PRESIDEN SOEHARTO TINJAU POSKO HAJI MAKKAH
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengunjungi Wisma Aziziyah Makkah hari Rabu sekitar pukul 23.00 waktu setempat dengan didampingi Amirul Hajj H.Munawir Sjadzali dan Dubes RI untuk Arab Saudi E. Soekasah Soemawidjaya, demikian siaran pers Departemen
Agama yang diterima ANTARAdi Jakarta, Kamis malam. Di Wisma Haji, yang juga merupakan Posko Haji di Makkah, Kepala Negara diterima oleh Wakil Kepala Per Wakilan RI Irawan, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji H. Andi Lolotonang SH, dan pejabat lain.
Di halaman gedung itu, Presiden Soeharto melambaikan tangan kepada para petugas yang siap mengadakan apel dalam rangka brifing operasional haji di Arafah dan Mina.
Memasuki ruang tamu, Kepala Negara tampak santai, tersenyum dan melakukan pembicaraan dengan ulama besar KH Husein Affandi, mantan Wakil Presiden H. Umar Wirahadikusumah, pejabat KBRI, dan petugas lain.
Presiden Soeharto saat itu memakai baju putih model teluk belanga lengan panjang dan mengenakan sarung warna kotak-kotak coklat dengan warna dasar putih, bersandal, dan berkopiah hitam.
Ketika ditanya wartawan, Kepala Negara menjawab, “Ketemu KH Husein Affandi dan sudah datang di Posko Haji Makkah.”
Ulama besar itu selama musim haji tinggal di Wisma Haji Makkah. Presiden Soeharto tampak santai, cerah, dan sering tertawa.
Setelah kira-kira 30 menit, Kepala Negara kembali ke Royal Guest House. Setelah itu, Menteri Sekretaris Negara Drs. H. Moerdiono dan Pangab RI Jenderal TNI Try Sutrisno menyusul tiba di Wisma Haji Makkah.
Menuju Arafah
Sementara itu jemaah haji Indonesia bersama sama dengan jemaah haji lainnya yang datang dari berbagai negara, sejak matahari tergelincir hari Kamis, berangsur angsur meninggalkan kota Makkah menuju padangArafah untuk melakukan wukuf pada Jum’at.
Wukuf di Arafah inimerupakan puncak ibadah dalam rangkaian ibadah haji yang tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan kepada siapapun juga. “Haji adalah Arafah”, demikian sebuah Hadist mengatakan.
Oleh karena itu petugas haji Indonesia biasanya mengadakan “sweeping” atau pembersihan untuk meyakinkan bahwa seluruh jamaah haji Indonesia pada saat wukuf itu benar benar berada di padang Arafah. “Yang sakitpun dibawa pakai ambulan ke Arafah”, kata seorang pejabat mengatakan.
Sesuai dengan Keputusan Pengadilan Tinggi di Arab Saudi, hari Arafah (saat wukuf diArafah) jatuh pada hari Jum’at sehingga sebagian besarulama menyebutkan haji ini dengan haji Akbar.
Sumber : ANTARA (20/06/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 547-549.