PRESIDEN SETUJU IRIAN JAYA DIJADIKAN TIGA PROPINSI

PADA PRINSIPNYA :

PRESIDEN SETUJU IRIAN JAYA DIJADIKAN TIGA PROPINSI

Presiden Soeharto pada prinsipnya sependapat dengan Pemerintah Daerah Irian Jaya, agar Propinsi Irja yang ada sekarang dikembangkan menjadi tiga propinsi di kemudian hari.

Karena hanya dengan satu propinsi seperti sekarang, sangat berat menangani wilayah yang begitu luas dengan medan yang masih sangat sulit.

Gubernur Irja yang baru, Izaac Hindom, mengatakan hal itu selesai diterima Presiden Soeharto di kediaman Jl. Cendana Rabu kemarin. Tetapi menurut Hindom,

Kepala Negara mengingatkan bahwa pemekaran menjadi tiga propinsi itu tidak akan dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap.

Dalam pertemuan kemarin Gubernur Hindom mengemukakan kepada Presiden, bahwa salah satu kesulitan utama yang dihadapi Irja bukan masalah pengurusan penduduk yang 1,2 juta jiwa. Tapi bagaimana mengurusi rakyat yang tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di alam yang luasnya hampir 3,5 x Pulau Jawa.

Untuk mengatasi hal ini, katanya, Pemda Irian Jaya sudah merampungkan suatu gagasan kepada Pemerintah Pusat tentang perlunya dipikirkan pemekaran Irja menjadi dua atau tiga propinsi.

Gagasan yang bersifat usul tersebut, menurut Izaac Hindom, memang belum disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.

"Tapi tadi kita secara blak-blakan katakan bahwa kesulitan daerah Irja ialah tersebamya 1,2 juta penduduknya di wilayah yang begitu luas. Presiden pada prinsipnya melihat seperti yang kami lihat. Beliau sependapat dibagi dalam tiga propinsi. Tapi secara perlahan-lahan dan tidak akan sekaligus," tambahnya.

Memang akan Dipecah

Bulan Agustus 1982 lalu, Amir Machmud yang masih menjabat Menteri Dalam Negeri mengatakan kepada Kompas bahwa pada akhirnya Propinsi Irian Jaya akan dipecah menjadi beberapa propinsi.

"Tapi kita tidak tergesa-gesa, melainkan harus memikirkannya secara rasional dan obyektif. Pemecahan ini harus dan memang sepantasnya diperhatikan, karena wilayah Irian Jaya terlalu luas sebagai satu propinsi," ucap Amir Machmud.

Ia tidak bisa memastikan kapan pemecahan Propinsi Irian Jaya dapat dilaksanakan. Namun ia memperkirakan masa Pelita V sebagai ancer-ancer.

Sebelum itu, Brigjen (Purn.) Acub Zaenal, bekas Panglima Kodam XVII/Cendrawasih (1970-1972) dan bekas Gubernur Irian Jaya (1973-1975) serta J. Sudarko Prawirojudo (anggota DPR dan FKP daerah pemilihan Irian Jaya) dan Steef P. Nafuni (anggota F-PDI asal Irian Jaya) sependapat, pemecahan Irian Jaya menjadi beberapa propinsi sudah dirasa perlu.

Hal itu mengingat keadaan daerahnya yang begitu luas dan beragam. Sehingga pembentukan lebih dari satu propinsi akan lebih memperlancar roda pemerintahan dan gerak pembangunannya.

Manfaat lain, menurut Acub Zaenal, akan timbul semacam kompetisi positif untuk pembangunan di kalangan pimpinan pemerintah daerah beserta seluruh rakyatnya.

"Mereka akan bergairah, karena pasti tidak mau kalah dengan saudaranya di propinsi tetangga," kata Acub Zaenal yang populer di kalangan masyarakat penduduk Irian Jaya.

Mengenai pimpinan daerah untuk Irian, Jaya, menurut Acub Zaenal tidak harus putra daerah, ”meskipun idealnya memang demikian”.

”Yang penting sipemimpin harus senantiasa menjalin kontak batin dengan rakyatnya. Pimpinan di sana harus mencintai masyarakat dan daerahnya," ujar Acub Zaenal.

Apa yang dikemukakan Acub Zaenal ini, mungkin sama dengan pendapat Wakil Presiden Adam Malik ketika melakukan perjalanan dinas ke Irian Jaya bulan Oktober tahun 1980.

Waktu itu Adam Malik menyebut pentingnya berbagai permasalahan di lrian Jaya diselesaikan secara sosiologis-antropologis. Gubernur Drs.Boesiry Soeryowinoto almarhum, pernah pula mengusulkan pemecahan Propinsi Irja, ketika ia menjabat Gubernur Irja.

75 Persen Hutan

Propinsi Irian Jaya yang 75 persen dari wilayahnya terdiri dari hutan, perhubungan daratnya masih sangat terbatas. Lalu lintas udara, laut dan sungai besar peranannya untuk perhubungan antar desa, antar kecamatan. Di sana terdapat 117 kecamatan, meliputi 893 desa, tempat tinggai 200 suku dengan 500 corak ragam bahasa.

Hasil pertanian seperti bunga dan biji pala, kayu damar, kulit buaya, kulit kerang, udang segar dan udang, beku, teripang, ikan laut, sirip ikan, rumput laut dan kepiting telah diekspor dengan nilai 53.572.493, 69 dollar AS pada tahun 1979. Andil besar datang dari kayu, udang, ikan laut dan sirip ikan.

Di samping itu minyak bumi dan konsentrat tembaga juga dihasilkan dan bmni Irian Jaya. Tahun 1979, ekspor minyak bumi rnencapai 22, 79 juta barrel bernilai 398.634.504.28 dollar AS, dan konsentrat tembaga bernilai 50.535.146.66 dollar

Sebagian besar potensi endapan mineral di Irian Jaya memang belum diketahui secara pasti, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Kegiatan inventarisasi telah dilakukan terhadap nikel, tembaga dan batubara, disamping bahan kandungan lainnya.

"Tanam Manusia"

Ketika pertama diangkat menjadi gubernur, bekas Gubernur Irja Soetran memperkenalkan cengkeh sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat lrja.

Menjawab pertanyaan kemarin, Izaac Hindom mengatakan, program utamanya adalah ‘tanam manusia’, yaitu transmigrasi dan permukiman kembali.

”Saya mau tanam manusia melalui transmigrasi. Sebab dengan begitu masyarakat lrja yang 1,2 juta dapat turut terbawa oleh perkembangan yang ada akibat transmigrasi" .

Namun untuk itu diperlukan pula peningkatan prasarana jalan antarka bupaten. Beberapa di antaranya, menurut Hindom, sudah dikerjakan dan dalam proses penyelesaian.

Dikatakan, dalam waktu dekat ini daerahnya akan menerima 1.000 KK (Kepala Keluarga) transmigran untuk Kabupaten Fak-Fak dan 1000 KK lagi untuk Kabupaten Yapen Waropen. Transmigran dari daerah mana. Himdom mengatakan belum tahu.

"Tapi yang jelas dari Pulau Jawa. Karena bukan Irian Jaya tetapi Irian Jawa sekarang ini," katanya berseloroh.

Ditanya berapa seluruh transmigran yang direncanakan untuk daerahnya. Gubernur Hindom mengatakan, "Kalau di sana, perkara siap sih siap. Malah kita takut di Jawaanya ini yang justru tidak siap". (RA).

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (18/11/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 935-937.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.