PRESIDEN SOEHARTO: MASYARAKAT INDONESIA MODERN HARUS TETAP BERJIWA DAN BERWAJAH INDONESIA

PRESIDEN SOEHARTO:

MASYARAKAT INDONESIA MODERN HARUS TETAP BERJIWA DAN BERWAJAH INDONESIA [1]

 

Surabaya, Antara

Presiden Soeharto telah menyebutjiwa dan wajah Indonesia sebagai suatu kemutlakan dari suatu masyarakat modern yang dicita-citakan, ketika ia membuka Musyawarah Nasional Golongan Karya yang pertama di Surabaya hari Selasa.

Kepala Negara mengemukakan hal ita ketika menyinggung kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam struktur kehidupan Orde Baru sekarang ini dalam hubungan cita-cita untuk membangun suatu cara masyarakat modern di Indonesia.

“Tanpa jiwa dan wajah Indonesia itu”, demikian Presiden, “masyarakat modern yang bagaimanapun tidak akan memberikan kebahagiaan yang utuh kepada kita semua.”

”Tanpa jiwa dan wajah Indonesia” kata Kepala Negara lebih lanjut “kita akan merasa asing terhadap diri kita sendiri.”

“Ini akan membikin kita rapuh dan barangkali akhimya akan runtuh”, demikian diperingatkan, dan itu bukanlah cita-cita dan tujuan kemerdekaan.”

Oleh presiden dikemukakan bahwa jiwa dan wajah yang berkepribadian Indonesia itu telah terpancar dengan terang dari semangat dan isi Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Oleh negara dikemukakan juga bahwa pembentukan masa dan pro bukan hanya. tanggungjawab golongan karya saja, tetapi juga dari dua partai politik yang lain, serta kekuatan sosial serta pemimpin2 seluruh masyarakat. Karena itu menurut kepala negara apabila ditanya wajah kehidupan politik yang bagaimana yang diinginkan di Indonesia maka jawaban pokoknya terletak pada cita-­cita dan perjuangan Orde Baru.

“Apapun perkembangan yang timbul kemudian”, demikian ditekankan lebih lanjut, janganlah kita sekali-kali melupakan sumber kelahiran cita-cita Orde Baru dan jangan kita tergelincir dari arah langkah awal dan yang telah kita langkahkan pada tahun 1966.”

Orde Baru

“Orde Baru”, demikian diperingatkan “adalah tatanan kehidupan masyarakat kita dalam segala bidang yang kita letakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”

“Di bidang struktur dan kehidupan politik, Orde Baru bukanlah hanya berarti struktur lama dikurangi dengan PKI saja.”

“Di bidang ideologi ia bukan hanya nasakom dan dihilangkannya saja, dan dibidang ekonomi, ia sama sekali bukan ekonomi serba negara yang kita balik ekonomi liberal,” demikian ditambahkan.

“Digelanggang politik luar negeri”, kata presiden, “ia tidak berarti ditinggalkan poros-porosan lama yang diganti dengan poros-porosan yang lain.” “Orde baru” kata kepala negara “sesungguhnya menyangkut pembahaman sikap dasar”, pembahaman budi pekerti dan pembahaman moral.”

Dengan pembaharuan itulah menurut Presiden akan terjamin terbinanya masyarakat maju, sejahtera dan adil berdasarkan Pancasila yang dicita-citakan bersama.

Oleh kepala negara diakui bahwa pembangunan masyarakat Indonesia modern memerlukan banyak sekali penyesuaian2 lahir untuk menjawab tantangan dan kebutuhan kemajuan, seperti misalnya ilmu pengetahuan teknologi dan modal yang perlu diperoleh dari negara2 yang telah maju.

“Kita harus mengadakan perombakan strukturil dalam banyak bidang, akan tetapi masyarakat Indonesia modern yang kita cita-citakan itu harus tetap berjiwa dan berwajah Indonesia juga,” demikian ditambahkan. (DTS)

Sumber: ANTARA (04/09/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 380-381.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.