PRESIDEN SOEHARTO DI PBB: GERAKAN KB NASIONAL UPAYA UNTUK PERANG I KEMISKINAN

PRESIDEN SOEHARTO DI PBB:

GERAKAN KB NASIONAL UPAYA UNTUK PERANG I KEMISKINAN

 

New York, Pelita

Masalah, kependudukan mempunyai kaitan yang erat dengan kesejahteraan suatu bangsa, perekonomian, serta keterbelakangan. Oleh karena itu suatu gerakan Keluarga Berencana (KB) yang bersifat nasional,juga merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan.

Demikian ditegaskan Presiden Soeharto, dalam pidatonya pada acara pemberian penghargaan dari PBB atas jasa-jasanya dalam masalah kependudukan, dilaporkan wartawan Pelita Achmad Basori, langsung dari gedung PBB New York Amerika Serikat, Kamis petang, atau Jum’at dini hari waktu Indonesia.

Dalam pidato bahasa Indonesia yang diteruskan ke dalam bahasa resmi PBB : Inggeris, Perancis dan Spanyol, Presiden Soeharto menekankan pentingnya partisipasi segenap pihak dalam suatu negara, agar sebuah program kependudukan dapat berhasil dengan baik.

Ditambahkan, jumlah penduduk yang besar tanpa disertai kualitas penduduknya, akan merupakan suatu beban yang berat bagi pembangunan suatu bangsa di manapun di dunia ini. Hal itu telah disadari oleh pemerintah orde baru Indonesia, sehingga di awal rencana pembangunan nasionalnya program kependudukan di Indonesia mendapatkan perhatian yang utama.

“Untuk itu kami melancarkan berbagai program kependudukan ; terutama keluarga berencana atau pengendalian kelahiran, peningkatan kesehatan, peningkatan pendidikan, transmigrasi serta program-program lain yang gerak perpindahan penduduk ke daerah yang relatif masih kosong,” ujar Presiden Soeharto, di hadapan sejumlah tamu terhormat lembaga-lembaga tinggi internasional, korps diplomatik, serta para pakar kependudukan dan ratusan wartawan yang meliput jalannya upacara penyerahan penghargaan itu.

 

Penurunan Drastis

Menyinggung hasil-hasil yang telah dicapai Indonesia selama ini, Presiden Soeharto mengatakan, bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata penduduk Indonesia telah turun secara dramatis dari angka sekitar 2,3% menjadi 1,9%. Begitupun tingkat harapan hidup bangsa Indonesia, rata-rata telah meningkat rnendekati angka 60 tahun.

Dalam 20 tahun terakhir, angka kelahiran kasar menurun dan 44 menjadi 29 per 1000 penduduk. Sedang untuk angka kelahiran total, atau j umlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita Indonesia pada masa subumya, rata-rata menurun dari angka statistik 5,6 anak dalam periode 1967-1970, menjadi 3,3 anak pada periode 1985-1989.

Sebagai bagian dari upaya menerangi kemiskinan ,program KB nasional juga tercermin dari meningkatnya penggunaan sarana kontrasepsi dari angka nol persen di tahun 1970 menjadi 50% pada saat sekarang.

Untuk kesemua keberhasilan itu, di hadapan sejumlah tamu-tamu penting internasional, Presiden menandaskan secara gamblang peran serta para pekerja lapangan yang selama ini telah bekerja keras untuk mensukseskan program KB di Indonesia. Salah satu partisipasi yang paling bermakna, menurut Presiden, adalah kegiatan di tingkat desa. Sampai hari ini, tidak kurang dari 200.000 institusi pedesaan berupa kelornpok akseptor, PKK, Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), dan sebagainya telah menjadi motor penggerak yang dominan.

 

Radio PBB

Masih berkaitan dengan acara penyerahan penghargaan dari PBB untuk Presiden Soeharto itu, sebuah acara radio PBB dalam bahasa Inggris dipancarkan di Indonesia untuk menyebarluaskan keberhasilan program kependudukan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Direktur Eksekutif Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNFPA), Nafis Sadik, yang juga berbicara dalam acara tersebut menyebut kepemimpinan Soeharto dalam mendukung program kependudukan di Indonesia “sangat luar biasa kokoh dan lantangnya”.

Menurut Nafis Sadik, Presiden Soeharto termasuk pemimpin yang mau pergi kemana saja, dan berbicara kepada siapa saja untuk keberhasilan program kependudukan di tanah air.

Presiden Soeharto tidak saja berbicara pada acara-acara resmi yang besar, tetapi bahkan bersedia berbicara dengan kelompok-kelompok kecil ataupun perseorangan demi kesuksesan program itu,” katanya.

Selain Nafis Sadik, Ketua Kornite Hadiah Kependudukan Mario Moya Palencia yang juga menjabat wakil tetap Meksiko untuk PBB menyebutkan bahwa keberhasilan Indonesia bisa dibilang dramatis.

“Presiden Soeharto dengan kepemimpinannya berhasil secara dramatis menurunkan tingkat kelahiran, kesuburan dan kematian bayi,” tutur Mario Moya Palencia.

Dalam acara penyerahan penghargaan kependudukan dari PBB itu, Presiden Soeharto bersama dengan sebuah lembaga dari Togo, Programme National de Bienetre Familial selain masing-masing menerima medali,juga akan memperoleh diploma serta uang tunai sebesar 12.500 dolar AS atau senilai dengan 22,5 juta rupiah.

Terima Walikota Tiba di New York, Rabu, pukul 11.10 pagi waktu setempat di hanggar 14Pan Am bandar udara internasional John F. Kennedy, cuaca mendung dan hujan rintik-rintik pada temperatur 20 derajat Celcius, menyongsong kedatangan rombongan Presiden Soeharto.

Wartawan Pelita Achmad Basori, melaporkan, di tangga pesawat Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta rombongan, disambut langsung oleh Duta Besar/WakiI Tetap RI untuk PBB, Nana Sutresna diiringi penyerahan untaian bunga oleh gadis cilik Mira Widodo kepada Ibu Tien Soeharto.

Sepanjang hamparan permadani merah yang penjangnya 20 meter, tampak menyambut Duta Besar RI untuk AS dan Nyonya A. Ramli yang tiba beberapa saat sebelumnya dari Washington D.C. bersama dengan Dubes AS untuk Indonesia John

  • Monjo serta sejurnlah pejabat PBB.

Rabu petangnya, Presiden Soeharto menerima kunjungan Walikota New York

  • Koch di Hotel Plaza tempat kepala negara dan rombongan menginap.

Kunjungan kehormatan walikota New York yang merupakan “ucapan selamat datang” itu, disertai penyerahan Kristal sebagai lambang kota New York sementara Presiden menyerahkan sebuah lukisan Bali sebagai tanda kenang-kenangan. Menurut sumber-sumber Pelita kunjungan Walikota New York tersebut semata-mata hanya kunjungan silaturahmi, dan tidak dilakukan pembicaraan yang sifatnya penting .

 

Sibuk

Wartawan Pelita melaporkan, kota New York bisa dibilang kota terpadat dan paling sibuk di dunia. Setiap harinya jutaan kendaraan bermotor lalu lalang di kota itu, seiring dengan kegiatan perekonomian yang juga begitu deras.

Ketika Presiden Soeharto tiba di New York pada pukul 11.10 pagi atau sekitar pukul 23.00 WIB Rabu malam, kemacetan lalu lintas di New York sedang mencapai puncaknya.

Gambaran kota besar yang penuh dengan gedung pencakar langit juga sangat tercermin di New York. Di sela-sela gedung tinggi itu, kabut akibat cuaca yang dingin maupun akibat polusi udara kelihatan mengambang di mana-mana.

Seusai acara penerimaan medali penghargaan dari PBB, kepala negara mengadakan pertemuan dengan sejumlah masyarakat Indonesia di New York.

Pada hari Jumat waktu setempat (9/6) Presiden Soeharto dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat George Bush di Washington. (be/mta). (SA)

 

 

Sumber : PELITA (03/06/ 1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 822-825.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.