PRESIDEN SOEHARTO: DALAM MASYARAKAT PANCASILA, KESETIAKAWANAN SOSIAL SANGAT PENTING
Rakyat Bukanlah Sekedar Penerima Hasil, Melainkan Justru Pencipta Hasil Pembangunan
Presiden Soeharto menyatakan, dalam masyarakat Pancasila yang bercirikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan, maka kesadaran dan kesetiakawanan sosial mestilah merupakan faktor yang sangat penting.
Masyarakat Pancasila tidak mungkin membiarkan ada dan terciptanya jurang pemisah antara mereka yang berpunya dan mereka yang tidak berpunya, antara mereka yang kuat dan mereka yang lemah.
Inilah yang kita usahakan dengan pembangunan nasional sekarang, demikian Presiden Soeharto, dalam pidatonya pada pembukaan Mukernas Pembimbing Sosial Masyarakat Karang Taruna dan Partisipasi Sosial Masyarakat di Istana Negara Kamis kemarin.
Alhamdulillah, kata Presiden Soeharto, setelah kita melampaui dua tahapan pelita dan sekarang tengah melaksanakan repelita III, kita sudah mencapai dan mengalami berbagai kemajuan. Namun kita juga tidak menutup mata bahwa masih banyak masalah-masalah dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat kita yang memerlukan perhatian dan penanganan.
Di depan sekitar 270 orang peserta Mukemas pembimbing sosial masyarakat, Karang Taruna dan partisipasi sosial masyarakat dari seluruh Indonesia, Presiden Soeharto menyatakan terhadap berbagai kekurangan yang masih terdapat dalam kehidupan bangsa kita, kita tidak perlu terlalu berkecil hati, asalkan kita terus berusaha memperbaiki pembangunan ini makin dapat kita dekati.
Dengan berpatokan pada keadaan nyata yang kita alami pada saat kita mulai membangun, kita akan merasakan dan menghayati kemajuan yang telah kita capai. Dan hal ini akan menimbulkan rasa syukur dalam hati kita. Dan dengan bersyukur itu kita akan tetap bergairah meneruskan usaha-usaha pembangunan. Kita akan tetap bersemangat mengejar ketinggalan kita dan meneruskan langkah demi langkah dalam perjalanan yang masih akan panjang.
Yang penting, kata Presiden Soeharto, mengerahkan dan mengarahkan keikutsertaan segenap lapisan dan golongan masyarakat kita. Untuk itu, para pekerja sosial dapat berbuat banyak dalam hal ini.
Pertama-tama rakyat harus mengetahui akan potensi yang ada pada diri mereka. Mereka hendaklah menyadari bahwa pembangunan pada hakekatnya adalah usaha kita bersama, usaha segenap rakyat. Rakyat bukanlah sekedar penerima hasil pembangunan. Pembangunan adalah usaha memperbaiki diri dari kita semua, oleh kita semua dan untuk kita semua.
Menurut kepala negara, salah satu potensi yang sangat penting adalah potensi generasi muda. Kesegaran pikiran, kesigapan gerak dan adanya wawasan mereka tentang masa depan yang lebih terbuka hendaklah disalurkan sebaik-baiknya.
Dalam hubungan ini karang taruna dapat berfungsi sebagai saluran dinamika generasi muda dalam menggairahkan pembangunan masyarakat kita. Dengan memberikan tempat yang seluas-luasnya pada partisipasi generasi muda dalam kerja-kerja sosial, saya yakin usaha-usaha kita akan lebih memberikan harapan pada masyarakat.
Saya mengharapkan agar Karang Taruna ini benar-benar berfungsi dalam mengerahkan dan mengarahkan potensi generasi muda. Sebab salah satu masalah generasi muda adalah masalah penyaluran potensi mereka. Ketiadaan saluran dan banyaknya waktu lowong dalam kehidupan generasi muda adalah masalah yang sangat memprihatinkan dan bahkan dapat mengancam masyarakat kita.
Sehubungan dengan peringatan hari kebaktian sosial tanggal 20 Desember 1980 besok, Presiden Soeharto menyatakan, penentuan hari kebaktian sosial diambil dari peristiwa yang sangat penting dalam perkembangan dan petjuangan bangsa kita.
Ia kita ambil untuk mengabadikan gelora semangat dan partisipasi rakyat dalam perjuangan nasional kita yang penuh tantangan, yang malahan bangkit lebih hebat karena tentara penjajah waktu itu menyerbu ibu kota perjuangan kita Yogyakarta.
Hari kebaktian sosial benar-benar melambangkan kepatriotan dan semangat perjuangan seluruh rakyat yang pantang menyerah. Ia melambangkan semangat pengorbanan dan kerelaan menderita bangsa kita demi tegaknya kemerdekaan dan kedaulatan nasional.
Ia melambangkan kesadaran sosial dan kesadaran nasional yang tinggi dari segenap rakyat, yang dengan segala kekurangan yang mereka derita, tetap mernperhatikan kegotongroyongan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial untuk melanjutkan petjuangan bangsa, demikian Presiden Soeharto. (DTS)
…
Jakarta, Berita Buana
Sumber: BERITA BUANA (19/12/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 995-997.