PRESIDEN SOEHARTO AKAN KE MEKSIKO, VENEZUELA, ZIMBABWE, TANZANIA, SENEGAL
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto mulai hari Selasa (19/11) akan melakukan kunjungan ke luar negeri selama 25 hari sampai 14 Desember, ke Meksiko, Venezue la (keduanya di Amerika Selatan), Zimbabwe, Tanzania dan Senegal (ketiganya di Afrika), kata Mensesneg Moerdiono yang mengumumkan rencana peijalanan Kepala Negara dan Ny. Tien Soeharto itu kepada pers di ruang kerjanya Kamis sore (14/11).
Kunjungan ke Meksiko, Venezuela, Zimbabwe dan Tanzania adalah kunjungan resmi kenegaraan. Sementara ke Senegal, Kepala Negara, akan memimpin delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Selama di Venezuela, Kepala Negara juga akan memimpin delegasi RI pada KTT kelompok 15 (G-15) untuk konsultasi dan kerja sama Selatan-Selatan yang akan berlangs ung di Caracas (Ibu kota Venezuela) KTT G-15 tahunan ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Malaysia tahun lalu.
Ke-15 anggota itu adalah Aljazair, Argentina, Brazil, Mesir, India, Indonesia, Jamaika, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Peru, Senegal, Venezuela, Yugoslavia dan Zimbabwe.
Paling Lama
Kunjungan Presiden Presiden ke luar negeri kali ini memang merupakan yang pertama dari kunjungan-kunjungan sebelumnya. Dan dari segi acara mungkin juga merupakan kunjungan terberat.
Setelah lepas landas dari Jakarta, pesawat akan mampir di Biak untuk mengisi bahan bakar. Rombongan akan singgah di Honolulu untuk kemudian meneruskan peijalanan ke Meksiko. Kunjungan di Meksiko akan berlangsung 21-24 November.
Hubungan diplomatik Meksiko-RI dibuka tahun 1951 dan pada tahun itu juga Presiden Soekamo berkunjung ke sana. Kunjungan itu dibalas dengan kunjungan Presiden Lopez Mateos pada tahun 1962. Selain menjadi anggota G-15, Meksiko juga adalah peninjau di Gerakan Non Blok (GNB).
Setelah kunjungan resmi di Mexico City, Presiden dan rombongan akan bermalam di kota Cancun yang dinilai bersejarah karena disitu pada tahun 1980 berlangsung dialog Utara-Selatan.
Dari sana rombongan pergi ke Venezuela Zaimi Lucinchi telah berkunjung ke Jakarta dan telah menyampaikan undangan kepada Presiden Soeharto ketika mereka sama-sama menghadiri KTT G-15 di Kuala Lumpur.
Selama menghadiri KTT G-15, kata Moerdiono, tidak tertutup kemungkinan adanya pertemuan antara Presiden Soeharto dengan kepala pemerintah/Ketua delegasi negara lainnya secara terpisah.
Pimpinan OKI
Dalam penerbangan dari Venezuela ke Zimbabwe, Kepala Negara akan singgah di La Palmas, Spanyol untuk penyesuaian iklim. Kunjungan ke Zimbabwe 2-3 Desember itu sebagai kunjungan balasan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe ke Indonesia tahun lalu. Setibanya di lbu kota Harare, Presiden akan menerima kunci kota sebagai tradisi sebagai penghormatan.
Tanggal 13 Desember Presiden dan rombongan akan melihat air terjun termegah di dunia, Victoria Fall, selain itu Presiden akan mengunjungi suara marga satwa di Pamu Sinda Gen Park danjuga petemakan domba Musasirifa.
“Rupanya Mugabe tahu Pak Barto menaruh perhatian sangat besar terhadap petemakan,” ujar Moerdiono. Dari Zimbabwe Presiden terbang ke Tanzania untuk kunjungan 5-8 Desember. Presiden Tanzania pertama, Julius Nyerere berkunjung ke Indonesia Oktober 1981 dan Presiden yang sekarang pun Ali Hassan Nguinyi juga pemah ke Indonesia tahun 1987.
Dari Tanzania terus ke Senegal, yaitu 8-13 Desember, dimana Presiden akan menghadiri KTT ke- 6 OKI. Ini untuk pertama kalinya Presiden Soeharto menghadiri KTT OKI, KTT ke 2 OKI di Lahore dipimpin Adam Malik (Alm), sedangkan KTT ke-5 di Kuwait delegasi Indonesia dipimpin Wapres Umar Wirahadikusuma.
“Indonesia menganggap KTT OKI kali ini sangat penting karena itu dipirnpin oleh Presiden sendiri tanpa mengurangi makna penting dari KTT terdahulu,” tegas Moerdiono. Penting karena menurut Mensesneg, berlangsung setelah era pasca perang Teluk dan tengah berlangsung usaha untuk meletakan dasar yang adil dan kokoh pada perdamaian di Timteng.
“Posisi Indonesia sejak semula sudah sangat jelas mendukung rakyat Palestina dalam memperjuangkan hak-haknya yang adil dan sah untuk memiliki tanah airnya sendiri dan kemerdekaannya,” katanya.
Unsur kedua yang menandai pentingnya KIT OKI, tambah Moerdiono, karena dunia dewasa ini berada di dalam pasca perang dingin dan Indonesia sebagai negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia diharapkan dapat memainkan peranan yang penting dalam menggalang persatuan di kalangan dunia Islam.
Dalam seluruh perjalanan yang bersifat bilateral,Presiden akan didampingi oleh Menko Elruin RadiusPrawiro, Menlu Ali Alatas dan Mensesneg sendiri Khusus untuk KIT OKI, Menko Ekuin tidak menjadi anggota resmi.
Makna Kunjungan
Menjawab pertanyaan mengenai makna kunjungan Kepala Negara untuk pertama kalinya ke Amerika Selatan dan Afrika serta KTT OKI, Moerdiono menilai; hal itu politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan sekaligus untuk lebih membulatkannya.
“Terus terang saya melihat banyak harapan yang diarahkan kepada Indonesia karena dari segi ekonomi kita dianggap sebagai Dunia Ketiga sebagai negara yang mampu melakukan manajemen ekonomi yang sukses, dan mudah-mudahan demikian,” tutur Moerdiono.
“Dibidang politik luar negeri saya melihat, akhirnya mata dunia terbuka bahwa sejak Orde Baru kita menjalankan politik luar negeri itu semestinya. Pada awal Orde Baru orang menyangsikan apa Indonesia masih menganut politik non-blok, bebas aktif Kita dituduh oleh beberapa kalangan, seolah-olah kita memihak ke Barat.”
Sejak semula, tambahnya, ia tidak percaya dengan anggapan seperti itu.”Hanya memang untuk menyakinkan hal itu memerlukan waktu yang cukup lama. Kita bersahabat dengan negara-negara Barat tapi tidak berarti semua pandangan negara Barat kita dukung begitu saja. Tapi cara kita berbeda pendapat bukan dengan cara konfrontasi, “ tandasnya.
Sumber : KOMPAS (16/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 173-175.