PRESIDEN SOEHARTO WAKIL KETUA KTT OKI

PRESIDEN SOEHARTO WAKIL KETUA KTT OKI

 

 

Dakar, Pelita

Presiden Soeharto pukul 13.08 waktu Senegal (20.08 WIB) Senin kemarin terpilih secara aklamasi sebagai wakil ketua Konferensi Tingkat Tinggi ke-6 Organisasi Konferensi Islam (OKI) bersarna pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat dan Presiden Suriah Hafez Assad.

Dari Dakar, Ibukota Republik Senegal tempat KTT itu berlangsung, wartawan Pelita H. Azkarmin Zaini melaporkan tengah malam tadi bahwa ketiga pemimpin tersebut terpilih atas usul Presiden Aljazair Chadli Benjedid. Sesuai kelaziman, ketua konferensi dijabat oleh tuan rumah, Presiden Senegal Abdou Diouf.

Hari Selasa 10/12 ini konferensi akan memasuki tahap yang disebut general debate (perdebatan umum) yang sesungguhnya merupakan forum mendengarkan pidato para pimpinan delegasi. Menurut inforrnasi yang hingga menjelang tengah malam WIB belum dapat dipastikan. Presiden Soeharto selaku Ketua Delegasi Indonesia akan mendapat giliran berpidato hari Selasa.

 

Terlambat Dua Jam Lebih

KTT ke-6 organisasi yang beranggotakan 46 negara Islam dan negara berpenduduk mayoritas Islam tersebut kemarin dibuka pukul12.20 waktu setempat (19.20 WIB), terlambat dua jam lebih dari yang dijadwalkan pukul 10.00. Para delegasi sebagian besar sudah mulai berdatangan di King Fahd Complex, tempat konferensi berlangsung sejak pukul 09.00. Belum ada pengumuman mengenai sebab keterlambatan.

Konferensi diawali dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an kemudian pidato pembukaan oleh Emir Kuwait, Sheikh Jaber Al-Ahmad Al-jaber Al-sabah, selaku tuan rumah konferensi OKI sebelumnya.

Dalam pidatonya Emir Kuwait antara lain mengusulkan pengangkatan Presiden Senegal selaku ketua konferensi yang berlangsung disetujui secara aklamasi, dan presiden Abdou Diouf selak:u ketua terpilih pun membacakan pidatonya.

Presiden Aljazair segera berbicara sesuai sambutan ketua, mengusulkan Presiden Soeharto Yasser Arafat, dan Hafez Assad sebagai anggota komite menjabat Wakil Ketua. Usul tersebut langsung disetujui forum secara aklamasi.

Pidato-pidato berikutnya disampaikan oleh Presiden Lebanon Elias Hrawi yang mewakili anggota-anggota dari kawasan Arab- Timur Tengah, Presiden Iran Ali Akbar hashemi Rafsanjani mewakili Asia, dan Presiden Gambia Dawda Jawa mewakili Afrika. Berbicara juga wakil Sekjen PBB, Sekjen Liga Arab, Sekjen Organisasi Persatuan Afrika dan terakhir wakil dari Gerakan Nonblok.

Menurut agenda petang hari tidak ada acara kecuali para pimpinan delegasi memanfaatkannya untuk melakukan pembicaraan-pembicaraan bilateral, sedangkan malarnnya berlangsung jamuan santap malam kenegaraan yang diselenggarakan Presiden Senegal bagi para delegasi inti.

 

Pengawalan Sangat Ketat

Pengamanan yang dilakukan terhadap konferensi di Dakar ini sangat ketat. Ketatnya pengamanan tersebut sudah dirasakan sejak kedatangan para delegasi di Bandara Dakar Joff. Hanya kepala Negara/pemerintahan dan para menteri saja yang luput dari pemeriksaan total seluruh barang bawaan. Selebihnya diperiksa sangat teliti.

Para kepala negara/pemerintahan peserta konferensi menginap di President Hotel yang terletak satu kompleks dengan tempat konferensi.

Para menteri menginap di Novotel , yang cukup jauh dari President Hotel, sedangkan para wartawan di tempat lain lagi, Diarama hotel, sekitar lima kilometer dari tempat konferensi. Baik di Diarama maupun Hotel Ngor tempat pusat pers, penjagaan sangat ketat setiap orang yang masuk digeledah tanpa kecuali.

Para wartawan tidak dapat memasuki tempat konferensi kecuali juru foto kepresidenan dan kameramen televisi nasional tiap negara yang kepala negaranya berpidato.

 

Diberi Keanggotaan OKI

Sementara itu, kantor berita “Reuter” melaporkan bahwa Republik Soviet Azerbaijan telah diberi anugerah keanggotaan dalam Organisasi Konferensi Islam. Hal ini menimbulkan suatu pusat perhatian di kalangan negara-negara Islam di Asia Tengah yang telah menyatakan kemerdekaan dari Moskow ketika Uni Soviet semakin terancam disintegrasi.

Iran yang berbatasan dengan Asia Tengah Soviet memprakarsai keanggotaan Azerbaijan ketika para menlu OKI mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan KIT tersebut yang dimulai Senin kemarin.

Para anggota delegasi ke OKl mengatakan bahwa Republik Soviet Kazakhtan juga mengirimkan perwakilannya ke konferensi tersebut, tetapi tidak mengajukan permintaan keanggotaan OKl, yang dibentuk atas prakarsa Arab Saudi pada tahun 1969.

Salah seorang delegasi Azerbaijan Dosjazdeh Aflasibakoor, mengatakan kepada kantor berita Reuter, “Pengakuan republik Azerbaijan ke dalam OKl adalah suatu kejadian yang sangat penting bagi rakyat kami”.

“Pengakuan kepada kami juga berarti suatu pengakuan de facto kepada republik kami, yang sedang berjuang untuk membebaskan diri dari kekuasaan pusat Rusia,” katanya menambahkan.

Pengakuan atas Azerbaijan menjadi anggota OKl bersamaan dengan adanya kesepakatan di antara tiga republik  Soviet terkuat, yaitu Rusia, Ukraina dan Byelorusia, untuk membentuk sebuah persemakmuran baru dan mengumumkan kematian Uni Soviet yang lama.

Jika lima republik Muslim Soviet lainnya mengikuti jejak Azerbaijan, dapat mewujudkan, suatu kekuatan baru yang kokoh di dunia Islam, mewakili puluhan juta umat Islam yang terpisahkan dari politik intemasional sejak Revolusi Rusia tahun 1917.

Iran yang ingin muncul dari isolasi intemasional tetapi masih menjadi penganjur Islam radikal, secarajelas melihat potensi itu.

Menlu Iran Dr. Ali Akbar Velayati mengadakan kunjungan ke beberapa republik Soviet baru-baru ini. Para wakil Azerbaijan dan Kazakhtan terbang ke Dakar bersama dengan pesawat yang ditumpangi delegasi Iran.

Ketua delegasi Azerbaijan adalah Fazil Morad All, wakil presiden republik tersebut dan juga komite Islam dalam parIemen republik itu.

Para delegasi juga mengatakan bahwaAlbania, suatu negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, telah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota OKI dan telah diberi status sebagai pengamat dalam OKl. (SA)

 

Sumber : PELITA (I0/ 12/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 359-361.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.