PRESIDEN SOEHARTO JAMU ZIA UL HAQ

PRESIDEN SOEHARTO JAMU ZIA UL HAQ :

DUNIA DICEKAM KONFLIK FISIK DAN DICEMASKAN OLEH

RESESI

Dunia masih dicekam oleh bahaya konflik-konflik fisik, masih dicemaskan oleh perekonomian dunia yang mengalami resesi, dunia sekarang ini dirasakan masih jauh dari apa yang diinginkan oleh umat manusia, Presiden Soeharto mengatakan pada jamuan santap malam di Istana Negara ketika dia menjamu tamunya, Presiden Pakistan Zia UI Haq, Selasa malam.

"Sebagian besar umat manusia masih bergulat melawan kemiskinan dan keterbelakangan," kata Presiden.

Kata Kepala Negera, tahun-tahun belakangan ini kita menyaksikan pergolakan di berbagai bagian dunia yang mencemaskan, tindakan tindakan kekerasan telah dilancarkan oleh sementara negara untuk memaksakan perobahan di negara lain.

"Ini jelas telah melanggar kedaulatan bangsa yang menjadi asas dasar bagi tercapainya perdamaian dan ketertiban dunia," ujar Presiden.

Kata Presiden lagi, di Afghanistan masih berkuasa suatu kekuatan asing yang belum menarik mundur pasukan pasukannya, demikian pula yang terjadi di Kamboja, di Asia Barat bentrokan senjata antara dua negara Islam belum juga dapat dihentikan.

”Di Timur Tengah kita saksikan bahwa Israel belum pula menarik diri dariwilayah wilayah Arab yang diduduki dan usaha untuk mengembalikan hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara nasional yang merdeka belum menunjukkan kemajuan yang menggembirakan," ucap Presiden.

Presiden berkata pula, sebaliknya belum lama berselang dunia menyaksikan pembantaian tanpa perikemanusiaan para pengungsi, Palestina dari penduduk Libanon yang menambah penderitaan bangsa ini.

Proteksionisme

Keadaan yang menggelisahkan hati juga berkembang di lapangan ekonomi. Proteksionisme yang dilakukan negara-negara industri maju jelas makin memperberat perekonomian negara-negara berkembang.

"Hal ini bukan saja berarti tidak membantu usaha-usaha pembangunan negara-negara berkembang, tapi bahkan dapat memacetkan perekonomiannya, sehingga akan makin menjauhkan tercapainya tata ekonomi dunia baru yang lebih adil," kata Presiden.

Keadaan dunia yang demikian jelas tidak menguntungkan negara-negara yang sedang membangun, sebabpembangunan kecuali memerlukan suasana yang aman dan damai serta stabilitas yang mantap juga memerlukan kecerahan dibidang ekonomi.

Karena itu, kata Presiden, merupakan kepentingan kedua negara kita bersama sama semua negara yang sedang membangun lainnya untuk terus berjoang mempertahankan perdamaian dunia dan mendorong perbaikan perekonomian dunia.

Kagum

Pada bagian akhir dari pidatonya itu Presiden Soeharto mengagumi usaha-usaha serta kebijaksanaan Presiden Zia dalam menciptakan stabilitas nasional serta melaksanakan juga menilai langkah-langkah yang telah diambil Pakistan dalam mengembangkan hubungan yang rukun dengan negara-negera tetangga.

Presiden Zia Ill Haq dalam sambutan balasannya mengatakan ASEAN sebagai organisasi Bangsa bangsa Asia Tenggara adalah sangat efektif dan sangat berhasil.

Dikatakan, dia sudah bertemu dan bertukar pikiran secara mendalam tentang ASEAN dengan Perdana Menteri Thailand ketika dia singgah di Bangkok dalam perjalanannya menuju Indonesia.

Dalam hubungan kerja sama regional, Pakistan, menurut Zia ingin memberi perhatian khusus terhadap India.

Katanya, Pakistan secara tulus ingin memperbaiki hubungan yang baik dengan India sepertijuga yang dilakukan oleh Pakistan dengan negara-negara tetangga lainnya.

Tentang peristiwa Afghanistan, menurutnya, semenjak terjadinya kemelut di sana sebanyak 2,8 juta pengungsi Afghanistan kini berada di Pakistan.

Ditegaskan, krisis hanya bisa diselesaikan, melalui resolusi dan prinsip-prinsip gerakan non blok dari organisasi Konperensi Islam.

Zia sependapat dengan Presiden Soeharto untuk menyelesaikan masalah Timur Tengah dan Indocina adalah dengan mengeluarkan pasukan-pasukan asing dari negara-negara berdaulat.

Dua Masalah

Presiden Zia mengatakan ada dua masalah yang memperihatinkan pertama adalah situasi Timur tengah di mana Israel yang mabuk kekuasaan melanjutkan perkosaan terhadap semua norma-norma peradaban manusia berbudaya adalah pemeluk agama Islam.

Menurut Jenderal Zia pakistan menginginkan pertikaian segera berakhir agar wilayah itu berada dalam suasana aman dan damai.

"Masalah inilah yang akan merupakan bahan utama untuk kita bicarakan dalam perundingan perundingan Rabu siang,” katanya.

Sebelum diadakan jamuan Kenegaraan tersebut kedua kepala negara mengadakan tukar menukar tanda mata. Presiden dan Nyonya Tien Soeharto memberikan sebuah keris yang bertahtakan emas, kemeja batik, sendok dan garpu satu perangkat.

Presiden Pakistan dan Begum Zia sebaliknya menyerahkan pula sebuah buku mengenai Pakistan, lampu meja dengan dasar batu marmer, kain tenun serta tasbih berwarna hijau lumut. Acara tersebut dimeriahkan pula oleh atraksi kesenian.

Disambut

Presiden Republik Islam Pakistan Zia Ul Haq beserta rombongan yang akan melakukan perlawatan resmi lima hari di Indonesia Senin siang tiba di bandar udara internasional Halim Perdanakusumah dengan pesawat khusus DC-10 maskapai penerbangan Pakistan PIA.

Didahului dengan naiknya Dubes Pakistan untuk Indonesia serta Dirjen Protokol Deplu, kemudian tamu negara tersebut langsung disambut oleh Presiden Soeharto di tangga pesawat.

Turut menyambut di tangga pesawat adalah nyonya Tien Soeharto serta wakil Presiden dan Nyonya Nelly Adam Malik.

Presiden Pakistan tersebut siang ini berpakaian tradisional Pakistan "Sharwani" bersepatu hitam sedangkan Begum Zia Ul Haq juga memakai pakaian tradisional Pakistan.

Kemudian tamu negara disambut dengan upacara militer. Kedua lagu kebangsaan diperdengarkan oleh korp musik ABRI. Sementara itu dentuman meriam 21 kali sebagai penghormatan kepada tamu negara berdentuman, ditembakan oleh pasukan artileri di seberang landasan.

Selanjutnya Presiden Zia Ul Haq didampingi oleh Presiden Soeharto, yang tampil dengan stelan warna gelap tanpa peci, memeriksa pasukan kehormatan terdiri dari kompi-kompi kehormatan TNI-AD, TNl-AL, TNI-AU dan Polri.

Sementara itu Begum Zia Ul Haq menunggu di podium kehormatan, didampingi oleh Nyonya Tien Soeharto.

Setelah kembali ke podium kehormatan, kemudian tamu negara itu diperkenalkan oleh Presiden kepada pejabat tinggi negara serta korps diplomatik. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (09/11/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 927-930.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.