PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN TAMBANG TEMBAGA PERTAMA DI INDONESIA

PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN TAMBANG TEMBAGA PERTAMA DI INDONESIA [1]

 

Tembaga Pura, Irian Jaya, Antara

Tambang tembaga pertama di Indonesia di Puncak setinggi 3.500 meter pada pegunungan Ertsberg, Irian Jaya, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto 3 Maret, kini sedang mempersiapkan expor yang kedua sebanyak 20.000 ton konsentrat.

Sejumlah 13.000 ton konsentrat tembaga sudah tersedia dan siap diangkut ke kapal dari pelabuhan pada muara sungai Tipoeka, pantai Barat Irian Jaya (nama baru Irian Barat sejak 1 Maret 1973).

Expornya tertuju ke Jepang yang berdasarkan kontrak dengan Freeport telah membeli dua-pertiga dari produksi. Sepertiga lagi sudah dibeli oleh Jerman Barat.

Expor

Expor kedua ini dilaporkan terlaksana dalam bulan Maret ini juga. Expor pertama sebanyak 9.000 ton konsentrat tembaga sudah terlaksana pada 13 s/d 18 Desember tahun lalu.

Presiden Soeharto meresmikannya hari Sabtu sesudah proyek tambang tembaga Freeport ini menelan biaya US$ 145 juta.

Empat menteri, tiga duta besar negara2 sahabat serta Muspida Irian Jaya menyaksikan peresmian apa yang oleh Presiden Soeharto diartikan sebagai “bukti manusia dapat menundukkan alam.”

Mereka itu adalah Mentri2 Pertambangan Prof. Soemantri Brojonegoro, Mendagri Amir Machmud, Menteri Tenaga Kerja Prof. M.Sadli, dan Menteri Penerangan Budiardjo. Ketiga dubes adalah Francis J.Galhraita (AS), H.Tanaka (Jepang) dan Richard Balken (Jerman Barat).

Bukti yang Luas

“Disini terbentang bukti yang sangat luas” demikian Presiden, “bahwa dengan modal yang cukup, teknologi yang tinggi, ketrampilan yang luas dan ketekunan, manusia dapat menundukkan alam.”

Itulah arti pembangunan yang lain yang dapat dipetik di tempat ini, tambah Presiden. Freeport merupakan “pelopor penanaman modal asing di Indonesia dan lebih istimewa lagi dalam modalnya yang besar.”

Menujukan pidatonya kepada Forbes K.Wilson, Presiden Freeport Indonesia, Kepala Negara menegaskan: “Tuan2 datang ke Indonesia dalam keadaan kami yang masih sulit pada tahun 1966.”

Hal ini diartikan oleh Presiden sebagai “menunjukkan kepercayaan kepada ketetapan hati bangsa Indonesia untuk membangun masa depannya dengan penuh kesungguhan.” Kepercayaan itu juga kata Presiden, “telah mendorong penanam2 modal asing lainnya datang ke Indonesia.”

Presiden mengawali pidatonya dengan mengatakan “ini berarti sejarah pertambangan di Indonesia memasuki babak baru lagi, dan melangkah maju lagi keluar dengan mengexpor tembaga ke pasaran dunia.”

Selesai memberikan amanatnya, Presiden kemudian menekan tombol yang menghidupkan mesin2 dalam pengilangan dan pemekatan tembaga. Kemudian Kepala Negara membuka selubung prasasti. Sejak itu resmilah tambang tembaga yang mensejajarkan Indonesia dengan negara2 penghasil tembaga lainnya di dunia.

Upacara bersejarah itu diawali dengan pidato presiden Freeport, Forbes K. Wilson yang menegaskan bahwa hari itu adalah puncak dari segala daya upaya penaklukkan Ertsberg selama tujuh tahun terakhir ini.

Orang pertama yang menemukan adanya biji tembaga pada pegunungan Ertsberg 36 tahun lalu juga hadir dan mengambil arti yang istimewa dari peristiwa ini.

Geologis Dr. Jean Jacques Dozy (65 tahun) dalam percakapan dengan wartawan “Antara” mengesankan bahwa ia mungkin orang yang paling berbahagia pada saat peresmian apa yang 36 tahun lalu ditemukannya masih sama sekali belum mungkin untuk menambang Ertsberg.

Dr. Dozy menemukan “gunung tembaga” itu ketika mengadakan ekspedisi kesana bersama team Dr. AJ. Colijn, manager Perusahaan Minyak Niugini Belanda pada tahun 1936.

Daerah pegunungan Ertsberg itu kemudian oleh Freeport Indonesia dibuktikan mengandung 33 juta ton biji tembaga yang setelah diuji temyata mengandung rata2 2,5 persen tembaga setiap ton biji.

Proyek ini terbukti pula berhasil mencapai tahap produksi sedikit lebih cepat dari rencana tapi dengan biaya dua kali dari yang semula diperkirakan.

Pada proyek ini bekerja lebih 1.500 orang, diantaranya 350 tenaga asing. Selebihnya tenaga2 bangsa Indonesia.

Freeport menandatangani kontrak kerja dengan pemerintah RI untuk penambangan ini hanya tiga bulan sesudah Undang2 Penanaman Modal Asing berlaku di Indonesia.

Menurut Forbes K. Wilson, Freeport telah memulai perundingan barn dengan menteri pertambangan RI mengenai perluasan daerah explorasinya.

Membantu Masyarakat

Presiden Soeharto dan Menteri Pertambangan Prof. Soemantri Brojonegoro dalam pidato2nya menegaskan supaya adanya pertambangan tembaga dapat membantu memajukan rakyat Irian Jaya yang masih hidup dalam “zaman batu” justru pada abad modern.

Kepala Negara menegaskan bahwa “tantangan yang kita hadapi masih cukup besar, dan hal ini terasa jelas di tempat ini.”

“Memajukan masyarakat di daerah ini merupakan panggilan kemanusiaan kita semua dan panggilan nasional,” kata Presiden.

Kepala Negara memberitahukan pimpinan Freeport bahwa dewasa ini sedang diteliti secara mendalam sampai dimana kemungkinan2 untuk memanfaatkan pembangunan pertambangan dengan segala prasarananya yang modern itu untuk meningkatkan hidup rakyat Irian Jaya, khususnya yang dekat dengan proyek.

Menteri Soemantri sementara itu mengharapkan “Freeport supaya membantu rakyat Irian Jaya. Ia juga mengingatkan agar menghindari persaingan. (DTS)

Sumber: ANTARA (05/03/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 176-178.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.