PRESIDEN SOEHARTO: TIDAK ADA SESUATU GOLONGAN YANG MAMPU MELAKUKAN PERJUANGAN SENDIRI2[1]
Jakarta, Antara
Perjuangan menegakkan kemerdekaan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan perjuangan memberi isi kepada kemerdekaan adalah perjuangan semesta yang harus melibatkan seluruh tubuh bangsa kita.
Demikian dinyatakan Presiden Soeharto dalam amanatnya pada penyerahan anugerah negara tertinggi kepada beberapa Kodam dan Komdak Senin pagi di Lapangan Monas.
Selanjutnya Presiden menegaskan bahwa tidak ada satu golongan atau kekuatan pun dalam masyarakat ini yang mampu melaksanakan perjuangan secara sendiri2 saja, juga tidak ABRI secara sendiri2.
Dinyatakan oleh Presiden bahwa hal itu bukan tidak mampu tetapi memang tidak demikian tujuannya. Kemerdekaan nasional adalah pasti perjuangan kita bersama, karena itu memberi isi kepada kemerdekaan nasional melalui pembangunan adalah juga kemajuan kita bersama. Dan pada akhirnya, menikmati hasil pembangunan secara adil adalah hak kita bersama pula, tanpa kecuali, demikian Presiden menegaskan dalam penyerahan anugerah yang berupa Sam Karya Nugraha kepada tujuh Kodam dan Nugraha Sacanti Jana Utama kepada empat Komdak.
Menunjukkan Dharma Bhakti
Pada awal amanatnya Presiden menyatakan bahwa Sam Karya Nugraha dan Nugraha Sacanti adalah anugerah negara tertinggi yang diberikan kepada kesatuan2 militer dan kesatuan2 kepolisian yang telah melaksanakan dharma bhaktinya kepada rakyat, bangsa dan negara melebihi tugas pokoknya.
Dikatakan oleh Presiden bahwa di daerah2 itu, Perang kemerdekaan telah berkobar-kobar dimasa lalu, sehingga Kemerdekaan nasional dapat kita nikmati hari ini dari ujung keujung tanah air; di daerah2 itu berbagai pemberontakan bersenjata yang akan menyelewengkan cita2 kemerdekaan telah dapat di tumpas; di daerah itu telah terjadi perjuangan besar untuk mengutuhkan wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang hingga Merauke dan di daerah itu usaha2 mewujudkan keamanan berjalan dengan pesat.
Pendeknya, menurut Presiden, di daerah-daerah itu telah timbul perjuangan untuk menegakkan, mempertahankan dan membina Kemerdekaan nasional dalam arti yang luas dan dalam perjuangan itu peranan persatuan2 ABRI adalah besar.
Kendatipun demikian, Presiden menegaskan bahwa hasil2 yang besar itu tidaklah mungkin dicapai tanpa ikut sertanya seluruh rakyat dan karena itu hakekatnya anugerah negara ini bukan hanya tertuju kepada Kodam atau Komdak saja melainkan juga kepada seluruh masyarakat di daerah masing2.
ABRI Bukan Alat Negara yang Mati
Dalam amanatnya tsb Presiden menyatakan bahwa perpaduan antara ABRl dan rakyat bukanlah hal2 yang dibuat-buat.
Perpaduan itu lahir dari sejarah perjuangan kita sendiri, lahir dan diperkokoh oleh adanya persamaan2 nilai hidup yang kita anggap luhur, diikat oleh harapan2 mengenai perbaikan mutu kehidupan yang sama, dipererat oleh penghayatan perasaan dan pikiran yang tunggal.
Semuanya itu berpangkat dan berakhir pada cita2 kemerdekaan nasional, kemerdekaan yang dasar dan isinya adalah Pancasila dan UUD 45.
Menurut Presiden, dalam perjoangan bersama-sama rakyat untuk mempertahankan dan membina kemerdekaan nasional dalam usaha, memberi isi kepada kemerdekaan itu dengan kesejahteraan dan keadilan ABRI senantiasa dibimbing oleh cita2 yang luhur.
Cita2 ABRI itu manunggal dan harus tetap menunggal dengan cita2 rakyat sendiri darimana ABRI berasal, oleh siapa ABRI dibesarkan dan untuk siapa ABRI mengabdi. Karena itu ABRI akan selalu timbul tenggelam bersama rakyat akan bertahan terhadap penderitaan perjoangan bersama rakyat dan akan menikmati segala kebahagiaan kemerdekaan bersama rakyat pula.
Presiden menegaskan bahwa hal itu bukan baru. ABRI memperoleh kepribadiannya, menentukan dasar sikapnya dan menempa wawasan hidupnya bersama-sama dengan lahirnya kemerdekaan nasional kita.
Kepribadian dan sikap dasar serta wawasan hidup prajurit ABRI adalah bahwa ia memandang dirinya sebagai kekuatan bangsa yang selalu mendukung dan sebagai pejoang cita2 kemerdekaan nasional. Bukan semata2 sebagai alat negara, lebih bukan sebagai alat negara yang mati.
Itulah sebabnya pada saat yang sulit di masa lampau ABRI selalu tampil sebagai kekuatan perjoangan bangsa yang menyelamatkan perjalanan, bangsa ini dan penampilan itu adalah tidak semata-mata ABRI sebagai alat keamanan belaka melainkan lebih2 karena ABRI adalah kekuatan perjoangan bangsa. Demikian a.l. Presiden. (DTS)
SUMBER : ANTARA (15/04/1974)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 429-431.