PRESIDEN TERIMA UTUSAN PAKISTAN
Presiden Soeharto Kamis di Istana Merdeka menerima bekas Menteri Kesehatan dan Lingkungan Hidup Pakistan Dr. Basharat Jazbi yang merupakan utusan khusus Presiden Pakistan Zia ul-Haq.
Namun ketika berbicara dengan wartawan setelah pertemuan, Basharat menolak menjelaskan isi surat yang disampaikannya kepada Presiden Soeharto.
Ketika ditanya wartawan apakah konflik di Afghanistan dibahas dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto, Basharat mengatakan hal itu tidak disinggung. Namun kepada wartawan dijelaskan bahwa kini negaranya terpaksa menampung sekitar 3,5 juta orang Afghanistan yang menjadi pengungsi.
“Dahulu pemerintah Pakistan harus mengeluarkan sekitar satujuta dolar AS tiap harinya bagi para pengungsi itu. Tetapi kini dana yang diperlukan meningkat menjadi kurang lebih 1,5 juta dolar tiap harinya,” kata Basharat. Negaranya memperoleh bantuan dari beberapa negara Islam dan lembaga internasional untuk mengatasi masalah ini.
Beban yang harus dipikul Pakistan terjadi akibat adanya pendudukan serdadu Sovyet di Afghanistan yang mengakibatkan pengungsian besar-besaran rakyat negara tsb ke Pakistan menghindari bentrokan bersenjata antara pejuang Mujahidin melawan rezim Kabul yang didukung Soviet tsb.
Utusan khusus Presiden Pakistan tersebut menjelaskan bahwa pada bulan depan Perdana Menteri Mohammad Khan Junejo akan mengunjungi Indonesia untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
Ketika ditanya wartawan apakah disinggung juga pencalonan tokoh-tokoh dari kedua negara untuk menggantikan Dirjen UNESCO Amadou Mahtar M’bow, ia mengatakan pencalonan Dr. Sudjatmoko dari Indonesia dan Menlu Pakistan Yaqub Khan tidak dibahas dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto.
“Tidak ada konflik antara Indonesia dengan Pakistan dalam masalah ini,” katanya. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (17/09/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 237-238.