PRESIDEN SOEHARTO LALUI TAHUN SIBUK ACARA KENEGARAAN

PRESIDEN SOEHARTO LALUI TAHUN SIBUK ACARA KENEGARAAN[1]

Jakarta, Media Indonesia

Keberadaan Indonesia di dunia internasional kini memang semakin diakui. Hal ini ditandai dengan semakin sibuknya Presiden Soeharto melakukan perjalanan ke luar negeri selama tahun 1992 baik untuk menghadiri berbagai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau kunjungan kenegaraan dan kunjungan kerja.

Tahun 1992 ini, diawali dengan kunjungan Presiden Soeharto ke Singapura menghadiri KTT IV ASEAN yang berlangsung di negara tetangga itu 27-28 Januari. Presiden Soeharto, kini menjadi sesepuh para kepala negara/kepala pemerintahan di kawasan ini, karena Pak Harto merupakan kepala negara yang paling senior.

Untuk itu, Presiden selama di Singapura, selain menghadiri sidang-sidang KTT IV ASEAN. Juga menerima para kepala negara/kepala pemerintahan lain di lingkungan kawasan ASEAN di Hotel Raffles, tempat menginap selama berada di Singapura.

Konferensi Tingkat Tinggi berikutnya yang dihadiri oleh Kepala Negara adalah KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil, 13 Juni. Kendati harus terbang selama 28 jam dari Jakarta menuju Rio de Janeiro, Kepala Negara memerlukan hadir ke KTT Bumi mengingat pentingnya perlindungan lingkungan sekaligus menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia sangat melindungi dan memelihara lingkungan tanpa harus mengorbankan pembangunan terutama bagi negara berkembang. Selama di Rio de Janeiro, Kepala Negara mengadakan pertemuan dengan PM Belanda Ruud Lubbers, PM India Narasimha Rao, Kanselir Jerman Helmut Kohl dan Ketua Komisi Selatan-Selatan Julius Nyerere.

Perjalanan berikutnya yang dilakukan oleh Presiden adalah ke New York, AS dan Tokyo, Jepang 20-29 September. Kunjungan ke New York bisa dikatakan sebagai puncak kunjungan Kepala Negara ke luar negeri tahun ini. Karena selain sebagai Kepala Negara Indonesia, PakHarto sebagai Ketua Gerakan Non Blok (NB) juga mewakili 109 negara berkembang yang menjadi anggotanya untuk menyampaikan sambutannya di Sidang Majelis Umum PBB ke-47 di Markas Besar PBB, New York 24 September.

Pada kesempatan itu, Presiden yang tampil sebagai pembicara pertama pada Sidang Majelis Umum PBB menyerukan bahwa sudah waktunya PBB meninjau kembali masalah keanggotaan dan komposisi Dewan Keamanan (DK) serta hak veto. Selama di New York ini, Presiden juga menerima sejumlah Kepala Negara/Kepala Pemerintahan antara lain PM Selandia Baru Jim Bolger, Presiden Mongolia Punsalmaaglin dan Presiden LatviaAnatolijs Gorbunovs. Sementara Presiden AS George Bush menyampaikan permintaan maaf melalui telepon dari Washington DC karena tidak dapat bertemu sehubungan dengan persiapan masa kampanyenya.

Seusai mengunjungi New York, Kepala Negara melanjutkan lawatan ke Tokyo selama dua hari untuk bertemu dengan Kaisar Akihito di Istana Akasaka dan PM Jepang Kiichi Miyazawa.

Dalam pertemuannya dengan PM Miyazawa pada 28 September, Presiden menyampaikanhasil-hasil KTT GNB yang berlangsung di Jakarta, awal September. Pada kesempatan itu Miyazawa berjanji akan melakukannya dengan sungguh­ sungguh.

Lawatan terakhir Presiden ke luar negeri tahun ini adalah menghadiri KTT III G-15 di Dakar, Senegal dan bertemu Presiden Francis Prancois Mitterrand di Paris, 19-27November.

Sumber: MEDIA INDONESIA(28/12/1992)

____________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 484-486.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.