiden Soeharto menyebut Muhammadiyah mempunyai tempat khusus di hati masyarakat Indonesia umumnya dan kaum muslimin Inqonesia khususnya. Sejak bangsa Indonesia masih dalam belenggu penjajahan dahulu,Muhammadiyah telah dikenal oleh masyarakat Indonesia di bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Para pemimpin dan pemuka Muhammadiyah secara langsung atau tidak, ikut menaburkan benih-benih semangat kebangsaan ke dalam sanubari rakyat Indonesia.

“Dakwah yang disampaikan oleh para pemimpin dan pemuka Muhammadiyah waktu itu juga menekankan bahwa kita sendirilah yang pertama-tama bertanggung jawab kepada nasib kita dan bukan orang lain. Itu adalah semangat kemandirian, dan kemandirian itulah yang harus ditegakkan dalam zaman pembangunan sekarang”.

Dengan menangani pendidikan, Muhammadiyah telah merintis usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menanamkan semangat untuk merdeka. Semuanya merupakan sumbangan penting organisasi tersebut dalam ikut mengantarkan perjuangan bangsa untuk merebutkemerdekaan nasional tahun 1945. Dalam zaman pembangunan lahir batin sekarang, Muhammadiyah diharapkan oleh Kepala Negara bukan saja berperan dalam pembangunan masyarakat, tetapi lebih besar lagi. Peran yang lebih besar diharapkan, karena pembangunan bangsa memang memerlukan peranan yang lebih besar dari semua lapisan, kalangan, dan goIongan masyarakat tanpa kecuali.

Pidato Menteri Agama

Sebelumnya, juga dalam sambutan tanpa teks, Menteri Agama Tarmizi Taber mengatakan, walaupun Wakil Ketua PP Muhammadiyah Rosyad Sholeh merupakan pegawai Departemen Agama, namun tidak ada titipan-titipan. “Kami percaya, Muhammadiyah yang telah berusia 83 tahun ini mampu memilih pemimpin secara demokratis, sehingga sejak awal memang tidak ada titipan nama,” katanya. Penegasan ini juga disambut tepuk tangan. Presiden dan Ny. Tien Soeharto yang berkebaya seragam Aisyiah berkerudung kuning tiba di stadion sekitar pukul 10.45. Di panggung kehormatan, Presiden didampingi oleh Menteri Agama Tarmizi Taber, Mendagri Yogie S. Memet, Gubernur Dista Aceh Syamsuddin Mahmud, dan Ketua PP Muhammadiyah Dr. Amien Rais. Para pejabat pemerintah yang hadir antara lain, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Menko Polkam Soesilo Soedarman, Mennaker Abdul Latief, Menpangan Ibrahim Hasan, Menpora Hayono Isman. Juga nampak hadir Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Arie J.Kumaat dan Dubes Arab Saudi Abdullah A. Alim. Ketua PP Muhammadiyah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih pada ABRI atas dukungan transportasi darat dan laut, dari Medan ke Banda Aceh bagi para peserta dan penggembira muktamar. Terima kasih juga disampaikan kepada warga masyarakat tuan rumah yang merelakan rumahnya untuk diinapi muktamirin. “Saya juga berterima kasih pada para wartawan yang telah memberitakan kegiatan muktamar Muhamadiyah ini,” katanya. Dilaporkan pula, yang menghadiri muktamar terdiri dari 4.000 utusan , 487 peninjau, 167dari negara ASEAN, 19.098 penggembira yang tercatat, dan sejumlah itu pula penggembira yang tidak tercatat. (Tim Kompas)

Sumber : KOMPAS ( 07/07/1995 )

______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 501-504.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.