PRESIDEN SOEHARTO TERIMA KUNJUNGAN PM WUERTTEMBERG JERBAR [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto hari Sabtu menerima kunjungan kehormatan Perdana Menteri Negara Bagian Baden-Wuerttemberg, Republik Federal Jerman, Lothar Spaeth,yang mengemukakan minat pihaknya untuk menjalin kerjasama di bidang industri dengan Indonesia.
Kepada wartawan, Lothar Spaeth mengemukakan bahwa dalam merintis kerjasama tersebut telah ada gagasan untuk membentuk satu atau dua proyek percontohan, dalam menjajaki keijasama lebih luas serta untuk mengetahui masalahmasalah apa yang harus diatasi oleh kedua pihak dalam memperlancar kerjasama .
Ia berpendapat, ada tiga bidang industri yang dapat dijalin kerjasamanya dalam proyek percontohan itu.
Pertama, bidang industri telekomunikasi dan yang bersangkutan dengan itu.
“Dalam hal ini penting diupayakan penggabungan kemajuan elektronika dengan mekanika.”
Kedua adalah bidang permesinan serta industri peralatan. “Ini penting bagi pengembangan industri di indonesia,” ujar Spaeth yang didampingi Dubes Jerman Barat Theodor Wallau .
Ketiga adalah bidang industri menengah dan kecil, misalnya dengan membentuk pusat-pusat produksi perkayuan, perabot rumah tangga (mebel) dan barang-barang kerajinan dengan peralatan modern.
“Ini suatu bidang industri yang akan mempunyai pasaran menarik,” kata PM Baden-Wuerttemberg, yang wilayahnya terkenal dengan industri berteknologi tinggi. Ibukota negara bagian iniadalah Stuttgart.
Menurut Spaeth, dalam pembicaraan lebih dari setengah jam di Bina Graha Jakarta itu Presiden Soeharto menyambut baik rencana kerjasama dalam pengembangan teknologi di bidang-bidang tersebut.
“Presiden tertarik pada kerjasama industri menengah dan kecil yang kami kemukakan,” katanya.
Atas pertanyaan pers, PM Spaeth mengungkapkan bahwa negara bagiannya selama ini mengimpor sejumlah bahan mentah dan tekstil dari Indonesia. Nilainya kirakira 200 juta Mark Jerman (DM).
Namun apabila impor minyak bumi juga diperhitungkan ,maka nilai impor itu bisa mencapai 300juta DM.
”Namun selama ini nilai impor minyak ini tidak tercatat di negara pemakai namun di pelabuhan penampung sepertiAmsterdam dan sebagainya,” kata Spaeth.
Ia menekankan bahwa hubungan perdagangan tersebut hams dikembangkan tidak hanya menyangkut bahan mentah tapi juga barangjadi atau setengah jadi. Sebagai contoh yang baik, ia menunjuk pada kerjasama yang sudah terjalin antara MMB (Jerbar) dengan PTN (Indonesia) dalam bidang industri pesawat terbang.
“Mula-mula lebih merupakan impor komponen, namun berkembang menjadi pembuatan komponen itu di sini.”
Dengan jalan itu, katanya , Indonesia akan dapat lebih membebaskan diri dari hanya mengekspor bahan mentah.
Dalam percaturan politik di negaranya, Spaeth dikenal sebagai orang terkuat kedua setelah Kanselir Helmut Kohl, yang sama-sama berasal dari Partai Persatuan Kristen Demokrat (CDU), yang kini memerintah.
PM Spaeth tiba di Jakarta Rabu sore untuk kunjungan lima hari di Indonesia. Selain bertemu dengan Presiden, ia juga melakukan pembicaraan dengan Menristek Habibie, Menko Ekuin Radius Prawiro, Menlu Ali Alatas dan Menparpostel Soesilo Soedarman.
Selama di Indonesia ia dijadwalkan mengunjungi objek wisata Kepulauan Seribu dan Bali, darimana ia akan meninggalkan Indonesia menuju Hongkong. (LS)
Sumber:ANTARA(14/05/l 988)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 110-111