PRESIDEN SOEHARTO: ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA 1992/1993 BERTAMBAH DENGAN RP. 2.059 MILYAR[1]
Jakarta, Business News
Realisasi pendapatan negara tahun anggaran 1992/1993 diperkirakan lebih besar daripada yang direncanakan. Hal itu disebabkan oleh lebih tingginya pendapatan dalam negeri, terutama dari sektor migas. Selain itu juga disebabkan realisasi pendapatan pembangunan yang lebih tinggi, baik dari bantuan luar negeri yang bisa dirupiahkan maupun dari bantuan proyek. Menurut Presiden Soeharto, realisasi anggaran pendapatan negara tahun anggaran 1992/1993 yang berakhir 31 Maret 1993 lalu bertambah dengan Rp. 2.059.642,0 juta dari yang direncanakan. Demikian sumber yang dipetik Business News.
Dengan APBN tahun 1992/1993 yang berimbang pada Rp. 56.108.600,0 juta, maka Anggaran Pendapatan Negara tahun tersebut diperkirakan berubah membesar menjadi Rp. 58.168.242,0 juta. Menurut Kepala Negara, perkiraan peningkatan Anggaran Pendapatan Negara tahun 1992/1993 tadi merupakan taksiran peningkatan Anggaran Rutin yang naik dengan Rp. 944.132,0 juta. Sedangkan Pendapatan Pembangunan diduga naik dengan Rp.1.115.510,0 juta.
Realisasi Anggaran Belanja Negara tahun anggaran 1992/1993 diduga meningkat dengan Rp. 2.057.402,0 juta. Peningkatan tersebut merupakan kenaikan Anggaran Rutin yang bertambah dengan Rp. 834.583,0 juta. Sedang Belanja Pembangunan bertambah dengan Rp. 1.222.819,0 juta.
Di sisi pengeluaran, realisasi belanja rutin sedikit lebih tinggi dari jumlah yang direncanakan. Hal itu disebabkan adanya subsidi BBM yang sebelumnnya tak diperkirakan sebagai akibat harga rata-rata minyak di pasaran dunia yang lebih tinggi dari taksiran semula. Di samping itu juga karena realisasi belanja pegawai negeri sipil dan ABRI serta pensiunan sipil dalam upaya peningkatan kesejahteraan sejak Januari 1993.
Realisasi belanja pembangunan diperkirakan lebih tinggi dari yang direncanakan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan penerimaan dalam negeri yang memungkinkan realisasi belanja pembangunan di berbagai sektor menjadi lebih tinggi. Demi kesinambungan kegiatan pembangunan naslonal, kredit anggaran yang menunjukkan sisa dan masih diperlukan untuk menyelesaikan proyek, maka sisa itu dipindahkan ke tahun anggaran 1993/1994 serta menjadi kredit anggaran tahun 1993/1994.
Dengan peningkatan anggaran belanja tahun anggaran 1992/1993 tadi maka total anggaran belanja negara tahun anggaran 1992/1993 diperkirakan akan mencapai Rp. 58.166.002,0 juta. Karenanya terjadi sisa anggaran lebih tahun anggaran 1992/ 1993 sekitar Rp.2.240,0 juta. Menurut sumber Business News, sisa anggaran lebih tersebut dialihkan ke dalam anggaran belanja negara tahun anggaran 1993/1994 atau tahun-tahun anggaran berikutnya.
Rincian Sumber Pendapatan Rutin 1992/1993:
Rincian sumber-sumberpeningkatan pendapatan rutin tahun anggaran 1992/1993 sebagai berikut:
Sumber Penerimaan Nilai
Pajak Rp.780.169,0 juta
Bea dan Cukai Rp.449.975,0 juta
Penerimaan lain2
Departemen Keuangan Rp.530.392,0 juta
Bukan Pajak Rp.83.536,0 juta
Pendidikan Rp. 2.967,9 juta
Penjualan Rp. 4.243,2 juta
Sewa dan Jasa Rp.162.692,3 juta
Kejaksaan dan Peradilan Rp.555,3 juta
Penerimaan kembali dan
penerimaan lain-lain Rp.99.087,2 juta
tahun anggaran 1991/1992 Rp. 18,9 juta
Penerirnaanlain-lain Rp.99.068,3 juta
Penerimaan anggaran pembangunan tahun 1992/ 1993 yang meliputi Rp. 1.115.510,0 juta yang merupakan bantuan proyek bertambah dengan Rp. 1.105.020,0juta. Sedang yang berupa bantuan program, meningkat dengan Rp. 10.490,0juta.
Belanja Rutin dan Pembangunan
Belanja rutin sektor/subsektor sebagai sumber pengeluaran dalam tahun anggaran 1992/1993 seluruhnya meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada sektor aparatur pemerintah yang bertambah dengan Rp. 535.171,0 juta. Sedang terhadap subsektor, terjadi pertambahan pengeluaran pada subsektor keuangan negara dengan Rp. 348.120,0juta. Dalam belanja pembangunan tahun anggaran 1992/1993, pengeluaran bertambah terhadap sebagian besar sektor. Penurunan terjadi di sektor industri, sektor perdagangan dan koperasi, dan sektor pengembangan dunia usaha. Karenanya pengeluaran terhadap subsektor-subsektor di samping teijadi peningkatan pengeluaran juga terjadi pengurangan pula.
Pertambahan belanja pembangunan tahun 1992/1993 yang terbesar terjadi pada sektor perhubungan dan pariwisata dengan Rp. 28.417,010 juta, kemudian sektor perumahan rakyat dan pemukiman bertambah dengan Rp. 27.727,496 juta, dan sektor pertanian dan pengairan yang naik dengan Rp. 15.664,450 juta. Sedang pertambahan belanja subsektor yang terbesar adalah subsektor perumahan rakyat dan pemukiman dengan Rp. 27,.727,496 juta, kemudian subsektor prasarana jalan yang bertambah dengan Rp.20.000,010 juta
Penurunan belanja pembangunan tahun 1992/1993 yang terjadi pada sektor pengembangan dunia usaha yaitu dengan Rp. 711,700 juta, kemudian di sektor perdagangan dan koperasi berkurang dengan Rp. 742,537 juta, dan sektor industri menurun dengan Rp. 218,515 juta.
Selain terjadi pengurangan belanja pembangunan terhadap ketiga sektor tadi, terjadi pula pengurangan belanja pembangunan pada subsektor-subsektor di sektor sektor lain. Misalnya pada subsektor pertambangan terjadi pengurangan dengan Rp. 299,995 juta, subsektor perhubungan laut dengan Rp. 56,0 juta, subsektor perhubungan udara Rp. 56.590 juta, subsektor postel Rp. 82,200 juta, subsektor pariwisata Rp. 408,850 juta, subsektor koperasi Rp. 794,337 juta, subsektor tenaga kerja Rp. 37,905 juta, dan subsektor kesehatan Rp. 469,734 juta.
Bantuan Proyek dan Kredit Ekspor
Belanja pembangunan tahun anggaran 1992/1993 yang terkait dengan nilai rupiah bantuan proyek/teknis dan kredit ekspor, terjadi pertambahan terhadap seluruh sektor maupun subsektor. Yang paling besar pertambahannya terjadi pada sektor pertambangan dan energi yang naik dengan Rp. 304.723,210 juta dalam tahun anggaran 1992/1993. Setelah itu sektor pertanian dan pengairan yang bertambah dengan Rp. 269.330,580 juta. Sektor pendidikan, generasi muda, kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di urutan ketiga yaitu bertambah dengan Rp. 137.980,100 juta, serta sektor kemudian perhubungan dan pariwisata naik dengan Rp. 123.655,930 juta. (T)
Sumber :BUSINESS NEWS (9/08/1993)
__________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 522-524.