Presiden Soeharto Buka Sidang DGI dan Resmikan Bendungan Nawangan[1]
KAMIS, 01 Juli 1976 Pagi ini Kepala Negara membuka secara resmi sidang raya ke-8 DGI (Dewan Gereja Indonesia) di Salatiga. Dalam amanatnya Presiden mengajak para peserta sidang raya untuk benar-benar menjaga dan memperkuat kerukunan hidup antara umat beragama di Indonesia. Lebih jauh dikatakannya bahwa kita harus saling mempercayai dan saling menghormati. Penyiaran agama harus kita jaga jangan sampai mengganggu ketenteraman masyarakat. Usaha untuk memperbanyak pengikut dan usaha untuk mendirikan tempat-tempat ibadah adalah baik. Tujuan-tujuan yang baik harus pula dijalankan dengan baik. Karena itu usaha-usaha ini harus juga dijaga jangan sampai menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dalam masyarakat. Demikian Presiden.
Sebelumnya Presiden mengemukakan tentang pentingnya dialog antar umat berbagai agama, yakni untuk memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama. Dalam hubungan ini, diungkapkannya, kita sedang berusaha membentuk semacan badan atau forum konsultasi antar umat beragama, dimana dibicarakan segala sesuatu untuk kepentingan pembinaan kehidupan yang rukun dan kekeluargaan antara umat dan berbagai agama.
Di Ciriwoyo, Wonogiri, hari ini Presiden Soeharto meresmikan penggunaan Bendungan Nawangan. Pembangunan bendungan ini semula dilakukan oleh rakyat dibawah pimpinan Bupati setempat dan kemudian dilanjutkan dengan biaya dari pemerintah pusat. Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama delapan tahun. (AFR).
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978“, hal 375. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin, diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 2003.