PRESIDEN SOEHARTO NIKMATI PELAYARAN YANG BERSEJARAH[1]
Jakarta, Media Indonesia
Inilah salah satu perjalanan bersejarah yang dilakukan Presiden Soeharto. Kepala Negara berlayar mengarungi Laut Jawa selama sekitar 29,5 jam sejak Kamis dengan menggunakan KM Palindo Jaya 500-1.
Kendati perjalanan cukup panjang dimulai dari pelabuhan Tanjung Perak. Surabaya, Pak Harto tampak menikmatinya. Sebelum sandar di pelabuhan Tanjung Priok, berbagai kegiatan dilakukan Pak Harto selama pelayaran perdana ini. Menikmati matahari terbenam menyaksikan demonstrasi taktik maneuver oleh KRl Barakuda, hingga shalat berjamaah.
KM Palindo Jaya 500-1 yang ditumpangi Presiden dan Ibu Tien Soeharto ini merapat sekitar pukul 17.30 kemarin di pelabuhan Kolinlamil, Tanjungpriok. Kapal merapat terlambat sekitar 3.5 Jam karena harus melawan arus di Laut Jawa.
Tepat pukul 13.00 WIB kemarin Presiden menandatangani prasasti KM Palindo Jaya 500-I. Prasasti ini nantinya akan dipasang pada setiap kapal tipe Palindo Jaya yang dibuat apakah yang dipesan swasta atau BUMN dan bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut Presiden, tidak disangka pelayaran perdana yang jatuh hari Jumat Legi tanggal 21 Juli 1995 ini sama dengan tanggal 17 Agustus 1945 yang juga jatuh pada hari Jumat Legi 50 tahun lalu. Tanggal 17 Agustus 1945 yang jatuh pada hari Jumat Legi itu bukan tanpa perhitungan.
“Semua itu telah diperhitungkan o1eh para pendiri Republik Indonesia ini.” ungkap Kepala Negara saat berbicara tanpa teks di atas KM Palindo Jaya 500-I, kemarin.
Sebelumnya Menristek yang juga Ketua BPIS BJ Habibie melakukan presentasi tentang KM Palindo Jaya 500-I.
“Selain itu tanggal 17 itu, kata Pak Harto, diambil dari 17 rakaat bila umat Islam shalat lima waktu setiap hari. Turunnya wahyu Al-Quran pertama, tambah Presiden, juga jatuh pada tanggal 17 Ramadhan. Sedangkan jatuhnya Jumat Legi inimenurut perhitungan kepercayaan orang Jawa.” ujar Kepala Negara.
Merupakan hari Wahyu Ratu dimana mulai zaman Majapahit hingga Mataram setiap pelantikan raja dijatuhkan pada hari Jumat Legi. Karena itu, kata Pak Harto semuanya diambil rahmatnya agar Hari Proklamasi benar-benar langgeng dan memperoleh rahmat Tuhan YME.
Pada bagian lain, Presiden mengingatkan pentingnya mempertahankan persatuan dan kesatuan. Kepala Negara mengungkapkan ada negara-negara tertentu yang berusaha memecah belah Bangsa Indonesia, karena mereka tidak senang terhadap kemajuan pesat bangsa inidi berbagai bidang kehidupan.
“Ada negara lain yang tidak menyukai kemajuan kita. Karena itu, mereka membuat bermacam-macam isu untuk memecah belah lagi bangsa kita.” tutur Presiden.
Dalam pelayaran perdana ini juga turut sejumlah menteri yaitu Menpen Harmoko, Mendagri Moch Yogie SM, Menhub Haryanto Dhanutirto, Menkeu Mari’e Muhammad, Menhankam Edi Sudradjat, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Wakil Ketua Bappenas Rahardi Ramelan dan KSAL Laksamana TNI Tanto Kuswanto.
Selama perjalanan dari Tanjung Perak menuju Tanjungpriok, KM Palindo Jaya 500-I mendapat kawalan dari delapan kapal perang antara lain KRI Sutanto, KRI Barakuda dan KRI Pulau Rusa.
Sumber : MEDIA INDONESIA (22/07/1995)
______________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 627-628.