PRESIDEN SOEHARTO BERAMAH-TAMAH DENGAN TUNANETRA ASEAN [1]
Jakarta, Berita Yudha
esiden Soeharto di Istana Merdeka, Jumat siang, menerima para peserta Pekan Olahraga Tunanetra ASEAN dengan diantar Menteri Negara Kesra, Sunawar Sukawati. Team Pekan Olahraga Tunanetra tersebut terdiri dari perutusan Singapura, Malaysia, Indonesia sebagai tuan rumah dan Pilipina. Sedangkan untuk tahun ini Muangthai tidak mengirimkan teamnya.
Pekan olahraga Tunanetra ASEAN tersebut dimulai tanggal 15 Maret ybl. dan dibuka resmi oleh Wakil Presiden Hamengku Buwono bertempat di Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta dan telah berakhir tanggal 19 Maret.
Dalam kesempatan beramah-tamah, Presiden Soeharto sewaktu bersalaman dengan para peserta secara kekeluargaan telah menanyakan bidang olahraga apa saja yang diikuti dalam pertandingan2.
Sementara itu peserta yang dalam pertandingan2 mengalami kekalahan memberikan jawaban dengan tersipu-sipu. Dalam acara ramah-tamah itu Presiden dengan secara terbuka mengadakan dialog mengenai berbagai masalah mulai dari olahraga sampai masalah2 ASEAN.
Thahir Nurdin seorang peserta dari negara serumpun Melayu, Malaysia, dengan tidak canggung2 lagi menanyakan asal usul Presiden, berapa putra, berapa cucu. Presiden juga ditanyakan pula kegemaran olahraga Presiden Soeharto.
Memberikan jawaban pertanyaan2 itu, Pak Harto antara lain mengatakan secara blak2an asalnya yaitu dari Yogyakarta, berputra 6 orang yang selanjutnya dikomentari oleh Pak Harto bahwa jumlah anak 6 orang itu sebenarnya terlalu banyak untuk ukuran keluarga sekarang.
Pak Harto mengatakan sudah mempunyai cucu dan kegemaran olahraga Presiden selain golf, sepakbola, tenis juga mancing.
“Mancing didarat atau dilaut pak?, “nyeletuk Thahir Nurdin, yang dijawab Pak Harto mancing di laut.
Kepada Pak Harto juga ditanyakan, apakah diantara putra(i)nya itu ada yang terjun dibidang politik, yang dijelaskan bahwa putra (i) pak Harto masih terlalu muda untuk terjun dalam gelanggang politik, karena mereka masih meneruskan pelajarannya.
Thahir Nurdin juga menanyakan pak Harto tentang terjadinya kup di Indonesia tahun 1965. Thahir mengemukakan isi hatinya bahwa tahun itu ia merasa susah karena terjadi konfrontasi.
Menjawab pertanyaan tsb, pak Harto mengatakan kup tahun 1965 berada di Jakarta yang kemudian memimpin perang untuk menghancurkan pemberontak.
Dalam pada itu seorang perutusan olahraga dari Pilipina telah mengajukan pertanyaan kepada pak Harto, khususnya kerjasama negara2 ASEAN akan membantu Tunanetra, yang dijawab Presiden memang benar kerjasama ASEAN akan membantu Tunanetra, karena kerjasama itu tidak terbatas dalam bidang politik dan ekonomi saja tetapi juga social budaya.
Menurut Presiden setiap negara sekarang ini mempunyai Sekretariat Nasional ASEAN, yang masing2 Seknas dapat menggarap masalah kerjasama bidang ysb.
Di Indonesia sendiri, pemerintah dengan sungguh2 membantu para tunanetra disamping usaha2 masyarakat sendiri. Selain itu Yayasan Dharmais juga memberikan bantuan terhadap masalah yang menyangkut nasib Tunanetra. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (20/03/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 219-220.