PRESIDEN SOEHARTO MENAWARKAN KESEMPATAN INVESTASI

PRESIDEN SOEHARTO MENAWARKAN KESEMPATAN INVESTASI [1]

 

London, Kompas

Kepada masyarakat Inggris yang diwakili sekitar 700 pemuka masyarakat kota London, Presiden Soeharto Rabu malam (Kamis dinihari WIB), mengemukakan sedikitnya tiga persoalan ekonomi: pembentukan Tata Ekonomi Baru Dunia, ekspor Indonesia, dan undangan untuk investasi lebih banyak oleh Inggris, termasuk swastanya.

Presiden menyatakan itu dalam jamuan santap malam yang diselenggarakan Walikota London dan The Corporation of London di Guildhall, gedung kuno bersejarah yang sejak awal abad ke-15 menjadi pusat administratif Kota London. Acara dengan kalangan masyarakat dan dunia bisnis Inggris ini amat menarik, penuh upacara dan tata tradisional yang dipelihara dari jaman lalu.

Acara di Guildhall ini lebih semarak dan berwarna daripada jamuan di Istana Buckingham, yang diselenggarakan Sri Ratu, Selasa malam. Acara ini lengkap disertai seremoni tradisional, berbagai macam jubah kebesaran, ketukan tongkat, proses kebesaran, serdadu berseragam abad pertengahan, bunyian tambur dan terompet segala. Suasana gedungnya sendiri mendukung kembalinya ingatan pada masa-masa lalu, karena Guildhall yang dibangun tahun 1411-1440 itu punya relung-relung tinggi. Melihat upacaranya, mengingatkan pada legenda atau film tentang masa ksatria jaman dulu.

Hadir pula dalam acara itu Duke of Kent yang mewakili Sri Ratu. Dari tiga menteri RI, hanya Menlu Mochtar yang hadir. Menurut keterangan, Menteri Ekuin Widjojo dan Mensesneg Sudharmono kesehatannya terganggu, karena cuaca yang tak menguntungkan, dingin dan hujan melulu seharian. Selama jamuan berlangsung, orkes The Scots Guards yang berseragam merah itu, memainkan lagu-Iagu klasik ringan.

Tata Ekonomi Baru

Sesuai kebiasaan yang berlaku, jika dalam jamuan di Istana Buckingham lebih banyak ditekankan pidato tentang politik, maka di Guildhall lebih pada soal ekonomi dan perdagangan. Karena sejarahpun menunjukkan, munculnya Guildhall sendiri dulu ketika masih ada gilde-gilde, yang kemudian bersatu membentuk korporasi yang sampai kini masih terpelihara sebagai suatu pemerintahan lokal tersendiri yang menguasai City of London, seluas satu mil persegi di jantung kota London.

Dalam jamuan itu, Presiden menguraikan perlunya pembentukan tata ekonomi dunia yang, baru. la menunjukkan bagaimana berbagai krisis dunia melanda, seperti krisis energi, moneter, pangan, dan lain-lainnya Dan sampai kinipun, dunia masih diliputi awan suram yang tidak menentu.

Menurut Presiden Soeharto, usaha penyelamatan selama ini tidaklah langsung menjebol akar-akar keresahan itu. Yang dicoba atasi hanyalah gejala yang sebagian saja tampil di permukaan.

“Kita belum dapat melihat, sebagian kita malahan belum berani melihat bahwa segala persoalan tadi sesungguhnya disebabkan oleh tata hubungan ekonomi dan politik lama, yang tidak menjamin kemerataan dan keadilan pembangunan semua bangsa.”

Presiden menekankan, kesulitan negara-negara sedang membangun sekarang, sebagian bersumber pada keadaan ekonomi dunia yang berada di luar pagar halaman ekonominya sendiri. Diingatkan, negara maju punya kepentingan dan tanggung-jawab dalam persoalan ini. Selain itu juga tanggungjawab moril,

“sebab kemajuan dan tingkat kemakmuran yang sekarang dinikmati masyarakat negara maju, sedikit-banyak juga berasal dari kekayaan alam dan cucuran keringat bangsa yang kini sedang membangun itu,” demikian kata Presiden dengan terus-terang.

Presiden menyatakan berbagai hambatan yang tidak perlu, haruslah disingkirkan untuk kemanfaatan lebih besar dan berjangka panjang. Kelancaran ekspor sangat penting bagi segera seperti Indonesia, karena selain sebagai sumber devisa, juga berarti perluasan tenaga-kerja dan perbaikan tarap hidup jutaan orang.

Mengenai investasi, Presiden mengatakan UU penanaman modal di Indonesia, memberi rangsangan menarik dan menjamin keuntungan wajar bagi para investornya.

“Apabila ada minat, anda semua punya kesempatan untuk bersama kami dalam pembangunan itu. Di Indonesia ada wilayah luas dengan potensi alam dan 140 juta penduduk yang bertekad kerja keras.”

Bagi mereka yang ingin mengadakan usaha di sana, maka lebih sekedar keuntungan ekonomi yang menunggu, juga akan ada kepuasan rohani, karena mereka akan menyertai suatu bangsa yang sedang berjuang untuk hari esok yang lebih baik, demikian tawaran Presiden.

Demokrasi Kecil

Menurut keterangan kalangan Indonesia, Presiden dalam pembicaraan dengan pihak pemerintah Inggris yang diwakili PM Ny. Margaret Thatcher serta para menterinya, dalam soal ekonomi juga menekankan hal serupa. Dikatakan, misalnya dalam soal tata ekonomi baru dunia, Presiden selalu menekankan bahwa ini merupakan tuntutan semua negara berkembang, bukan hanya kehendak beberapa negara saja. Kalangan itu mengatakan, Inggris dan banyak negara maju lainnya, perlu diyakinkan sekali akan soal itu. Sebab mereka kadang mengira gagasan tata ekonomi baru dunia hanya diciptakan sejumlah negara berkembang saja, bahkan ada yang berpendapat gagasan itu keluar dari beberapa pejabat, terutama yang bertugas di kantor PBB Geneva misalnya. ”Tapol”, yang pada siangnya ketika Presiden dan PM, Thatcher berunding di Downing Street No.10, juga mengadakan demontrasi yang diikuti tiga anak kecil dan empat orang dewasa.

Menarik adalah diseberang jalan dekat Guildhall, ada sekelompok orang lagi yang justru berlawanan dengan kaum demonstran kiri itu. Mereka ini justru meneriakkan kata-kata sambutan dan slogan yang menyambut kedatangan Presiden Soeharto.

Keterangan menyebutkan, polisi memang dapat memberi ijin pada setiap kelompok untuk melakukan hal-hal seperti itu, selama mereka sendiri tidak saling bertarung. Begitulah demokrasi yang sudah mapan di Inggeris.

Pernyataan Bersama

Suatu pernyataan bersama yang singkat dikeluarkan sesuai perundingan, Presiden dengan PM Thatcher. Dinyatakan mereka membahas berbagai masalah internasional dengan referensi khusus mengenai masalah Kamboja yang mengancam kestabilan kawasan Asia Tenggara, serta mengalirnya kaum pengungsi yang memberatkan beban ekonomi negara-negara ASEAN. Kedua pemimpin sependapat perlunya tindakan internasional yang berlanjut guna mengatasi masalah-masalah tersebut.

Mengenai situasi ekonomi dunia, mereka menekankan kembali perlunya hubungan lebih erat antara kedua negara dan antara MEE dengan ASEAN. Mereka yakin bahwa perdagangan dan kerjasama antara RI-Inggris akan terus berkembang. Mereka juga menyambut baik pertukaran nota soal pengaturan hubungan udara antara kedua negara yang akan dimulai kembali tahun depan.

Koran terkemuka Inggris “The Times” yang barn saja terbit kembali, dalam beritanya antara lain menduga bahwa kunjungan Presiden Soeharto ini akan membuahkan manfaat yang amat berarti bagi ekspor Inggris, termasuk persenjataan, mengingat ekspor senjatanya ke Iran kini mandeg. Namun kalangan RI yang ditanya mengenai itu agak menyampingkannya, dan mengatakan persenjataan dari Inggris umumnya amat mahal, karena kualitasnya memang tinggi. Kalangan itu belum dapat menegaskan, apakah setelah pesawat latih merangkap “Ground Support” jenis Hawk tiba di Indonesia tahun depan, akan disusul dengan pembelian sejumlah Hawk lagi.

Indonesia diketahui membeli delapan buah Hawk, yang rnerupakan salah satu pesawat latih jet paling terkemuka sekarang. Selain itu Indonesia diketahui juga rnernbeli amunisi ringan untuk senapan M-16 dari Inggris, dan mungkin juga mempertimbangkan pembelian mortir dan sebagainya. Tapi untuk peralatan lebih berat lagi, belum diketahui apakah akan dilakukan.

Minta akan Amnesti Umum

Menlu Mochtar Kusumaatmadja Kamis kemarin, menerirna Sekjen Amnesti Internasional, Martin Ennal di KBRI London. Perternuan berlangsung satu jam, dihadiri pula oleh Dubes Saleh Basarah. Sesuai pertemuan, Martin Ennal menjelaskan, dengan Menlu telah dibahas berbagai soal mengenai tahanan G30S/PKI.

Ia mengemukakan, Amnesti Internasional mendesak agar kepada semua tahanan itu diberikan amnesti umum dalam tahun ini, termasuk mereka yang golongan A.

Ia menyatakan menyambut baik jaminan Menlu Mochtar, bahwa semua tahanan golongan B pada akhir tahun ini akan dibebaskan seluruhnya.

Kepada Mochtar, pihak Amnesti Internasional juga menyatakan adanya laporan bahwa sejumlah tahanan golongan B tetap tidak akan dibebaskan pada akhir tahun ini. Ia menyebut laporan itu datang dari Pangkopkamtib. Kepada Menlu, pihak amnesti juga rnengharap dapat dikeluarkan suatu daftar lengkap tentang nama para tahanan yang sudah dibebaskan, sehingga dapat diketahui dengan jelas siapa-siapa yang sudah keluar dan mana yang belum.

Menurut Martin Ennal semua golongan B akan dibebaskan tahun ini juga. Pihak Amnesti Internasional rnengharap tahun depan dapat berkunjung ke Indonesia untuk membicarakan segi-segi soal tahanan tersebut. Pertemuan Mochtar dengan Ennal itu adalah atas permintaan pihak Amnesti Internasional.

Acara Presiden Soeharto di London Kamis pagi dibatalkan semua, karena kesehatan Presiden agak terganggu. Sedianya Presiden akan mengunjungi Pusat Penelitian Rumput untuk Ternak dan Pusat Pembiakan Ternak, yang terletak di pinggir kota London. Menurut rencana Presiden Kamis malam (Jum’at dinihari WID) akan mengadakan jamuan makan balasan untuk Sri Ratu di Hotel Claride dengan tatacara dan suasana Indonesia.

Konperensi Pers

Sementara itu, Menlu Mochtar dalam konperensi pers di Hotel Royal Horseguard kemarin menjawab berbagai pertanyaan kritis para wartawan Inggris, terutama mengenai soal Timor Timur. Sedang rnengenai soal ekonomi yang seharusnya diberikan oleh Menteri Widjojo dibatalkan karena menteri sakit. Delara London yang dingin dan buruk, rupanya menyebabkan sebagian anggota rornbongan terganggu kesehatannya.

Mengenai soal Timtim, Moehtar dengan tegas membantah kabar yang banyak disiarkan pers Inggris sebelumnya, seolah RI sengaja melaparkan penduduk Timtim untuk menghabisi perlawanan kaum Fretilin. Kepada pers Inggris, Menlu menjelaskan dengan sikap terbuka mengenai apa yang disebut “kelaparan” di Tim-tim. Inti penjelasannya sama dengan yang pernah diberikan di Jakarta, yaitu mereka yang terkena terutama adalah yang baru turun dari gunung, dan usaha pertolongan sekarang sedang digiatkan oleh Palang Merah Indonesia dibantu Palang Merah Internasional.

Menlu juga memberikan data mengenai jumlah penduduk yang perlu mendapat bantuan itu, seraya menggambarkan sulitnya prasarana di Timtim. Sulitnya prasarana itu juga merupakan jawabannya, ketika ditanya rnengapa pers Barat dibatasi sekali untuk datang ke Tim-tim.

Mengenai jumlah penduduk Tim-tim yang hilang atau mati, Menlu menyatakan belum dapat diketahui pasti selama belum ada sensus penduduk. Tapi ia menunjukkan keterangan wakil gubernur Tim-tim Lopes Da Cruz yang dimuat di majalah Far Eastern Economic Review, yaitu diperkirakan 60.000 orang selama tiga tahun sampai pertengahan 1978, diantaranya 20-30.000 karena pertempuran. Sedang jumlah lebih besar lagi diperkirakan meninggal karena kelaparan di pegunungan. ‘Tapi ini perkiraan pemerintah daerah setempat,” katanya.

Ia mengatakan soal Tim-tim tidak dibiearakan khusus dengan pernerintah Inggris, “sebab kami berpendapat hal itu sudah cukup terkover lewat wakil-wakil kita di PBR”

Saling tidak Cocok

Menarik pula ada pertanyaan wartawan Inggris, yang mengatakan pihak pers sulit memperoleh pernyataan pemerintah RI yang resmi, karena banyaknya berbagai pernyataan yang satu dengan lainnya tidak selalu cocok dikeluarkan di Jakarta. Misalnya rnengenai soal cukup pangan dan sebagainya, yang ternyata disusul dengan pernyataan Indonesia harus irnpor beras dalam jumlah besar dan lain-lainnya.

Dalam soal Indoeina, Menlu menolak anggapan bahwa Indonesia dibanding Negara ASEAN lainnya, bersikap paling lunak terhadap Vietnam. la rnenjelaskan Indonesia berprinsip hendaknya garis hubungan dengan Vietnam diusahakan selalu terbuka. Dan ia mengungkapkan bahwa RI sebenarnya akan mengirim delegasi kuat ke Hanoi beberapa waktu lalu untuk mengadakan pendekatan soal Indocina. Tapi kemudian PM Thai Kriangsak juga ada rencana ke Hanoi,

“Kami memang sepakat memberi kesempatan pertama pada Muangthai, karena dialah yang terkena akibatnya secara langsung,” katanya.

Mengenai soal hubungan ekonomi dengan Inggris, ia ungkapkan Menteri Widjojo mengharap Inggris bersedia membuka pintu lebar bagi produk tekstil Indonesia. Sedang mengenai kemungkinan pembelian senjata dari Inggris, ia mengatakan Indonesia memang sedang menambah perlengkapannya, dan kalau perlu membelinya dengan kontan. “Tapi kami tentu berusaha cari yang termurah namun memenuhi persyaratan,” katanya tanpa menegaskan ada tidaknya pembelian senjata dari Inggris. Dalam perundingan dengan PM Thatcher, Menteri Pertahanan Inggris diketahui juga hadir.

Menurut rencana Jum’at siang ini, Presiden dan Ny. Tien Soeharto beserta rombongan akan meninggalkan Inggris menuju Sri Lanka untuk kunjungan selama tiga hari. Setelah berpamitan dengan Ratu Elizabeth dan Pangeran Edinvug, dilepas oleh Lord Chemberlain. (DTS)

Sumber: KOMPAS (16/11/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 738-743.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.