PRESIDEN TANDAI SELESAINYA PEMBANGUNAN LANJUTAN RS GATOT SUBROTO
Jakarta, Antara
Pembubuhan tanda tangan Presiden pada prasasti dan penaburan beras kuning oleh Ibu Tien Soeharto hari Rabu menandai selesainya pembangunan lanjutan RS “Gatot Subroto” Jakarta, salah satu rumah sakit tentara yang tertua di Indonesia.
Pembangunan lanjutan berupa gedung enam tingkat untuk poliklinik tahap II dan administrasi pusat itu dilakukan di atas tanah 5.426 meter persegi dengan biaya Rp 12,55 miliar lebih termasuk peralatan kesehatan dan perlengkapan lain.
Fasilitas baru itu antara lain digunakan untuk pelayanan gawat darurat, departemen
penyakit jantung, kejiwaan, kebidanan dan kandungan, syaraf serta departemen penyakit kulit dan kelamin. Dua lantai teratas dipakai untuk ruang kerja staf dan pimpinan rumah sakit tersebut.
RS Gatot Subroto yang terletak di Jln.Dr. Abdurrahman Saleh itu di zaman kolonial Belanda bemama “Groot Militair Hospitaal Weltevreden” dan beroperasi mulai bulan Oktober 1836.
Andil Sejarah
Dalam sejarah pendidikan kedokteran di Indonesia, rumah sakit ini juga memberikan andil tidak kecil karena pada awal tahun 1851 di sana berdiri Sekolah Dokter Jawa dengan murid pertama sebanyak 12 orang. Hanya dua-setengah tahun kemudian 11 orang di antaranya dinyatakan lulus dan diberi gelar “Dokter Jawa”.
Rumah sakit inipun pada 15 April 1851 menjadi tempat berdirinya Perkumpulan untuk memajukan ilmu kesehatan di Hindia Belanda, semacam ikatan profesional kedokteran pertama di Indonesia. Perkumpulan ini dua tahun kemudian menerbitkan majalah kedokteran pertama di negeri ini.
Peristiwa penting lainnya dalam sejarah kedokteran Indonesia adalah berdirinya laboratorium penelitian penyakit beri-beri tahun 1886. Dari penelitian itu kemudian mulai berkembang pengetahuan tentang vitamin B-1.
Tokoh dalam penelitian itu antara lain Prof. C.A. Pekelharing dan Dr. C. Winkier yang mengembangkan lebih lanjut dan kemudian namanya lebih populer.
Tanggal 26 Juli 1959, setelah pengakuan kedaulatan, rumah sakit itu diserahkan BeIanda kepada Pemerintah Republik Indonesia yang ketika itu diwakili oleh Lektol dr. Satrio.
Sejak tahun 1950 hingga sekarang rumah sakit itu terus berkembang sehingga sekarang dapat digolongkan rumah sakit yang memiliki fasilitas paling lengkap. Semua fungsinya sebagai rumah sakit tentara tidak berubah, yaitu bertugas pokok sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di lingkungan TNI-AD/ABRl, meskipun tetap terbaik bagi masyarakat umum.
Asset Rp 39,72 Miliar
Sekarang rumah sakit yang berdiri di atas tanah seluas 11,25 hektar itu merniliki 20 departemen pelayanan berbagai penyakit, tujuh unit pelayanan rawat mondok dengan kapasitas 930 tempat tidur, 13 klinik rawat jalan dan satu klinik gawat darurat.
Jumlah personil yang sekarang bekerja di rumah sakit ini 2.542 orang, termasuk 231 dokter, 1.345 paramedik dan 966 tenaga non-medik.
Menurut laporan Kepala RSPAD “Gatot Subroto”, Brigjen TNI dr. Sumardi R, asset rumah sakit yang memiliki luas total bangunan 84.706 meter persegi itu diperkirakan ternilai Rp 18,37 miliar untuk gedung dan Rp 21,35 miliar untuk peralatan.
Dalam peninjauan satu-setengah jam di rumah sakit itu Presiden dan Ibu Tien Soeharto melihat berbagai fasilitas baru.
Sebagai tanda kegembiraan seluruh karyawan RS Gatot Subroto atas selesainya fasilitas, tambahan itu sebuah panembromo (tembang bersama/koor) berbahasa Jawa dengan judul “Ketawang Subokastowo” dikumandangkan sejumlah isteri dokter dan karyawati rumah sakit tersebut di hadapan Presiden, Ibu Negara Ny. Tien Soeharto dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono sebelum mereka meninggalkan RS tersebut Rabu siang.
Sumber : ANTARA (18/02/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 500-451.