PRESIDEN SOEHARTO: JANGAN TERLALU KHAWATIRKAN PENGGUNAAN TENAGA NUKLIR [1]
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menyerukan kepada masyarakat agar tidak perlu terlalu khawatir dengan penggunaan tenaga nuklir di Indonesia ini, karena teknologi nuklir saat inisudah sangat maju dan masalah keselamatan selalu mendapat prioritas utama.
Seman Kepala Negara ini disampaikan ketika meresmikan instalasi spektrometri neutron dan laboratorium sumber daya dan energi di Serpong,Tangerang, Jawa Barat, Kamis (20/8). Instalasi tersebut merupakan salah satu bagian dari Puspiptek Serpong. Dikemukakan, dalam penggunaan teknologi yang manapun kita dihadapkan pada risiko. Demikian pula penggunaan teknologi nuklir, juga mengandung risiko. Akan tetapi apabila telah direncanakannya secara cermat, terutama yang berkaitan dengan segi pengamanannya, maka tidak perlu diragukan untuk menggunakannya. “Dalam kehidupan, kita memang seringkali harus berani menghadapi risiko, “kata Kepala Negara.
Demikian pula halnya dengan teknologi nuklir. Menurut Presiden, penggunaan teknologi nuklir tidaklah sangat membahayakan, jika risiko yang dihadapi telah diperhitungkan dengan seksama sebelumnya. Dan sesungguhnya, risiko itu juga mempakan tantangan.
“Hanya bangsa yang mampu menghadapi tantangan-tantanganlah yang akan dapat menjadi bangsa maju,”tegas Presiden.
Mampu Menguasai
Kepala Negara merasa yakin bangsa Indonesia mampu menguasai teknologi canggih. Ditunjukkan, nenek moyang bangsa Indonesia telah berhasil membangun candi-candi dengan arsitektur yang indah dan bertahan ratusan tahun. Selain itu, kata Presiden, nenek moyang bangsa Indonesia telah membangun armada laut yang telah mengarungi samudera-samudera luas.
“Kaum penjajahlah yang membuat bangsa Indonesia lemah dan kurang percaya diri. ” Karena itulah, lanjut Presiden, setelah menjadi bangsa merdeka, bangsa Indonesia harus dapat bangkit kembali untuk mensejajarkan diri dengan bangsa bangsa lain yang telah maju.
Pada bagian lain Kepala Negara menekankan, selain membangun industri secara besar-besaran dalam era tinggal landas nanti, juga harus diprioritaskan kepada pembangunan sumber daya manusia. “Kehidupan kita pada abad ke-21 nanti akan sangat ditentukan oleh kemampuan kita dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, “kata Kepala Negara. Karena itu pula Kepala Negara menyerukan agar ditingkatkan lagi kualitas sumber daya manusia di bidang penelitian dan pengembangan, khususnya bagi mereka yang bekerja di Puspitek Serpong.
Telah Selesai
Kepala Negara mengatakan, dengan selesainya pembangunan Instalasi Spektrometri, Neutron di Serpong tersebut berarti rencana pembangunan berbagai instalasi nuklir di Puspitek telah selesai dilaksanakan. Ini berarti kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi energi dapat ditingkatkan, khususnya teknologi altematif yang diperlukan daerah terpencil yang sukar dijangkau listrik, PLN.
Instalasi nuklir di Puspitek memiliki sarana reaktor serbaguna, instalasi elemen bakar, reaktor riset, instalasi pengolahan limbah radioaktif dan instalasi produksi radioisotop. Pembangunan itu kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni pembangunan instalasi radio metalurgi, instalasi keselamatan dan keteknikan, serta instalasi mekano elektronik nuklir. Baru setelah itu dibangun instalasi spektrometri, neutron yang diresmikan kemarin.
Puspitek Serpong yang diresmikan tahun 1984, dibangun di atas tanah seluas 350 hektar dan telah mempekerjakan 3.043 orang peneliti dan karyawan ilmiah yang tersebar di 17 laboratorium dan instalasi yang dikelola Badan tenaga Atom Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Instalasi Spektrometri Neutron (ISN) dimanfaatkan untuk secara tidak langsung membantu pengembangan dan pembuatan perusahaan-perusahaan pembangkit listrik melalui penelitian secara mikro, antara lain dalam bidang materi. Sedangkan LSDE sangat diperlukan untuk melaksanakan penilaian secara makro dan mikro tentang pemanfaatan sumberdaya energi baik yang terbaharukan maupun yang tidak.
Menurut Menristek/Ketua BPPT BJ Habibie, persiapan LSDE dilakukan dengan memanfaatkan bantuan Jepang, Jerman, Amerika Serikat dan Belanda.
Hadir dalam acara itu antara lain Ny.Tien Soeharto, Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita, Gubernur Jabar Moh Yogie SM dan Dirjen Batan Djali Ahimsa.
Sumber: KOMPAS (21/8/1992
___________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 733-734.