PRESIDEN SOEHARTO AKAN BICARA DENGAN TIGA PIMPINAN ASEAN [1]
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto hari Selasa (6/10) ini direncanakan akan mengadakan pembicaraan dengan tiga pemimpin negaraASEAN, yaitu Perdana Menteri Thailand Chuan Leekpai, Presiden Filipina Fidel Ramos dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam.
Kepala Negara dan Nyonya Tien Soeharto, disertai ketiga puterinya Nyonya Siti Hardiyanti Rukman, Nyonya Siti Hediati Prawobo dan Nyonya Siti Hutami Praktikto, berkunjung ke Brunei untuk memenuhi undangan perayaan 25 tahun kenaikan tahta Sultan Hassanal Bolkiah.
Presiden dan rombongan berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta dengan pesawat BAE 146 Pelita, diantar oleh Wakil Presiden dan Nyonya EN Sudharmono. Ikut pula dalam rombongan itu Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas.
Pembicaraan Presiden Soeharto dengan PM Thailand dan Presiden Filipina itu akan dilangsungkan di Jerudong Guest House, sementara pertemuan dengan Sultan Brunei dilakukan di Istana Nurul Iman.
Senin malam, Presiden Soeharto serta para kepala negara/kepala pemerintahan negara ASEAN lainnya menghadiri jamuan santap malam kenegaraan di Istana Nurul Iman yang dilanjutkan dengan menyaksikan pertunjukan kesenian.
Menurut rencana, Presiden dan rombongan akan tiba kembali di Tanah Air Selasa sore, pukul 15.00 WIB, dijemput kedatangannya oleh Wapres dan Nyonya EN Sudharmono di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Kebesaran Tradisional
Sementara itu, dari Bandar Seri Begawan dilaporkan upacara seperempat abad kenaikan tahta Sultan Hassanal Bolkiah dirayakan dalam suatu upacara kebesaran tradisional yang ditandai penegasan Sultan Brunei ke-29 itu untuk terus mempertahankan sistem pemerintahan kerajaan dengan memuliakan Islam sebagai agama resmi.
Sekitar 270 ribu rakyat Brunei tumpah ruah ke jalan-jalan raya untuk menyaksikan raja mereka yang diarak keliling ibukota Bandar Seri Begawan pada puncak upacara tersebut seusai menyampaikan sambutan dalam upacara kebesaran di Istana Sultan Brunei.
Peljalanan Sultan Hassanal Bolkiah mengelilingi ibukota Brunei itu dilakukan dengan menaiki singgasana kebesaran yang didorong oleh lebih 50 pengawal, diikuti iring-iringan puluhan mobil mewah yang ditumpangi seluruh anggota keluarga serta kerabat kerajaan.
Sepanjang jalan-jalan utama yang dilalui Sultan, rakyat Brunei mengelu-elukanSultan Bolkiah dengan mengibarkan bendera nasional berukuran kecil serta spanduk-spanduk bertuliskan:
“Taat kepada Allah, setia kepada raja, cinta kepada negara.”
Dalam pidatonya pada upacara di Istana, Sultan Bolkiah menyatakan bahwa jika diteliti dan diperhatikan secara jujur terbukti sistem pemerintahan kerajaan yang diamalkan di Brunei selama ini telah berhasil membawa kebajikan kepada rakyat dan negara.
“Jadi dari bakti yang ringkas ini cukup memberi kita jarninan dan keyakinan bahwa sistem pemerintahan beraja (kerajaan) yang kita warisi serta pelihara itu berhasil menciptakan kebahagian untuk negara Brunei Darussalam,” katanya.
Pada acara yang dihadiri para kepala negara dan kepala pemerintahan negara negara ASEAN tersebut, Sultan Brunei juga menjelaskan, bagi Brunei, hubungan raja dengan rakyat bukan semata-mata didasarkan tradisi antara yang memerintah dan yang diperintah, tetapi di jalan pula oleh tanggungjawab timbal balik.
“Artinya, raja dan rakyat sama-sama menunaikan amanah Allah sesuai batas-batas yang diridhainya,” kata Sultan Bolkiah.
Sultan Bolkiah juga menegaskan kembali garis politik luar negeri Brunei, yang menganut prinsip terbuka mengadakan hubungan baik dengan negara mana pun berlandaskan semangat saling hormat serta tidak mencampuri urusan dalam negeri masng-masing.
“Dengan prinsip ini, kita mendapat kawan dan sahabat serta turut membela hak hak kemanusiaan, “sambungnya , seraya menegaskan sikap Brunei yang mengutuk penindasan orang Islam di Bosnia-Herzegovina.
Dalam hubungan itu, Sultan Brunei sekaligus menyatakan kesediaannya secara pribadi menyumbangkan dana satu juta dolar AS, untuk meringankan beban penderitaan rakyat Bosnia.
Hassanal Bolkiah, yang lahir 15 Juli 1946 naik takhta Kesultanan Brunei 5 Oktober 1967, menggantikan ayahnya, Sultan Haji Omar Ali Saifuddin, yang turun tahta atas kemauan sendiri.
Putera sulung Sultan Haji Omar Ali Saifuddin itu mengecap pendidikan di Istana Brunei sebelum melanjutkan studi ke Kuala Lumpur dan Inggeris .
Di bawah kepemimpinan Bolkiah, Brunei mencapai kemerdekaan penuh 1 Januari 1984, dari Inggris dan menjadi salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia.
Sumber: MERDEKA (6/10/1992)
__________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 359-360.