PRESIDEN SOEHARTO: PENGUSAHA HARUS DIBIMBING
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto minta kepada segenap jajaran Departemen Perdagangan untuk terus memberikan bimbingan kepada para pengusaha yang melakukan ekspor, agar mereka selalu memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh mitra usahanya di luar negeri.
Menteri Perdagangan Arifin M. Siregar selesai melaporkan hasil kunjungannya ke Eropa Barat beberapa waktu yang lalu kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Rabu kepada wartawan mengatakan, kadang-kadang masih ada kesan di kalangan pengusaha Eropa, khususnya Jerman Barat, bahwa masih terdapat beberapa pengusaha Indonesia yang kurang mampu menepati janji yang disepakati dalam perdagangan. Misalnya mengenai mutu, waktu penyerahan barang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Akibatnya, dalam beberapa hal pengusaha Jerman itu meskipun membutuhkan barang-barang dari Indonesia tetapi lebih suka membeli barang-barang yang dibutuhkannya itu secara tidak langsung, yaitu melalui pihak ketiga.
“Hal itu tentunya sangat kita sayangkan. Padahal kita ingin makin banyak barang kita itu diekspor secara langsung ke negara-negara konsumen, tidak melalui negara ketiga,” kata Arifin Siregar, sambil menambahkan, “Untuk itulah kami dengan tidak bosan-bosannya mengimbau kepada para pengusaha agar memperhatikan hal yang kecil sekalipun yang telah dijanjikan dalam perjanjian perdagangan itu.”
Arifin Siregar juga mengingatkan kepada asosiasi yang telah ada maupun yang akan dibentuk, untuk ikut memperbaiki citra pengusaha Indonesia yang kurang baik itu, di samping lebih giat lagi melakukan promosi di luar negeri mengingat banyak saingan-saingan negara lain yang telah lebih dahulu aktif dalam memasarkan barang barangnya.
Ditekankan oleh Menteri Perdagangan, bahwa di negara-negara seperti Jerman Barat dan Belanda para konsumen itu sangat memperhatikan kualitas. Apabila kualitas itu tidak sesuai dengan yang dijanjikan biasanya tidak ingin membeli barang lagi. Ini tentu saja bisa membahayakan, mengingat banyaknya saingan yang memasarkan barang sejenis di Eropa. Kalau tidak hati-hati akibatnya nanti Indonesia bisa ketinggalan, apalagi dalam menghadapi dimulainya pasar bersama Eropa 1992 mendatang.
Disebutkan, dalam kesempatan bertemu dengan para pengusaha di Jerman Barat itu Menteri Perdagangan telah mencoba membantu para pengusaha Indonesia untuk meningkatkan hubungan dengan para calon mitra dagang di negara tersebut. Sebagai salah satu hasil kunjungan Menteri Perdagangan itu adalah telah ditanda tanganinya 7 perjanjian perdagangan antara pengusaha Jerman dan Indonesia senilai 7,8 juta dolar AS.
Sedangkan hasil-hasil yang tidak langsung, para pengusaha Jerman menyatakan sangat berminat untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan para pengusaha Indonesia, baik dalam bidang perdagangan, maupun investasi untuk memproduksi barang di Indonesia dan hasilnya diekspor ke negara-negara di Eropa.
Pasaran Bersama
Disebutkan, kunjungan Menteri Perdagangan itu ke Eropa, khususnya Jerman Barat dah Belgia, dengan tujuan untuk mengambil langkah-langkah dalam mempersiapkan diri menghadapi dimulainya Pasaran Bersama Eropa 1992 mendatang.
Pada kesempatan kunjungan itu Menteri Arifin Siregar juga telah memberikan ceramah di depan 450 pengusaha terkemuka negara itu Soeharto tentang perkembangan perekonomian Indonesia 5-6 tahun belakangan ini.
Tema ceramah ini sengaja disampaikan mengingat banyak pengusaha di negaranegara Eropa yang belum tahu perkembangan terakhir di Indonesia. Mereka pada umumnya mengenal Indonesia itu hanya sebagai negara pengekspor komoditi tradisional seperti karet, rempah-rempah, kopi, teh dan sebagainya. Padahal Indonesia sekarang telah mengalarni kemajuan bahkan dapat mengekspor barang-barang hasil industri, bahkan hasil industri canggih sekalipun.
Ditanya tentang adanya tuduhan dari sementara kalangan di negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), bahwa Indonesia melakukan dumping atas barang-barang tekstil ke negara-negara tersebut, Arifin mengatakan, tuduhan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini, katanya, telah dibuktikan dengan data-data yang lengkap untuk meyakinkan pihak MEE.
Arifin menilai, tuduhan itu memang ada mengingat ekspor tekstil Indonesia kini sangat pesat ke negara MEE, sehingga banyak pengusaha tekstil di sana yang merasa terdesak, oleh karena itu mereka mencoba bagaimana caranya agar ekspor tekstil dari Indonesia itu bisa dikurangi.
Sumber : MERDEKA (23/03/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 404-405.